
Newsletter
Sekadar Mengingatkan, Wall Street Amblas 4% Lho...
Hidayat Setiaji, CNBC Indonesia
28 February 2020 06:01

Untuk perdagangan hari ini, investor perlu mencermati sejumlah sentimen. Pertama tentu kabar dari Wall Street yang sangat mengkhawatirkan. Melihat Wall Street yang merah padam, bisa jadi investor di pasar keuangan Asia sudah jiper duluan.
Sentimen kedua adalah penyebaran virus corona yang semakin luas. Di Jerman, yang memiliki 26 kasus corona, Menteri Kesehatan Jens Spahn meminta pemerintah daerah, rumah sakit, dan tenaga kesehatan meningkatkan kualitas perencanaan mereka. Spahn menegaskan sudah sulit melacak jejak patient zero yang membawa virus corona ke Negeri Panser.
Kemudian di Jepang, Perdana Menteri Shinzo Abe meminta sekolah-sekolah negeri diliburkan selama beberapa pekan mulai 2 Maret. Hal ini dilakukan untuk mencegah penyebaran virus lebih lanjut.
"Kita menghadapi krisis di depan. Sebuah epidemi akan datang," kata Emmanuel Macron, Presiden Prancis, seperti diberitakan Reuters. Ada 18 kasus corona di Negeri Anggur, dua di antaranya tutup usia.
Semakin banyak terdengar kabar soal serangan virus corona, semakin banyak negara baru yang terinfeksi, maka semakin paniklah pelaku pasar. Kalau sudah panik, aset-aset berisiko akan mengalami tekanan jual dahsyat (sell-off). Jadi IHSG, rupiah, dan Surat Berharga Negara (SBN) sepertinya belum akan aman hari ini.
Namun bukan berarti tidak ada harapan. Sebab sentimen ketiga adalah nilai tukar dolar AS yang cenderung melemah, artinya ada ruang bagi rupiah untuk 'balas dendam'.
Pada pukul 03:49 WIB, Dollar Index (yang mengukur posisi greenback) di hadapan enam mata uang utama dunia) melemah sampai 0,49%. Dalam sepekan terakhir, indeks ini sudah terkoreksi 1,37%.
Pelemahan dolar AS terjadi seiring menebalnya keyakinan pasar bahwa The Federal Reserves/ The Fed (bank sentral Negeri Adidaya) akan menurunkan suku bunga acuan sebagai langkah antisipasi dampak virus corona. Mengutip CME FedWatch, peluang penurunan Federal Funds Rate sebesar 25 bps menjadi 1,25-1,5% dalam rapat 18 Maret mendatang adalah 63,1%. Lebih tinggi ketimbang probabilitas tetap di 1,5-1,75% yaitu 36,9%.
"Penurunan suku bunga acuan kembali mendapat momentum. Bahkan peluangnya lebih besar ketimbang penurunan di Zona Euro," kata Lan Nguyen, Analis di Commerzbank, seperti dikutip dari Reuters.
Penurunan suku bunga acuan bisa membuat berinvestasi di dolar AS menjadi kurang menarik karena imbalan juga pasti turun. Ini membuat dolar AS kehilangan pamornya dan mengalami tekanan jual.
Rupiah bisa memanfaatkan ini dengan mencetak penguatan. Lagipula rupiah sudah terlalu lama menderita, dalam sebulan terakhir pelemahannya mencapai 3,16%. Mata uang Ibu Pertiwi punya modal untuk technical rebound.
Namun apakah peluang itu lebih besar dibandingkan kekhawatiran pasar terhadap virus corona? Hanya waktu yang akan memberi jawabnya...
Sentimen kedua adalah penyebaran virus corona yang semakin luas. Di Jerman, yang memiliki 26 kasus corona, Menteri Kesehatan Jens Spahn meminta pemerintah daerah, rumah sakit, dan tenaga kesehatan meningkatkan kualitas perencanaan mereka. Spahn menegaskan sudah sulit melacak jejak patient zero yang membawa virus corona ke Negeri Panser.
Kemudian di Jepang, Perdana Menteri Shinzo Abe meminta sekolah-sekolah negeri diliburkan selama beberapa pekan mulai 2 Maret. Hal ini dilakukan untuk mencegah penyebaran virus lebih lanjut.
"Kita menghadapi krisis di depan. Sebuah epidemi akan datang," kata Emmanuel Macron, Presiden Prancis, seperti diberitakan Reuters. Ada 18 kasus corona di Negeri Anggur, dua di antaranya tutup usia.
Semakin banyak terdengar kabar soal serangan virus corona, semakin banyak negara baru yang terinfeksi, maka semakin paniklah pelaku pasar. Kalau sudah panik, aset-aset berisiko akan mengalami tekanan jual dahsyat (sell-off). Jadi IHSG, rupiah, dan Surat Berharga Negara (SBN) sepertinya belum akan aman hari ini.
Namun bukan berarti tidak ada harapan. Sebab sentimen ketiga adalah nilai tukar dolar AS yang cenderung melemah, artinya ada ruang bagi rupiah untuk 'balas dendam'.
Pada pukul 03:49 WIB, Dollar Index (yang mengukur posisi greenback) di hadapan enam mata uang utama dunia) melemah sampai 0,49%. Dalam sepekan terakhir, indeks ini sudah terkoreksi 1,37%.
Pelemahan dolar AS terjadi seiring menebalnya keyakinan pasar bahwa The Federal Reserves/ The Fed (bank sentral Negeri Adidaya) akan menurunkan suku bunga acuan sebagai langkah antisipasi dampak virus corona. Mengutip CME FedWatch, peluang penurunan Federal Funds Rate sebesar 25 bps menjadi 1,25-1,5% dalam rapat 18 Maret mendatang adalah 63,1%. Lebih tinggi ketimbang probabilitas tetap di 1,5-1,75% yaitu 36,9%.
![]() |
"Penurunan suku bunga acuan kembali mendapat momentum. Bahkan peluangnya lebih besar ketimbang penurunan di Zona Euro," kata Lan Nguyen, Analis di Commerzbank, seperti dikutip dari Reuters.
Penurunan suku bunga acuan bisa membuat berinvestasi di dolar AS menjadi kurang menarik karena imbalan juga pasti turun. Ini membuat dolar AS kehilangan pamornya dan mengalami tekanan jual.
Rupiah bisa memanfaatkan ini dengan mencetak penguatan. Lagipula rupiah sudah terlalu lama menderita, dalam sebulan terakhir pelemahannya mencapai 3,16%. Mata uang Ibu Pertiwi punya modal untuk technical rebound.
Namun apakah peluang itu lebih besar dibandingkan kekhawatiran pasar terhadap virus corona? Hanya waktu yang akan memberi jawabnya...
(aji/aji)
Next Page
Simak Agenda dan Data Berikut Ini
Pages
Tags
Related Articles
Recommendation

Most Popular