
Newsletter
Maaf Saudara, The Fed Belum Tertarik Obral Insentif ke Pasar
Arif Gunawan, CNBC Indonesia
12 February 2020 06:36

Kesaksian Gubernur The Fed Jerome Powell tadi malam memberikan afirmasi sikapnya dalam mempertahankan kebijakan moneter yang moderat, dan tak terlalu agresif, meski Presiden AS Donald Trump berulang kali mendesak pemangkasan suku bunga secara agresif.
Dalam pidato testimoninya, Powell menyatakan bahwa kebijakan moneter The Fed sampai sekarang memiliki pijakan yang kuat selama outlook ekonomi ke depan masih sejalan dengan yang sudah diestimasikan. Dia menampik anggapan bahwa era suku bunga rendah bisa diaplikasikan sekarang.
"Lingkungan suku bunga rendah ini bisa membatasi kemampuan bank sentral untuk memangkas suku bunga yang cukup untuk mendukung ekonomi ketika dalam situasi pelemahan," tuturnya, sembari bilang bahwa ekonomi AS tumbuh moderat dengan fundamental ekonomi yang cukup baik guna menopang belanja rumah tangga tetap "solid."
Merespons pernyataan tersebut, pasar terlihat agak kecewa. Sempat dibuka melonjak 100 poin pada pagi, indeks S&P 500 berakhir di zona merah, meski tipis. Pasar cenderung sebarisan dengan Trump yang ingin ada "obral insentif" bagi perekonomian dan pasar berupa suku bunga rendah yang bakal memompa likuiditas ke pasar modal.
Sebagaimana diberitakan CNBC International, pelaku pasar sudah memperhitungkan akan ada pemangkasan pada September dan pemain hedge fund sudah berspekulasi akan ada pemangkasan lagi pada Desember dengan angka pertaruhan sebesar 46%.
Meski Powell tidak bikin pasar hepi, tetapi setidaknya pasar juga tidak 'kecewa amat' karena arah suku bunga setidaknya tak mengarah ke Utara. "Suku bunga tidak akan naik melewati kenaikan inflasi di bawah kebijakan dia (Powell) dan itu menjadi musik yang merdu di telinga pemodal," said Chris Rupkey, chief financial economist at MUFG Union Bank.
Melanjutkan kebijakan wait-and-see dalam suku bunga, The Fed sebenarnya terus memompa pasar keuangan dengan likuiditas melalui pasar repo overnight, di mana bankir bertemu dan mendapatkan pendanaan jangka pendek agar tak kalah kliring. Kebijakan itu terkonfirmasi akan berjalan hingga kuartal kedua hingga dinilai cukup dan tak perlu dilanjutkan.
Bagi investor dunia, termasuk di Indonesia, sikap The Fed ini mengirimkan sinyal jelas bahwa perekonomian AS masih baik-baik saja sehingga outlook ke depan semestinya masih cerah dan tak ada kejutan yang perlu diwaspadai. Semuanya masih terkontrol.
Dengan sentimen tersebut, ditambah meredanya kekhawatiran seputar tingkat penyebaran virus corona, tak ada alasan bagi bursa kawasan termasuk Indonesia untuk bergerak di jalur hijau. Asalkan, tidak ada kejutan tambahan dari dalam negeri. (ags)
Dalam pidato testimoninya, Powell menyatakan bahwa kebijakan moneter The Fed sampai sekarang memiliki pijakan yang kuat selama outlook ekonomi ke depan masih sejalan dengan yang sudah diestimasikan. Dia menampik anggapan bahwa era suku bunga rendah bisa diaplikasikan sekarang.
"Lingkungan suku bunga rendah ini bisa membatasi kemampuan bank sentral untuk memangkas suku bunga yang cukup untuk mendukung ekonomi ketika dalam situasi pelemahan," tuturnya, sembari bilang bahwa ekonomi AS tumbuh moderat dengan fundamental ekonomi yang cukup baik guna menopang belanja rumah tangga tetap "solid."
Merespons pernyataan tersebut, pasar terlihat agak kecewa. Sempat dibuka melonjak 100 poin pada pagi, indeks S&P 500 berakhir di zona merah, meski tipis. Pasar cenderung sebarisan dengan Trump yang ingin ada "obral insentif" bagi perekonomian dan pasar berupa suku bunga rendah yang bakal memompa likuiditas ke pasar modal.
Sebagaimana diberitakan CNBC International, pelaku pasar sudah memperhitungkan akan ada pemangkasan pada September dan pemain hedge fund sudah berspekulasi akan ada pemangkasan lagi pada Desember dengan angka pertaruhan sebesar 46%.
Meski Powell tidak bikin pasar hepi, tetapi setidaknya pasar juga tidak 'kecewa amat' karena arah suku bunga setidaknya tak mengarah ke Utara. "Suku bunga tidak akan naik melewati kenaikan inflasi di bawah kebijakan dia (Powell) dan itu menjadi musik yang merdu di telinga pemodal," said Chris Rupkey, chief financial economist at MUFG Union Bank.
Melanjutkan kebijakan wait-and-see dalam suku bunga, The Fed sebenarnya terus memompa pasar keuangan dengan likuiditas melalui pasar repo overnight, di mana bankir bertemu dan mendapatkan pendanaan jangka pendek agar tak kalah kliring. Kebijakan itu terkonfirmasi akan berjalan hingga kuartal kedua hingga dinilai cukup dan tak perlu dilanjutkan.
Bagi investor dunia, termasuk di Indonesia, sikap The Fed ini mengirimkan sinyal jelas bahwa perekonomian AS masih baik-baik saja sehingga outlook ke depan semestinya masih cerah dan tak ada kejutan yang perlu diwaspadai. Semuanya masih terkontrol.
Dengan sentimen tersebut, ditambah meredanya kekhawatiran seputar tingkat penyebaran virus corona, tak ada alasan bagi bursa kawasan termasuk Indonesia untuk bergerak di jalur hijau. Asalkan, tidak ada kejutan tambahan dari dalam negeri. (ags)
Pages
Most Popular