
Newsletter
Aksi Cepat Tanggap China Tak Diragukan, Indonesia Bagaimana?
Arif Gunawan, CNBC Indonesia
13 February 2020 06:27

Pelaku pasar global mulai tenang melihat perkembangan wabah corona. Mereka teryakinkan oleh upaya China untuk meredam dampak Covid-19 ke ekonomi di tengah optimisme The Federal Reserve atas perekonomian AS yang juga membuat pelaku pasar sedikit tenang.
Untuk menangani efek virus tersebut, Bank sentral China (People's Bank of China/PBoC) memangkas suku bunga reverse repo tenor 7 hari menjadi 2,4% dan tenor 14 hari diturunkan menjadi 2,55% guna meredam gejolak finansial. Selain itu, likuiditas senilai 1,7 triliun yuan (US$ 242,74 miliar) disuntikkan melalui operasi pasar terbuka.
Di sisi fiskal, pemerintah China sejak 1 Februari telah membebaskan tarif semua produk yang diperlukan untuk mengatasi wabah, dan mendukung pembiayaan obligasi oleh pengusaha yang bisnisnya terdampak virus tersebut.
Beijing juga mengalokasikan dana senilai US$ 10, 3 miliar untuk mengatasi epidemi flu kelelawar tersebut. Demikian juga dengan fasilitas perpajakan untuk membantu meringankan sektor yang melesu akibat wabah. Intinya, semua cara dilakukan termasuk mengguyur pasar dengan cadangan babi beku sebanyak 20.000 ton guna menjinakkan inflasi.
Akibatnya, Wall Street menguat kemarin, melanjutkan reli sehari sebelumnya. Mayoritas bursa Asia juga menghijau. Namun, IHSG ternyata masih kedodoran karena kekhawatiran pelaku pasar belum sirna.
Pasar hari ini kemungkinan bakal memantau perkembangan virus corona di dalam negeri. Terutama, setelah harian The Jakarta Post memberitakan kabar adanya penderita virus corona di China yang mengaku sempat berlibur selama sepekan di Bali sebelum teridentifikasi mengidap virus tersebut dalam tubuhnya.
Melalui situs Weibo, pemerintah China melaporkan bahwa pada 5 Februari seorang pasien mengaku terbang dari Wuhan ke Bali pada 22 Januari. Sempat berlibur di Bali selama sepekan, dia kembali dengan pesawat Garuda Indonesia pada 28 Januari dan kemudian teridentifikasi terkena penyakit COVID-19 itu.
Sejauh ini, di Indonesia belum ada individu yang teridentifikasi terkena wabah tersebut. Namun dengan adanya kabar tersebut, respons dan kesiagaan pemerintah pun dicermati mengingat Bali adalah gerbang dan etalase utama pariwisata nasional. Sektor ini menyumbang nyaris 5% produk domestik bruto (PDB) nasional.
Secara sektoral, cermati saham sektor pertambangan yang berpeluang mendapatkan angin segar berupa pembebasan royalti batu bara bagi mereka yang menggarap proyek gasifikasi. Demikian juga saham-saham sektor perbankan yang mulai berpeluang mengalami pembalikan (rebound) secara teknikal setelah koreksi kemarin. (ags)
Untuk menangani efek virus tersebut, Bank sentral China (People's Bank of China/PBoC) memangkas suku bunga reverse repo tenor 7 hari menjadi 2,4% dan tenor 14 hari diturunkan menjadi 2,55% guna meredam gejolak finansial. Selain itu, likuiditas senilai 1,7 triliun yuan (US$ 242,74 miliar) disuntikkan melalui operasi pasar terbuka.
Di sisi fiskal, pemerintah China sejak 1 Februari telah membebaskan tarif semua produk yang diperlukan untuk mengatasi wabah, dan mendukung pembiayaan obligasi oleh pengusaha yang bisnisnya terdampak virus tersebut.
Beijing juga mengalokasikan dana senilai US$ 10, 3 miliar untuk mengatasi epidemi flu kelelawar tersebut. Demikian juga dengan fasilitas perpajakan untuk membantu meringankan sektor yang melesu akibat wabah. Intinya, semua cara dilakukan termasuk mengguyur pasar dengan cadangan babi beku sebanyak 20.000 ton guna menjinakkan inflasi.
Akibatnya, Wall Street menguat kemarin, melanjutkan reli sehari sebelumnya. Mayoritas bursa Asia juga menghijau. Namun, IHSG ternyata masih kedodoran karena kekhawatiran pelaku pasar belum sirna.
Pasar hari ini kemungkinan bakal memantau perkembangan virus corona di dalam negeri. Terutama, setelah harian The Jakarta Post memberitakan kabar adanya penderita virus corona di China yang mengaku sempat berlibur selama sepekan di Bali sebelum teridentifikasi mengidap virus tersebut dalam tubuhnya.
Melalui situs Weibo, pemerintah China melaporkan bahwa pada 5 Februari seorang pasien mengaku terbang dari Wuhan ke Bali pada 22 Januari. Sempat berlibur di Bali selama sepekan, dia kembali dengan pesawat Garuda Indonesia pada 28 Januari dan kemudian teridentifikasi terkena penyakit COVID-19 itu.
Sejauh ini, di Indonesia belum ada individu yang teridentifikasi terkena wabah tersebut. Namun dengan adanya kabar tersebut, respons dan kesiagaan pemerintah pun dicermati mengingat Bali adalah gerbang dan etalase utama pariwisata nasional. Sektor ini menyumbang nyaris 5% produk domestik bruto (PDB) nasional.
Secara sektoral, cermati saham sektor pertambangan yang berpeluang mendapatkan angin segar berupa pembebasan royalti batu bara bagi mereka yang menggarap proyek gasifikasi. Demikian juga saham-saham sektor perbankan yang mulai berpeluang mengalami pembalikan (rebound) secara teknikal setelah koreksi kemarin. (ags)
Next Page
Berikut Rilis Data dan Agenda Hari Ini
Pages
Tags
Related Articles
Recommendation

Most Popular