Newsletter

Cobaan Datang dari Barat, IHSG Mungkin ke Zona Merah Lagi

Tri Putra, CNBC Indonesia
10 June 2020 06:23
INFOGRAFIS, Damai Perang Dagang As-China Berujung Kebuntuan
Foto: Infografis/Perang Dagang AS-China/Edward Ricardo

Dari perang dagang sampai perang mulut tentang asal muasal Covid-19, ke 'diusirnya' perusahaan China di lantai perdagangan Wall Street AS, relasi antara AS-China tidak pernah seburuk ini selama beberapa tahun terakhir.

Perang dingin baru sepertinya sudah dimulai, dan perang ini akan semakin panas karena negara-negara lain akan ikut terbawa, menurut analis.

"Banyak hal yang akan semakin buruk, semakin buruk sekali, sebelum semuanya akan menjadi lebih baik," ujar Dan Ikenson, direktur Herbert A. Stiefel Center komentar ini tentu saja ditujukan ke panasnya tensi antara dua negara dengan ekonomi terbesar di dunia itu.

Beijing bisa saja mulai mengarahkan target seranganya ke sekutu AS, dalam perjalanan "diplomasi serigala prajurit." Diplomasi ini sendiri dinamakan dari film yang populer di China mengenai petarung China yang sukses melawan orang-orang jahat dari luar negeri.

Terakhir situasi tereskalasi setelah China mengajukan Undang-Undang mengenai keamanan baru ke Hong Kong, wilayah administratifnya yang memiliki hubungan perdagangan spesial dengan AS. Presiden AS, Donald Trump langsung mengumukan akan memutus hubungan spesial dengan Hong Kong.

Christopher Granville dari perusahaan riset TS Lombard mengatakan tensi ini adalah Perang Dingin jilid 2 dan mengatakan sekutu AS akan terkena dampak diplomasi serigala ini.

Berberapa sekutu AS sudah kena, seperti Australia yang impor daging sapinua dihentikan oleh China setelah Australia mempertanyakan asal muasal virus Covid-19.

Diplomasi Serigala ini mendapat kecaman dari kekesalan dari negara-negara sekutu AS sepertu Australia, Kanada, Jerman, Belanda, dan Swedia.

Jumat lalu, Beijing menyarankan warganya untuk tidak berpergian ke Australia, dengan alasan adanya diskriminasi rasis terhadap orang China yang dikarenakan oleh pandemi global di Australia. Hal ini tentu dibantah oleh pemerintah Australia, dikutip dari Reuters.

Di Benua Biru, Britania Raya juga kemungkinan besar akan terkena amarah Beijing setelah merekan menawarkan visa kepada warga Hong Kong dampak dari akan adanya UU keamanan baru ini.

Akan tetapi tentunya Beijing tidak ingin hal ini terus berlarut-larut untuk sekarang ini sepertinya Beijing hanya akan mengirim "peringatan" saja.

"Meskipun jiga diganggu, China akan menyerang balik, China tentunya tidak ingin konfrontasi besar-besaran dengan AS sekarang ini. China hanya ingin berkonsentrasi dalam menghadapi wabah corona, memulihkan kembali ekonominya, dan mendorong UU keamanan di Hong Kong. Relasi dengan AS memang penting tapi itu bukan hal yang utama." Ujar Jonathan Fenby dari TS Lombard.

Sementara itu dari dalam negeri virus Covid-19 kembali menciptakan rekor penambahan jumlah pasien positif terjangkit per hari.

Kenaikan ini sangat mengkhawatirkan mengingat akan dibukanya pusat perbelanjaan alias mal pekan depan yang akan menarik kerumunan masyarakat.

Rilis data ini tentunya akan mendatangkan ketakutan bagi para pelaku pasar akan munculnya gelombang kedua virus Covid-19. Apalagi banyak yang berpendapat bahwa gelombang pertama virus corona saja belum berhasil dilewati.

(trp)
Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular