Rupiah Masuk Kurs yang Berjaya di Tengah Wabah Virus Corona

Putu Agus Pransuamitra, CNBC Indonesia
18 February 2020 16:27
Berdasarkan data dari satelit pemetaan ArcGis dari Johns Hopkins CSSE hingga hari ini sebanyak 1.873 orang meninggal akibat Covid-19, dan menjangkiti
Foto: CNBC Indonesia/ Andrean Kristianto
Jakarta, CNBC Indonesia - Wabah virus corona atau yang disebut Covid-19 menjadi perhatian utama pasar finansial termasuk perdagangan mata uang dalam beberapa pekan terakhir. Rupiah menjadi salah satu yang terkena dampaknya, sempat menjadi mata uang terbaik dunia rupiah harus lengser akibat wabah Covid-19 yang belum menunjukkan tanda-tanda mereda.

Berdasarkan data dari satelit pemetaan ArcGis dari Johns Hopkins CSSE hingga hari ini sebanyak 1.873 orang meninggal akibat Covid-19, dan menjangkiti lebih dari 73.000 orang di berbagai negara.

Covid-19 kini memiliki "produk turunan" yakni ancaman resesi di beberapa negara. China yang merupakan negara asal wabah corona diprediksi mengalami pelambatan ekonomi, dan membuat beberapa negara ketar-ketir. Singapura, Jerman, dan Jepang menjadi negara yang terancam mengalami resesi, ketiganya memiliki hubungan yang erat dengan China.



Pemerintah Singapura Senin kemarin memangkas proyeksi pertumbuhan ekonomi tahun ini. Mengutip Reuters, Singapura memprediksi pertumbuhan Produk Domestik Bruto (PDB) tahun 2020 ada di kisaran -0,5%-1,5%. Padahal sebelumnya, pemerintah memproyeksikan, pertumbuhan di kisaran 0,5%-2,5%.

Setelah Singapura, Jerman juga sudah waspada. Pertumbuhan ekonomi Negeri Panser di kuartal IV-2019 stagnan alias tidak tumbuh dari kuartal sebelumnya. Pada tahun lalu, Jerman sudah nyaris mengalami resesi akibat perang dagang AS dengan China.

Selanjutnya Jepang, negara dengan nilai ekonomi terbesar ketiga di dunia, yang sudah dekat dengan resesi. Perekonomian Jepang berkontraksi tajam di kuartal IV-2019, bahkan menjadi yang terdalam sejak 6 tahun terakhir. Data dari Cabinet Office menunjukkan produk domestic bruto (PBD) kuartal IV-2019 berkontraksi 1,6% quarter-on-quarter (QoQ), menjadi yang terdalam sejak kuartal II-2014.

Akibat risiko resesi tersebut nilai tukar mata uangnya turut merosot. Dolar Singapura dan euro termasuk dalam 10 besar mata uang dengan kinerja terburuk sepanjang tahun ini. Sejak awal tahun hingga Senin kemarin, keduanya sudah melemah 3,4% melawan dolar Amerika Serikat (AS). 

Sementara yen Jepang, meski menyandang status aset aman (safe haven) juga masih melemah 1%. Mata uang safe haven lainnya, franc Swiss, juga masih melemah 1,4%.

Jika melihat data dari Refinitiv, tidak banyak mata uang yang menguat sepanjang tahun ini melawan dolar AS. Hanya ada lima mata uang yang mampu menguat, dua stagnan dan yang lainnya melemah.

Rupiah yang sebelumnya menjadi juara dunia harus lengser dan menempati posisi terbaik ketiga dengan penguatan 1,5%.

Mata uang shiling Kenya menduduki peringkat ke-empat dengan penguatan 0,6%. Sementara dolar Hong Kong meski juga terdampak wabah Covid-19 menempati posisi kelima dengan penguatan 0,3%.

Peso Meksiko yang sebelumnya berada di tempat ketiga naik ke posisi runner up dengan penguatan 2,1%. Mata uang dengan kinerja terbaik sepanjang tahun ini adalah pound Mesir yang tercatat menguat 2,2%.

Berikut pergerakan mata uang melawan dolar AS berdasarkan data Refinitiv.

Ini Mata Uang yang Berjaya di Tengah Wabah Virus CoronaFoto: Refinitiv


TIM RISET CNBC INDONESIA 


(pap/dru) Next Article RI Kurangi Ketergantungan Dolar AS

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular