Newsletter

Kala Perekonomian No.1 Dunia Bersiap Menghadapi Wabah Corona

Yazid Muamar, CNBC Indonesia
26 February 2020 07:16
Kala Perekonomian No.1 Dunia Bersiap Menghadapi Wabah Corona

Jakarta, CNBC Indonesia - Amerika Serikat (AS) bersiap menghadapi penyebaran virus corona ketika wabah di Iran, Korea Selatan dan Italia meningkat.

Nancy Messonnier, seorang pejabat Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit (CDC) AS, mengatakan kepada wartawan bahwa data penyebaran virus selama sepekan terakhir telah meningkatkan harapan akan penularan di Amerika. "Gangguan pada aktivitas sehari-hari mungkin parah," tuturnya Selasa (25/2/2020).



Sekretaris Kesehatan dan Layanan Kemanusiaan AS Alex Azar juga meminta subkomite Senat untuk menyetujui anggaran US$ 2,5 miliar untuk memperluas sistem pengawasan virus corona, membantu pengembangan vaksin dan meningkatkan stok peralatan pelindung.

Pakar WHO mendesak negara-negara untuk meningkatkan persiapan. "Pikirkan virus ini akan muncul besok. Jika kamu tidak berpikir seperti itu, kamu tidak akan siap," kata Bruce Aylward, kepala misi gabungan WHO-China terkait wabah Corona.

Meski corona dinyatakan sudah mencapai puncak di China namun penyebaran corona di luar negeri itu kian meningkat. Setidaknya sudah ada 39 negara mengonfirmasi kasus corona per Selasa.

Korsel misalnya menjadi negara kedua terbanyak setelah China dengan jumlah kasus 977 dan 10 kematian. Iran juga mencatat lonjakan pada jumlah korban tewas menjadi 16 dan membuat negeri itu sebagai negara dengan pasien meninggal terbanyak setelah China.

Kasus corona yang naik signifikan juga terjadi di Eropa. Italia menjadi sumber corona dengan 280 kasus positif dan 11 orang meninggal.



Secara total, dari data terbaru John Hopkins University CSSE hingga pukul 6:25 WIB, ada 80.413 orang terinfeksi dan 2.708 orang meninggal karena corona di dunia.

Sementara itu, dari dalam negeri, keganasan corona juga membuat aksi jual investor asing. Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) kembali terkoreksi sebanyak 19 poin atau -0,34% ke level 5.787.

Asing tercatat melakukan jual bersih (net sell) senilai Rp 794,77 miliar di pasar reguler. Ini ebih tinggi dari net sell sehari sebelumnya yang mencapai Rp 471,09 miliar.

Sementara rupiah juga masih tertekan, mata uang garuda tersebut kembali ditaklukan dolar Amerika Serikat (AS) dengan koreksi tipis 0,04% pada level Rp 13.870/US$ di perdagangan pasar spot.

Di pasar surat utang pemerintah, harga obligasi rupiah terkoreksi di pasar sekunder. Seri acuan yang paling melemah adalah FR0082 yang bertenor 10 tahun dengan kenaikan yield 2,1 basis poin (bps) menjadi 6,54%, di mana besaran 100 bps setara dengan 1%.

Yield Obligasi Negara Acuan 25 Feb'20

Seri

Jatuh tempo

Yield 24 Feb'20 (%)

Yield 25 Feb'20 (%)

Selisih (basis poin)

Yield wajar PHEI 25 Feb'21 (%)

FR0081

5 tahun

5.704

5.676

-2.80

5.642

FR0082

10 tahun

6.525

6.546

2.10

6.5156

FR0080

15 tahun

7.038

7.051

1.30

7.0207

FR0083

20 tahun

7.277

7.291

1.40

7.2742

Sumber: Refinitiv


[Gambas:Video CNBC]



Aksi jual masif (Sell off) melanda bursa saham Amerika Serikat (AS). Perkembangan virus corona (covid-19) di luar China termasuk potensinya di Negeri Paman Sam menjadi salah satu penyebabnya.

Indeks Dow Jones Industrial Average (DJIA) anjlok hingga 879 poin atau -3,15% ke level 27.081, S&P 500 amblas 97 poin atau -3,03% ke level 3.128, dan Nasdaq kehilangan 255 poin atau -2,77% ke 8.965.

