Newsletter

IMF Pangkas Proyeksi Pertumbuhan Ekonomi Global, Tapi...

Hidayat Setiaji, CNBC Indonesia
21 January 2020 05:25
Cermati Sentimen Penggerak Pasar Hari Ini (2)
Ilustras Sumur Minyak Medco di Libya (Dok. Medco)
Sentimen kedua, seperti yang sudah disinggung oleh IMF, pelaku pasar perlu mencermati dinamika geopolitik. Konflik horizontal di Libya membuat dua lapangan minyak terbesar di sana tidak berproduksi.

Libyan National Army (LNA) di bawah komando Khalifa Hafttar menutup pipa yang membuat produksi minyak negara tersebut berkurang drastis dari 1,2 juta narel/hari menjadi hanya 72.000 barel/hari. Kebetulan lapangan-lapangan minyak di Libya sebagian besar berada di wilayah yang dikuasai LNA.

Usai penggulingan Muammar Khadafi, situasi politik Libya memang belum stabil. Sudah lebih dari lima tahun pemerintah Libya terpecah dua, di timur ada LNA dan di barat adalah pemerintahan resmi yang diakui dunia internasional pimpinan Perdana Menteri Fayez Al Serraj.

Akibat pertikaian di Libya, harga minyak merangkak naik. Pada pukul 04:43 WIB, harga minyak jenis brent naik 0,54% dan light sweet terangkat 0,38%.



Bagi Indonesia, kenaikan harga minyak lebih mendatangkan mudarat ketimbang manfaat. Saat ini Indonesia adalah negara net importir minyak sehingga kala harga minyak naik maka biaya impornya akan semakin mahal. Semakin banyak devisa yang 'terbakar' untuk mengimpor minyak sehingga bisa 'menggoyang' nilai tukar rupiah.


Kini, para pemimpin dunia sedang membujuk dua kekuatan di Libya untuk gencatan senjata. Negara-negara yang mendukung masing-masing faksi berkumpul di Berlin (Jerman) untuk mencari solusi. LNA didukung oleh Mesir, Uni Emirat Arab, dan Rusia sementara Turki ada di belakang pemerintahan Al Serraj.

Pertemuan tersebut menyepakati kedua pihak akan menghentikan pertikaian untuk sementara waktu. Akan dibentuk komite khusus untuk untuk memantau gencatan senjata ini.

"Kami tahu bahwa kami belum menyelesaikan masalah di Libya. Namun kami ingin menciptakan momentum baru," ujar Angela Merkel, Kanselir Jerman, seperti diberitakan Reuters.

Sentimen ketiga, investor juga patut menyimak pengumuman suku bunga acuan di Jepang. Konsensus pasar yang dihimpun Reuters memperkirakan Gubernur Bank Sentral Jepang (BoJ) Haruhiko Kuroda dan kolega akan mempertahankan suku bunga acuan di -0,1%.

Selain itu, pasar memperkirakan proyeksi terhadap pertumbuhan ekonomi akan membaik. Sebelumnya, BoJ memperkirakan ekonomi Jepang pada tahun fiskal 2020 akan tumbuh 0,7% dan meningkat menjadi 1% pada tahun berikutnya.




"Momentum ekonomi sepertinya terjaga sehingga BoJ akan memulai 2020 dengan mempertahankan posisi (stance) kebijakan moneter dengan perhatian khusus terhadap kondisi ekonomi terkini," kata Mari Iwashita, Chief Market Economist di Daiwa Securities, seperti diberitakan Reuters. 

(aji/aji)
Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular