
Newsletter
How Low Can You Go? Apa Pasar Sudah Capai Titik Nadir?
Irvin Avriano Arief, CNBC Indonesia
02 March 2020 06:59

Berbeda dengan pasar obligasi pemerintah Amerika Serikat, di mana harganya masih mencetak rekor tertinggi secara beruntun atau 'naik-naik ke puncak gunung' selama sepekan terakhir dan menekan tingkat imbal hasilnya (yield) ke posisi terendah sepanjang masa. Yield US Treasury seri acuan 10 tahun turun hingga 1,12% pada akhir pekan lalu dari 1,47% pada pekan sebelumnya.
Pergerakan harga dan yield obligasi saling bertolak belakang di pasar sekunder, sehingga ketika harga naik maka akan menekan yield turun, begitupun sebaliknya. Yield yang menjadi acuan keuntungan yang didapat investor juga lebih umum dijadikan acuan transaksi obligasi dibanding harga karena mencerminkan kupon, tenor, dan risiko dalam satu angka.
Pekan ini, pelaku pasar kemungkinan besar akan mencari-cari dan menerka-nerka titik terbawah (bottom) setelah pasar amblas pekan lalu. Secara historis, CNBC.dom mencatat bahwa sejak Perang Dunia II indeks S&P 500 mengalami 26 kali koreksi pasar (selain yang terjadi sepekan terakhir).
Pada periode tersebut, S&P 500 membukukan rerata penurunan 13,7% dan memerlukan waktu selama 4 bulan untuk membaik lagi, jika tidak masuk ke tren koreksi lagi (bearish).
(irv)
Pergerakan harga dan yield obligasi saling bertolak belakang di pasar sekunder, sehingga ketika harga naik maka akan menekan yield turun, begitupun sebaliknya. Yield yang menjadi acuan keuntungan yang didapat investor juga lebih umum dijadikan acuan transaksi obligasi dibanding harga karena mencerminkan kupon, tenor, dan risiko dalam satu angka.
Karena turunnya yield tersebut, selisih yield US Treasury dengan yield surat utang negara (SUN) tenor sama yaitu 10 tahun melebar hingga 565, jauh di atas rerata spread 538 bps pada 2019 dan 452 bps pada 2018. Besaran 100 bps setara 1%.
Sepekan lalu, pasar obligasi pemerintah Indonesia terkoreksi seiring dengan pelemahan pasar saham karena risikonya masih dianggap beriringan. Koreksi terjadi dan menekan yield seri 10 tahun sebesar 29 bps menjadi 6,83% dari posisi pekan sebelumnya 6,54%.
Sepekan lalu, pasar obligasi pemerintah Indonesia terkoreksi seiring dengan pelemahan pasar saham karena risikonya masih dianggap beriringan. Koreksi terjadi dan menekan yield seri 10 tahun sebesar 29 bps menjadi 6,83% dari posisi pekan sebelumnya 6,54%.
Di sisi instrumen safe haven lain yaitu yen Jepang, penguatan terhadap dolar AS terlihat signifikan seiring dengan posisi dolar AS sendiri, yang biasa disebut greenback, keok di hadapan enam mata uang utama dunia. Dollar Index adalah posisi dolar AS di depan mata uang utama lain yakni euro, poundsterling, yen, dolar Kanada, franc Swiss, dan krona Swedia.
Yen menguat dari 0,89/dolar AS pada akhir pekan sebelumnya (21/2/20) menjadi 0,92/dolar AS pada akhir pekan lalu, yang diiringi oleh turunnya Indeks Dolar AS dari 99,26 menjadi 98,13.Pekan ini, pelaku pasar kemungkinan besar akan mencari-cari dan menerka-nerka titik terbawah (bottom) setelah pasar amblas pekan lalu. Secara historis, CNBC.dom mencatat bahwa sejak Perang Dunia II indeks S&P 500 mengalami 26 kali koreksi pasar (selain yang terjadi sepekan terakhir).
Pada periode tersebut, S&P 500 membukukan rerata penurunan 13,7% dan memerlukan waktu selama 4 bulan untuk membaik lagi, jika tidak masuk ke tren koreksi lagi (bearish).
![]() Koreksi Historis S&P 500 |
Next Page
Sentimen Pekan Ini
Pages
Most Popular