Penurunan ini menempatkan Dow Jones dan S&P 500 lebih rendah 8% di bawah rekor tertinggi yang dicapai awal bulan ini. Nasdaq ditutup lebih rendah 8,9% di bawah rekor tertinggi sepanjang masa yang dicapai 19 Februari 2020.

Saham teknologi seperti Apple dan Facebook jatuh ke zona merah dengan penurunan lebih dari 10% dari rekor tertingginya yang baru saja tercapai pada bulan Januari 2020 lalu.

"Volatilitas itu normal," kata Art Hogan, kepala strategi pasar di National Securities. "Apa yang menyeramkan tentang anjloknya Wall Street dari rekor tertingginya adalah penyusupan akan penurunan yang begitu cepat dalam waktu singkat."

Salah satu alasan kuat yang menekan Wall Street ialah arahan dari Pejabat Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit (CDC) AS agar bersiap-siap jika wabah virus korona memburuk di dalam negeri.

"Kami meminta publik Amerika untuk bekerja dengan kami untuk melakukan persiapan jika keadaan memburuk," kata Dr. Nancy Messonnier, pejabat tinggi di CDC, kepada wartawan.

Perkembangan virus corona diluar China kian memprihatinkan. Jumlah kasus corona di A.S relatif kecil dibandingkan dengan negara lain, tetapi ahli strategi mengatakan bahwa jumlahnya dapat bertumbuh dan lebih lanjut mengurangi sentimen positif investor di pasar modal.

Investor AS pun cenderung meninggalkan aset berisiko seperti saham dan membidik aset minim risiko obligasi pemerintah. Yield (imbal hasil) yang menjadi acuan tenor 10 tahun turun menjadi 1,33%, melewati level terendah sepanjang masa di 1,36%.

Untuk perdagangan hari ini, investor patut mencermati sejumlah sentimen. Pertama, anjloknya bursa Wall Street berpotensi merambat ke bursa saham Asia termasuk bursa dalam negeri.

Sentimen kedua, adalah dolar AS yang melemah membuat rupiah berpotensi bangkit. Hingga pukul 6:50 WIB, Dolar Index (DXY) terkoreksi 0,4% ke level 98,96.

Sentimen ketiga, yaitu penurunan harga minyak minyak mentah (crude oil). Harga minyak jenis brent di pasar spot dunia kembali terkoreksi 2,29% menjadi USD 54,9/barrel hingga pagi ini. Sedangkan light sweet juga turun 2,51% ke USD 50,1/barrel.

Bagi rupiah, penurunan harga minyak menjadi sebuah berkah, pasalnya Indonesia adalah negara net importir minyak, yang mau tidak mau harus mengimpor demi memenuhi kebutuhan dalam negeri. Saat harga minyak turun, maka biaya importasinya menjadi lebih murah.

Sentimen keempat, perkembangan orang dengan infeksi dan kematian akibat virus corona sementara tidak bertambah signifikan. Hal ini dapat membuat angin segar bagi bursa saham untuk menguat.  

Sentimen kelima
, bencana banjir di Jakarta dan sekitar membuat perekonomian kurang berjalan lancar sehingga berpotensi mempengaruhi mood pelaku pasar menjadi negatif.

Berikut adalah rilis data yang akan terjadi hari ini:

  •          South Korea, Business Confidence, Februari (4:00 WIB);
  •          France, Consumer Confidence, February (14:45 WIB);
  •          EU, President Lagarde Speech (20:30 WIB)
  •          US, New Home Sales, Januari (22:00 WIB)
  •          RUPST Emiten ELTY, Hotel Aston Rasuna (14:00 WIB)
  •          RUPSLB Emiten AISA, Ruang Seminar II BEI (10:00 WIB)

Berikut sejumlah indikator perekonomian nasional:

Indikator

Tingkat

Pertumbuhan ekonomi (Q IV-2019 YoY)

5,02%

Inflasi (Januari 2020 YoY)

2,68%

BI 7 Day Reverse Repo Rate (Januari 2020)

4,75%

Defisit anggaran (APBN 2020)

-1,76% PDB

Transaksi berjalan (Q IV-2019)

-2,66% PDB

Neraca pembayaran (Q IV-2019)

US$ 4,28 miliar

Cadangan devisa (Januari 2020)

US$ 131,7 miliar


Untuk mendapatkan informasi seputar data-data pasar, silakan klik di sini.

TIM RISET CNBC INDONESIA
Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular