Newsletter

Lebanon Membara, Waspada Arab Spring Jilid Dua!

Hidayat Setiaji, CNBC Indonesia
20 January 2020 06:01
Wall Street Terbang!
Foto: Ilustrasi Bursa Efek Indonesia (CNBC Indonesia/Muhammad Sabki)
Tidak hanya di Indonesia dan Asia, gairah juga menyelimuti bursa saham AS. Sepanjang pekan lalu, tiga indeks utama di Wall Street menguat tajam. Dow Jones Industrial Average (DJIA) melompat 1,82%, S&P 500 melesat 1,96%, dan Nasdaq Composite meroket 2,29%. Ini adalah kenaikan mingguan tertinggi sejak pekan keempat Agustus tahun lalu.

Kesepakatan damai dagang AS-China benar-benar menjadi obat kuat yang cespleng bagi pasar keuangan dunia. Pelaku pasar merasakan optimisme yang begitu tinggi dalam mengarungi 2020.


"Selain itu, rilis data terbaru juga menunjukkan perkembangan yang positif. Ini menciptakan rasa optimisme tidak hanya menyambut musim laporan keuangan (earnings season) tetapi juga menghadapi perekonomian kuartal I dan 2020," kata Michael James, Managing Director di Wedbush Securities yang berbasis di Los Angeles, seperti diberitakan Reuters.

Rilis data ekonomi di AS dan China ditanggapi positif oleh pelaku pasar. Di China, pertumbuhan ekonomi pada kuartal IV-2019 tercatat 6,1% year-on-year (YoY) dan sepanjang 2019 Produk Domestik Bruto (PDB) Negeri Panda tumbuh 6,1%.

Angka 6% berarti pertumbuhan ekonomi China pada kuartal IV-2019 sama seperti kuartal sebelumnya dan sesuai dengan konsensus pasar yang dihimpun Reuters. Namun tetap saja ini adalah laju terlemah sejak setidaknya 1992.


Data lain adalah penjualan ritel. Pada Desember 2019, penjualan ritel China tumbuh 8% YoY, sama seperti bulan sebelumnya. Namun lebih baik ketimbang konsensus pasar yang dihimpun Reuters yang memperkirakan pertumbuhan di angka 7,8% YoY.

Kemudian ada juga rilis data produksi industri. Pada Desember 2019, produksi industri China naik 6,9% YoY. Lebih tinggi dibandingkan November 2019 yang sebesar 6,2% YoY maupun konsensus pasar yaitu 5,9%.

Pertumbuhan ekonomi China memang melambat, bahkan paling lemah dalam hampir 30 tahun terakhir. Akan tetapi ke depan ada harapan untuk membaik karena penjualan ritel tetap kuat dan produksi industri meningkat lebih dari perkiraan.

Oleh karena itu, semestinya memang tidak perlu ada respons negatif yang berlebihan terhadap angka pertumbuhan ekonomi China. Seiring dengan tercapainya damai dagang, prospek ekonomi Negeri Tirai Bambu sepertinya akan membaik.

Sedangkan di AS, pembangunan rumah baru (housing starts) pada Desember 2019 tumbuh 16,9% YoY menjadi 1,61 juta unit, tertinggi sejak Desember 2006. Dari sisi pertumbuhan, pencapaian Desember 2019 adalah yang terbaik sejak Oktober 2016.

Properti adalah sektor yang memiliki keterkaitan dengan banyak industri lain. Kala sektor properti tumbuh, maka penjualan semen, baja, sampai kredit perbankan akan ikut terdongkrak. Jadi tidak heran perkembangan properti adalah salah satu indikator utama untuk mengukur tingkat kesehatan ekonomi.

 

(aji)
Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular