
Polling CNBC Indonesia
Pasar Tak Kompak, Bunga Acuan BI Tetap atau Turun Nih?
Hidayat Setiaji, CNBC Indonesia
22 January 2020 06:46

Namun Satria menilai 'sentilan' Jokowi sulit untuk membuat BI bersikap ABS (Asal Bapak Senang). Justru ini adalah momen untuk menunjukkan independensi bank sentral.
"Menyusul pernyataan Presiden Jokowi bahwa rupiah yang terlalu kuat bisa mempengaruhi ekspor, RDG kali ini bisa menjadi ujian bagi independensi BI. Namun berkaca dari pengalaman sebelumnya, Gubernur BI berani menaikkan suku bunga acuan sampai 175 bps pada Mei-November 2018, hanya beberapa bulan sebelum Pemilu 2019," kata Satria dalam risetnya.
Oleh karena itu, Satria menyebut bahwa BI sepertinya akan memilih untuk menahan suku bunga acuan dan membiarkan rupiah menguat lebih lanjut. Lagipula, sejauh ini belum ada kebutuhan untuk memberikan stimulus moneter tambahan melalui penurunan suku bunga. Apalagi pemangkasan Giro Wajib Minimum (GWM) sebesar 50 bps mulai berlaku 2 Januari, yang membuat likuiditas perbankan bertambah Rp 26 triliun yang diharapkan bisa menggenjot penyaluran kredit.
"Saya rasa BI sudah melakukan berbagai upaya untuk mendorong pertumbuhan ekonomi. BI masih akan akomodatif, tetapi sepertinya belum perlu melalui kebijakan suku bunga," tambah Enrico Tanuwidjaja, Ekonom UOB Indonesia.
(aji)
"Menyusul pernyataan Presiden Jokowi bahwa rupiah yang terlalu kuat bisa mempengaruhi ekspor, RDG kali ini bisa menjadi ujian bagi independensi BI. Namun berkaca dari pengalaman sebelumnya, Gubernur BI berani menaikkan suku bunga acuan sampai 175 bps pada Mei-November 2018, hanya beberapa bulan sebelum Pemilu 2019," kata Satria dalam risetnya.
Oleh karena itu, Satria menyebut bahwa BI sepertinya akan memilih untuk menahan suku bunga acuan dan membiarkan rupiah menguat lebih lanjut. Lagipula, sejauh ini belum ada kebutuhan untuk memberikan stimulus moneter tambahan melalui penurunan suku bunga. Apalagi pemangkasan Giro Wajib Minimum (GWM) sebesar 50 bps mulai berlaku 2 Januari, yang membuat likuiditas perbankan bertambah Rp 26 triliun yang diharapkan bisa menggenjot penyaluran kredit.
"Saya rasa BI sudah melakukan berbagai upaya untuk mendorong pertumbuhan ekonomi. BI masih akan akomodatif, tetapi sepertinya belum perlu melalui kebijakan suku bunga," tambah Enrico Tanuwidjaja, Ekonom UOB Indonesia.
(aji)
Next Page
Pertumbuhan Ekonomi Perlu Digenjot!
Pages
Tags
Related Articles
Recommendation

Most Popular