
Mencoba ke Jalur Hijau, Wall Street Dibuka Menguat 160 Poin

Jakarta, CNBC Indonesia - Bursa saham Amerika Serikat (AS) dibuka menguat pada perdagangan Selasa (25/2/2020) setelah koreksi dahsyat kemarin, karena sebagian investor memanfaatkan peluang pembelian di kala koreksi pasar.
Indeks Dow Jones Industrial Average melompat 160 poin (0,6%) pada pembukaan perdagangan pukul 08:30 waktu setempat (21:30 WIB), tetapi susut menjadi hanya 30 poin (0,2%) selang 20 menit kemudian ke 28.003,9. Indeks Nasdaq naik 8,2 poin (0,09%) ke 9.232,6 dan S&P 500 memerah 0,2 poin (-0,01%) ke 3.225,1.
Saham Home Depot melompat 2,4% menyusul kinerja positif emiten ritel perlengkapan rumah tangga tersebut per kuartal IV-2019. Secara sektoral, indeks saham sektor teknologi menjadi penggerak indeks S&P 500 dengan menguat 0,7%.
Investor meninggalkan bursa saham dan mengincar aset-aset minim risiko (safe haven) pada Senin menyusul lonjakan temuan kasus virus corona di luar China yang dikhawatirkan bisa memicu perlambatan ekonomi dunia.
Obligasi pemerintah AS yang dinilai aset investasi aman pun diburu, sehingga imbal hasil (yield) Surat Utang Negara (SUN) AS berjatuh tempo 10 tahun menyentuh titik terendahnya pada 1,347%, yang terakhir disentuh pada Juli 2016. Ketika yield turun, maka harga obligasi menguat karena aksi buru investor.
"Saya bukan orang yang percaya bahwa kita akan melihat suku bunga negatif di AS, tetapi dengan investor global memburu aset AS, utamanya obligasi, ada tekanan besar untuk menjaga suku bunga tetap rendah," tutur Andrew Thrasher, pendiri Thrasher Analytics, sebagaimana dikutip CNBC International.
Pada Senin, Dow Jones anjlok lebih dari 1.000 poin, menjadi koreksi terbesar sejak Februari 2018. Indeks S&P 500 anjlok 3,3%, juga menjadi koreksi yang terburuk dalam dua tahun. Koreksi Senin kemarin menghapus kenaikan yang dibukukan sepanjang tahun 2020.
Kekhawatiran tersebut dipicu meningkatnya temuan kasus virus corona, terutama di tiga yakni Korea Selatan, Iran, dan Italia. Korsel telah menaikkan status kedaruratan corona ke 'level tertinggi' dengan total penderita lebih dari 800 orang. Iran melaporkan 12 orang meninggal karena virus ini.
Di sisi lain, Italia melaporkan lebih dari 130 kasus infeksi corona, dengan tujuh orang meninggal. Italia menjadi negara pertama di luar Asia yang melaporkan korban tewas akibat corona. Hari ini, pelaku pasar bakal melihat pergerakan angka korban virus corona di negara non-China itu.
"Lonjakan besar akhir pekan ini ke berbagai negara lain membuat banyak pihak menghitung ulang estimasi pertumbuhan 2020," tutur Ryan Detrick, perencana investasi senior LPL Financial sebagaimana dikutip CNBC International. "Kita bisa melihat outlook laba dan pertumbuhan yang turun mendadak."
Beberapa emiten AS mengumumkan bahwa efek virus corona akan mempengaruhi bisnis United Airlines dan Mastercard tahun ini. Saham United tertekan 0,6% sedangkan saham Mastercard anjlok 3% pada penutupan Senin kemarin.
Namun, Bespoke Investment Group yakin bahwa bursa saham bakal berbalik menguat setelah koreksi dalam tersebut. Kembali pada tahun 2009, indeks S&P 500 melonjak rata-rata 1% setelah koreksi besar.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(ags/ags) Next Article Wall Street Melejit, Sinyal Pasar Saham Kebal Resesi?