
Sampai Kapan Investor Lakukan "Sosial Distancing" dari Saham?

Bursa saham Amerika Serikat (AS) menguat pada pembukaan Senin (31/3/2020), menyusul kebijakan lanjutan penanganan wabah covid-19 di negara dengan perekonomian terbesar dunia itu.
Indeks Dow Jones Industrial Average melompat 690,7 poin (3,2%) menjadi 22.327,48. Indeks S&P 500 terkerek 3,4% ke 2.626,65 sedangkan indeks Nasdaq menguat 3,6% ke level 7.774,15. Saham teknologi seperti Microsoft, Alphabet dan Amazon menjadi pendorong reli tersebut, dengan kenaikan masing-masing sebesar 7%, 3,3% dan 3,4%.
Dengan demikian, Dow Jones melompat 20% dari aksi jual besar-besaran akibat wabah corona pada Senin sedangkan indeks S&P 500 telah melesat lebih dari 17%. Nasdaq membal lebih dari 13%.
“Saat ini, bursa saham memfaktorkan skenario pemulihan ekonomi berbentuk V,” tutur Dave Albrycht, chief investment officer Newfleet Asset Management, sebagaimana dikutip CNBC International. “Itu akan sangat bergantung pada apakah vaksin ditemukan, berapa lama ini akan terjadi dan apakah masyarakat mulai kembali bekerja setelah ini melewati puncaknya.”
Namun Presiden AS Donald Trump dalam konferensi pers pada Minggu kemarin mengatakan bahwa seruan social distancing telah diperpanjang menjadi 30 April, dan memperkirakan kasus kematian akibat virus corona baru ini akan memuncak dua pekan ke depan. Investor menafsirkannya sebagai kesiapan pemerintah mengantisipasi efek jangka panjang covid-19.
Sentimen positif juga datang dari Johnson & Johnson yang mengumumkan bahwa pihaknya mengidentifikasi kandidat vaksin virus corona. Tes terhadap manusia bakal dimulai pada September. Merespons kabar ini, saham emiten farmasi dan perawatan tubuh global itu melesat 8%.
Pekan lalu, Dow Jones mencatatkan reli mingguan terbesarnya sejak 1938, dengan melesat lebih dari 12%. Indeks S&P 500 dan Nasdaq mencatatkan kinerja terbaik sejak 2009 setelah melesat 10,3% dan 9,1%.
Kenaikan itu terjadi setelah Senat AS meloloskan paket stimulus senilai US$ 2 triliun, sementara bank sentral AS (Federal Reserve/The Fed) memangkas suku bunga acuan sangat agresif ke level nyaris nol dan mengumumkan program quantitative easing (QE) yang akan dijalankan tanpa batas waktu.
“Bantengnya kembali ke panggung secara epik,” tutur Ken Berman, perencana investasi Gorilla Trades. “Meski menguat… ketakpastian seputar panjangnya kebutuhan lockdown dunia, yang menekan ekonomi dunia terus memperberat aset-aset berisiko.” (ags)