
Bukan Corona, Apple Guncang Bursa & Buat Harga Emas Melesat

IHSG menguat 0,33% ke 5.886,962. Sektor industri dasar memimpin penguatan IHSG pada hari ini dengan kenaikan 1,86%, disusul dengan sektor properti sebesar 1,47%. Sementara sektor finansial yang memiliki kapitalisasi pasar terbesar justru melemah 0,35%.
Melihat bursa utama Asia, indeks Nikkei Jepang, Hang Seng Hong Kong, dan Kospi Korea Selatan masing-masing berakhir anjlok sekitar 1,5%, hanya Shanghai Composite China yang berhasil berbalik menguat tipis 0,05%.
Dari pasar obligasi, yield harga surat utang negara (SUN) tenor 10 tahun turun 2,6 basis poin (bps) ke 6,548%.
Sebagai informasi, pergerakan yield obligasi berbanding terbalik dengan harganya. Ketika yield turun, berarti harga sedang naik. Sebaliknya, ketika yield naik, berarti harga sedang turun.
Sementara rupiah melemah 0,07% di level Rp 13.660/US$, seirama dengan mata uang utama Asia lainnya, kecuali yen Jepang yang menyandang status aset aman (safe haven). Fakta yen masih menguat dan mayoritas bursa utama Asia yang melemah menunjukkan sentimen pelaku pasar masih belum bagus.
Di awal pekan, sentimen pelaku pasar sedikit membaik setelah bank sentral China (People's Bank of China/PBoC) sekali lagi bertindak guna meredam dampak wabah virus corona ke perekonomian.
PBoC mengumumkan penurunan suku bunga Medium-term Lending Facility (MLF) tenor setahun dari 3,25% menjadi 3,15%. Selain itu PBoC juga akan menggelontorkan dana senilai US$ 29 miliar dalam bentuk pinjaman jangka menengah.
Penurunan tersebut dimaksudkan untuk menambah likuiditas di pasar, sehingga roda perekonomian bisa berputar. Penurunan MLF hari ini diyakini pelaku pasar sebagai pembuka jalan pemangkasan Loan Prime Rate (LPF) yang akan diumumkan Kamis pekan ini.
Bukan kali ini saja PBoC menggelontorkan stimulus, di awal bulan lalu suku bunga reverse repo tenor 7 hari diturunkan menjadi menjadi 2,4%, sementara tenor 14 hari diturunkan menjadi 2,55% guna meredam gejolak finansial akibat virus corona. Selain itu PBoC menyuntikkan likuiditas senilai 1,7 triliun yuan (US$ 242,74 miliar) melalui operasi pasar terbuka.
Namun, sentimen pelaku pasar kembali memburuk setelah wabah virus corona atau yang disebut COVID-19 sudah menunjukkan dampak ke sektor riil.
Wabah corona kini memiliki "produk turunan" dari sisi makro yakni risiko terjadinya resesi, sementara dari sisi mikro penurunan pendapatan perusahaan.
Setidaknya ada tiga negara yang berisiko mengalami resesi, yakni Singapura, Jerman, dan Jepang. Ketiganya memiliki hubungan erat dengan China.
Pemerintah Singapura Senin kemarin memangkas proyeksi pertumbuhan ekonomi tahun ini. Mengutip Reuters, Singapura memprediksi pertumbuhan Produk Domestik Bruto (PDB) tahun 2020 ada di kisaran -0,5%-1,5%. Padahal sebelumnya, pemerintah memproyeksikan, pertumbuhan di kisaran 0,5%-2,5%.
Setelah Singapura, Jerman juga sudah waspada. Pertumbuhan ekonomi Negeri Panser di kuartal IV-2019 stagnan alias tidak tumbuh dari kuartal sebelumnya. Pada tahun lalu, Jerman sudah nyaris mengalami resesi akibat perang dagang AS dengan China.
Selanjutnya Jepang, negara dengan nilai ekonomi terbesar ketiga di dunia, yang sudah dekat dengan resesi. Perekonomian Jepang berkontraksi tajam di kuartal IV-2019, bahkan menjadi yang terdalam sejak 6 tahun terakhir. Data dari Cabinet Office menunjukkan produk domestic bruto (PBD) kuartal IV-2019 berkontraksi 1,6% quarter-on-quarter (QoQ), menjadi yang terdalam sejak kuartal II-2014.
Sementara itu raksasa teknologi asal AS, Apple Inc. menyatakan pendapatan di kuartal II tahun fiskal 2020 akan lebih rendah dari prediksi sebelumnya akibat wabah Covid-19, yang menyebabkan gangguan suplai serta penurunan penjualan di China. Apple sebelumnya memberikan prediksi penjualan bersih akan mencapai US$ 63 miliar sampai US$ 67 miliar.
Dengan kapitalisasi pasar yang lebih besar dari nilai ekonomi Indonesia, pernyataan dari Apple tersebut yang membuat sentimen pelaku pasar kembali memburuk dan membuat bursa saham global tertekan pada perdagangan Selasa kemarin.
Bursa saham AS (Wall Street) bervariasi pada perdagangan Selasa, indeks Dow Jones mencatat penurunan tiga hari beruntun setelah melemah 0,6% ke 29.232,19. Indeks S&P 500 melemah 0,3% ke 3.370,29 dan turun dari rekor tertinggi. Sementara Nasdaq justru mencetak rekor tertinggi dengan penguatan tipis 0,02% ke 9.732,74.
Penguatan saham Tesla yang lebih dari 7% membantu Nasdaq mencetak rekor tertinggi sepanjang masa tersebut.
Secara keseluruhan, pergerakan Wall Street tertekan oleh pernyataan Apple mengenai risiko penurunan pendapatan akibat wabah virus corona. Saham Apple sendiri melemah 1,8%.
"Sementara ini mengecewakan, saat ini kami tidak percaya ini sebuah kejutan, dan kami perkirakan isu tersebut hanya sementara" kata Chris Caso, analis di Raymond James sebagaimana diwartakan CNBC International.
"Kami pikir hampir semua produksi dan semua permintaan akan kembali normal ketika mitra Apple mulai kembali beoperasi dengan kapasitas penuh dan ketika fasilitas ritel di China kembali normal" tambahnya.
Apple tidak menyebutkan seberapa besar wabah virus corona akan menggerus pendapatannya, tetapi efek pernyataan tersebut turut menyeret turun harga saham mitra-mitranya.
Penyabaran virus corona dikatakan sudah mulai melambat. Berdasarkan data satelit pemetaan ArcGis dari Johns Hopkins CSSE jumlah korban meninggal akibat virus corona sebanyak 1.875 orang, dan menjangkiti lebih dari 73.000 orang.
Namun, ahli imunologi dan anggota satuan tugas Covid-19 AS, Anthony Faucy mengatakan China memang melaporkan penambahan jumlah korban meninggal dan terjangkit lebih sedikit dari sebelumnya, tetapi bukan berarti wabah virus corona mulai melambat.
"Kita harus melihat beberapa hari sebelum menentukan apakah itu benar atau itu hanya variasi yang umumnya terjadi" kata Fauci sebagaimana dilansir CNBC International.
Sementara itu analis lainnya dari Raymond James mengatakan "hal yang terburuk masih belum datang" dari wabah virus corona.
Seperti disebutkan di halaman sebelumnya, saham Apple melemah 1,8%, tetapi sebelum berada di level tersebut perusahaan pimpinan Tim Cook ini sempat anjlok 2,9%.
Apple Inc. merupakan perusahaan dengan kapitalisasi pasar lebih dari US$ 1,3 triliun. Sebagai perbandingan nilai perekonomian Indonesia di tahun 2018 sebesar US$ 1,042 triliun, masih di bawah kapitalisasi pasar Apple. Di tahun yang sama, nilai ekonomi AS sebagai yang terbesar di dunia sebesar US$ 20,5 triliun, itu artinya kapitalisasi pasar perusahaan pembuat iPhone ini sekitar 6,3% dari nilai ekonomi AS.
Tidak hanya itu melansir Investopedia yang melihat data World Bank, hanya ada 14 negara yang nilai ekonominya lebih besar dari Apple.
Maka ketika Apple mengumumkan kemungkinan penurunan pendapatan akan memberikan dampak buruk ke sentimen pelaku pasar. Apalagi banyak perusahaan yang bermitra dengan Apple di berbagai negara, sehingga bursa saham global akan terguncang.
Bursa Asia mengalami aksi jual yang cukup parah Selasa kemarin, Nikkei, Hang Seng, dan Kospi anjlok sekitar 1,5%, tetapi pelemahan Wall Street tidak sampai sebesar itu, Dow Jones "hanya" melemah 0,3%, Nasdaq bahkan mencetak rekor tertinggi meski menguat tipis.
Melihat pergerakan tersebut ada peluang akan berburu saham-saham murah di pasar Asia setelah anjlok Selasa kemarin, sehingga bursa utama saham Asia menghijau. IHSG memiliki potensi kembali menguat. Ketika bursa saham utama Asia menguat, rupiah juga berpeluang bangkit kembali.
Pernyataan Apple yang membuat bursa saham global terguncang kemarin membuat pelaku pasar mengalihkan investasinya ke aset aman (safe haven) seperti emas. Harga logam mulai ini melesat naik 1,32% ke US$ 1,601,66/troy ons di pasar spot melansir data Refinitiv. Level tersebut merupakan rekor penutupan tertinggi di tahun ini, juga yang tertinggi sejak Maret 2013.
Dampak dari penguatan emas dunia tersebut, harga emas Antam akan naik pada hari ini.
Selain itu dari pelaku pasar juga akan melihat neraca perdagangan Jepang bulan Januari, serta pesanan mesin inti bulan Desember 2019. Data ini bisa memberikan gambaran awal bagaimana kinerja ekonomi Jepang di kuartal I-2020 setelah mengalami kontraksi tajam di kuartal sebelumnya.
Data neraca perdagangan menunjukkan seberapa besar ekspor-impor sepanjang bulan lalu, saat virus corona mulai melanda. Sementara itu pesanan mesin inti jika menunjukkan kenaikan akan menggambarkan adanya peningkatan aktivitas ekonomi. Sebaliknya jika menurun, perekonomian Negeri Matahari Terbit kemungkinan masih akan loyo di awal tahun ini, sehingga ancaman resesi semakin nyata. Jika demikian, sentimen pelaku pasar bisa kembali memburuk.
Selain itu, pelaku pasar di dalam negeri juga menanti pengumuman suku bunga dari Bank Indonesia (BI) hari Kamis nanti. Hasil polling Reuters menunjukkan BI diprediksi memangkas suku bunga 25 basis poin menjadi 4,75%.
Pemangkasan suku bunga tentunya diharapkan akan lebih memacu pertumbuhan ekonomi Indonesia yang kemungkinan juga akan terseret pelambatan ekonomi China.
Berikut adalah peristiwa yang akan terjadi pada hari ini:
- Rilis data neraca perdagangan dan pesanan mesin Jepang (6:50 WIB)
- Rilis data pertumbuhan gaji Australia Inggris (7:30 WIB)
- Rilis data Inflasi Inggris (16:30 WIB)
Berikut Agenda di pekan ini:
Rabu, 19 Februari 2020
RUPS PT Bank Rakyat Indonesia Agroniaga Tbk (AGRO). Agenda: pengesahan laporan keuangan 2019, dividen, perubahan pengurus.
RUPS PT Bank Mandiri Tbk (BMRI). Agenda: pengesahan laporan keuangan 2019, dividen, perubahan pengurus.
RUPS PT J Resources Asia Pasifik Tbk (PSAB). Agenda: perubahan pengurus.
Public expose PSAB.
Cum hak memesan efek terlebih dahulu (HMETD/rights issue) di pasar reguler. Periode perdagangan HMETD/rights 25 Feb-4 Mar.
Kamis, 20 Februari 2020
RUPS PT Argo Pantes Tbk (ARGO). Agenda: perubahan pengurus.
RUPS PT Bank Bukopin Tbk (BBKP). Agenda: perubahan pengurus.
RUPS PT Bank Negara Indonesia Tbk (BBNI). Agenda: pengesahan laporan keuangan 2019, dividen, perubahan pengurus.
Jumat, 21 Februari 2020
RUPS PT Apexindo Pratama Duta Tbk (APEx). Agenda: persetujuan penerbitan obligasi wajib konversi, persetujuan rencana penambahan moal tanpa hak memesan efek terlebih dahulu (PMTHMETD/non-preemptive rights), perubahan anggaran dasar.
RUPS PT Kota Satu properti Tbk (SATU).
Berikut sejumlah indikator perekonomian nasional:
Indikator | Tingkat |
Pertumbuhan ekonomi (Q IV-2019 YoY) | 5,02% |
Inflasi (Januari 2020 YoY) | 2,68% |
BI 7 Day Reverse Repo Rate (Januari 2020) | 5% |
Defisit anggaran (APBN 2020) | -1,76% PDB |
Transaksi berjalan (Q IV-2019) | -2,66% PDB |
Neraca pembayaran (Q IV-2019) | US$ 4,28 miliar |
Cadangan devisa (Januari 2020) | US$ 131,7 miliar |
(pap) Next Article Hari Penentuan! BI Umumkan Keputusan Genting Hari Ini