
Sudahkah Anda "Mem-Price In" RIlis PDB Hari Ini?

Pelaku pasar sudah tahu, dan karenanya mereka melakukan penjualan saham setelah ekspektasi terkonfirmasi secara resmi (sell on news). Ini yang menimpa pasar keuangan kemarin, dengan koreksi sebesar 2%.
Bayangkan saja. Dari 90 kota, BPS melaporkan 39 kota mengalami inflasi dan 51 kota terjadi deflasi. Artinya, lebih banyak wilayah yang konsumsinya minus alias turun tak ada pertumbuhan. Padahal Bulan Puasa sudah terjadi, di mana secara historis ada kenaikan konsumsi.
Inflasi lemah pada April ini sudah menjelaskan semuanya mengenai prospek ekonomi kita. Maka, rilis angka pertumbuhan ekonomi kuartal I-2020 pada hari ini pun menjadi agak basi, karena sudah diperkirakan bakal terjadi penurunan kinerja mesin ekonomi, terutama secara kuartalan.
Konsensus pasar yang dihimpun CNBC Indonesia memperkirakan ekonomi domestik menurun pada kuartal satu, sebesar -1,19% secara kuartalan (quarter on quarter/QoQ) dan tumbuh hanya 4,33% secara tahunan (year-on-year/YoY).
Jika benar demikian, maka ekonomi Tanah Air akan melambat signifikan dibandingkan kuartal IV-2019 yang sebesar 4,97%. Apalagi kalau dibandingkan dengan kuartal I-2019 yang masih tumbuh 5,07%. Pertumbuhan ekonomi 4,3% akan menjadi laju terlemah sejak kuartal IV-2009.
Senada, konsensus Tradingeconomics memperkirakan ekonomi Indonesia terhitung minus 1,6% secara kuartalan, meski masih tumbuh 3,6% secara tahunan. Sementara itu, polling Refinitiv memperkirakan PDB kta akan terkontraksi -1,27% (kuartalan) dan tumbuh melambat sebesar 4,04% (tahunan).
Kontraksi kuartalan wajar terjadi karena secara historis pertumbuhan kuartal I biasanya lebih rendah dibanding kuartal IV yang memiliki momen Natal dan Tahun Baru, di mana konsumsi masyarakat Indonesia meningkat dengan laju tertinggi kedua setelah momen Lebaran.Namun kalau sampai terkontraksi menjadi minus, alias menurun atau pertumbuhan negatif (negative growth), ini jelas kondisi yang tidak biasa. Penyebabnya sudah jelas, pandemi COVIID-19 yang mulai menginfeksi ekonomi pada bulan Maret, atau sepertiga terakhir periode kuartal I.
Kabar buruk juga masih akan muncul dari rilis indeks keyakinan bisnis di Indonesia per kuartal I, yang menurut Tradingeconomics bakal melemah di level 98, dari posisi sebelumnya pada level 104,82.
Dari luar negeri, pemerintah AS dijadwalkan merilis neraca perdagangan Maret dengan defisit perdagangan yang bakal mencapai angka US$ 44,2 miliar (menurut polling Revinitif), membesar dari defisit sebelumnya US$ 39,9 miliar.
Jadi mohon maaf, belum ada kabar positif dari pasar untuk hari ini. Namun bursa saham bisa mencetak momen penguatan terbatas, dengan mengasumsikan koreksi 2% pada Senin sudah memasukkan juga "pengetahuan pasar" mengenai rilis PDB yang tak memuaskan pada hari ini.
Istilahnya, pasar sudah mem-price in kabar buruk rilis PDB ke dalam koreksi kemarin. Dus, koreksi hari ini--sekalipun terjadi--semestinya tidak akan sebesar pada perdagangan kemarin. Bahkan jika ada angin positif dari bursa global, IHSG berpeluang ikut terangkat meski tipis.