Newsletter

Hmm... Jalan IHSG untuk Menanjak Sepertinya Terjal Hari Ini

Tri Putra, CNBC Indonesia
09 June 2020 06:15
Bank Sentral Eropa ECB , european central bank
Foto: Bank Sentral Eropa (REUTERS/Kai Pfaffenbach)

Meskipun sentimen positif banyak muncul dari Negeri Paman Sam, dari benua Eropa muncul sentimen negatif. Bursa saham di Benua Biru ditutup melemah.

Indeks DAX di Jerman turun 0,9% setelah reli 10% dalam sepekan sementara Indeks FTSE London juga jatuh 0,4%. Indeks CAC 40 di Perancis-pun anjlok 0,8%.

Penurunan ini terjadi setelah rilis data produksi industri Jerman yang anjlok hampir 18% di bulan April, yang menunjukkan akan adanya resesi di negara terbesar di Uni-Eropa tersebut walaupun karantina wilayah di Negara Bavaria sudah dilonggarkan.

Kabar buruk juga muncul dari Arab Saudi, setelah negeri kerajaan tersebut menyebutkan bahwa pemotongan produksi oleh negara-negara OPEC+ tidak termasuk tambahan potongan secara sukarela dari trio produsen minyak di teluk yang menyebabkan harga minyak mentah terjerembab lebih dari 3%.

Setelah naik selama 7 hari berturut-turut, minyak mentah brent harganya turun US$ 1,3 atau penurunan 3,1% keharga US$ 41,00 per barel. Sedangkan untuk minyak mentah WTI, harganya turun US$ 1,36 atau 3,44% ke level harga US$ 38,19 per barel.

OPEC, Russia, dan negara pengekspor minyak mentah lain, atau dikenal dengan nama OPEC+ pada April lalu setuju memotong suplai minyak mentah sebanyak 9,7 juta barel per hari untuk meningkatkan harga minyak mentah yang anjlok karena turunnya permintaan akibat virus corona.

OPEC+ setuju akan memotong produksinya sampai bulan Juli pada Sabtu lalu, jumlah suplai yang dipotong ini sendiri setara dengan 10% suplai global.

Para analis berpendapat bahwa naiknya harga minyak mentah dapat menyebabkan turunnya permintaan yang akan berefek kepada pemulihan ekonomi global yang masih rapuh ini.

Sementara itu dari akar permasalahan ekonomi selama tahun 2020 ini, total pasien yang terjangkit virus Covid-19 sudah tembus 7 juta jiwa dan jumlah yang wafat sudah lebih dari 402.000 menurut Universitas John Hopkins yang mengambil data-data dari pemerintah di seluruh dunia.

(trp)
Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular