Newsletter

'Hantu' Perang Dagang Muncul Lagi, Apa Kabar Pasar Hari Ini?

Haryanto, CNBC Indonesia
18 May 2020 05:55
White House USA
Foto: CNBC Internasional

Sentimen ketiga, investor patut mencermati perkembangan dari Wall Street yang positif. Semoga optimisme di New York berhasil menyeberangi Samudra Atlantik dan menular ke Asia, termasuk Indonesia.

Laporan survei dari Universitas Michigan menunjukkan bahwa indeks sentimen konsumen AS bulan Mei membaik lebih dari yang diperkirakan memberikan topangan kenaikan bursa Wall Street.

Indeks survei sentimen konsumen naik menjadi 73,7 dalam tiga minggu yang berakhir 13 Mei, dari 71,8 untuk empat minggu sebelumnya. Ekonom yang disurvei oleh The Wall Street Journal memperkirakan untuk pembacaan 65,0.

Sentimen kelima, investor minggu ini akan memantau data klaim pengangguran mingguan untuk indikator terbaru pengangguran AS, serta indeks manajer pembelian IHS Markit yang menilai aktivitas di sektor jasa dan manufaktur di sektor ekonomijuga akan menjadi fokus pasar.

Keempat, Kementerian Badan Usaha Milik Negara (BUMN) menginformasikan penerbitan Surat Menteri BUMN Nomor S-336/MBU/05/2020 tertanggal 15 Mei 2020.

Bersama dengan surat tersebut disampaikan simulasi tahapan pemulihan kegiatan #CovidSafe BUMN yang dilakukan dalam beberapa fase.

Fase pertama mulai 25 Mei sektor yang diizinkan beroperasi terbatas yakni sektor industri dan jasa, sementara sektor kesehatan full operasi. Fase kedua sektor jasa retail mulai beroperasi pada 1 Juni. Fase 3 mulai 8 Juni sektor jasa wisata dan pendidikan mulai beroperasi. Fase 4 mulai 29 Juni pembukaan kegiatan ekonomi seluruh sektor. Dan fase 5 pada 13 dan 20 Juli merupakan evaluasi fase 4.

Kembali beraktivitasnya perekonomian Indonesia, tentunya dengan hidup new normal bisa memberikan nilai plus. Kemerosotan ekonomi yang dialami Indonesia bisa sedikit diredam, syukur-syukur bisa bangkit meski perlahan, setelah nyungsep di kuartal I-2020.

Sentimen kelima, melansir dari Dow Jones Newswires, Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) Amerika Serikat pada Jumat malam waktu setempat mengumumkan rancangan undang-undang senilai US$3 triliun atau hampir senilai Rp 45 ribu triliun (asumsi kurs Rp 14.900/US$) sebagai paket bantuan terkait pandemi virus Corona.

Proposal atau Rancangan Undang-Undang (RUU) DPR ini mencakup sekitar US$ 1 triliun dalam bantuan langsung ke negara bagian dan lokalitas, termasuk hibah dan bantuan pendidikan, untuk menangani dampak pandemi. Ini akan menempatkan babak baru pembayaran tunai satu kali ke rekening bank Amerika, memperpanjang durasi tunjangan pengangguran yang meningkat, membantu menutupi beberapa sewa dan hipotek dan mengirimkan pembayaran premi kepada pekerja penting di berbagai bidang seperti kesehatan.

"Rencana yang akan kami pilih hari ini akan membuat perbedaan yang luar biasa tidak hanya dalam anggaran di negara bagian, tetapi dalam kehidupan rakyat Amerika," kata Ketua DPR Nancy Pelosi. "Kami pikir ini adalah investasi besar dalam kehidupan rakyat Amerika dan dalam anggaran negara bagian dan daerah kami."

Sedangkan petinggi Partai Republik, Steve Scalise, mendesak anggotanya untuk menolak RUU itu dengan menyebutnya bagi-bagi uang ala sosialis. Dia juga menyalahkan Cina, yang menjadi tempat penyebaran virus Corona dan menginfeksi semua negara.

Namun, sejumlah politikus Partai Republik di Senat justru mendukung rancangan undang-undang ini, yang merupakan paket stimulus untuk membantu keuangan pemerintah lokal dan negara bagian.

Sementara penasihat ekonomi Gedung Putih Kevin Hassett mengatakan dalam sebuah wawancara Jumat dengan The Wall Street Journal bahwa Trump terbuka untuk pendanaan lebih banyak untuk pemerintah negara bagian dan lokal, selama uang itu tidak digunakan untuk "menyelamatkan negara-negara yang belum tentu memiliki tindakan serupa."

Paket bantuan ini, tentu bisa memberikan harapan pelaku pasar untuk tetap optimis bahwa langkah-langkah stimulus pada akhirnya akan mendukung laba perusahaan, terlepas dari berapa lama krisis berlangsung. Harapan-harapan itu akan terus ditimbang terhadap data baru yang menggambarkan kerusakan ekonomi. (har/sef)
Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular