Newsletter

Habis Kesepakatan Dagang, Terbitlah Pemakzulan

Arif Gunawan, CNBC Indonesia
16 January 2020 06:51
Wall Street Ditutup Menguat Tipis Merespons Deal Dagang
Foto: REUTERS/Eduardo Munoz

Bursa saham Amerika Serikat (AS) menguat pada perdagangan Rabu (15/1/2020) dan untuk pertama kali ditutup di atas level psikologi 29.000. Kesepakatan dagang antara AS dan China dinilai sebagai kemajuan positif, meski tidak sesuai dengan harapan pasar mengenai pemangkasan tarif secara radikal dan masih sumir di aspek implementasi.

Indeks Dow Jones Industrial Average menguat 90,55 poin (0,3%) ke 29.030,22. Indeks Nasdaq menguat tipis sebesar 6,14 poin ke 9.258,7 dan S&P 500 tumbuh 8 poin (0,2%) ke 3.289,29.

AS dan China meneken pakta kesepakatan dagang fase pertama pada pukul 11:30 waktu setempat. China disebutkan sepakat untuk membeli produk AS setidaknya senilai US$ 200 miliar dalam jangka waktu 2 tahun, meliputi produk pertanian, energi, manufaktur, dan jasa.

Tidak hanya itu, kedua negara sepakat untuk menyasar isu mengenai pencurian hak atas kekayaan intelektual (HaKI) dan juga kebijakan di China yang mewajibkan adanya transfer teknologi untuk investor asing di Negeri Panda tersebut.

Disebutkan dalam naskah kesepakatan, bahwa kedua belah pihak sepakat warga negara mereka akan "bisa beroperasi secara terbuka dan bebas di wilayah yurisdiksi pihak lain tanpa ada paksaan atau tekanan dari pihak lain untuk mentransfer teknologi mereka ke individu di pihak yang lain." Artinya, transfer teknologi atau lisensi akan bersifat sukarela.

Namun, kesepakatan itu menimbulkan tanda tanya besar bagaimana pelaksanaannya secara detil di lapangan mengenai isu Haki dan transfer teknologi. Bahkan, beberapa kalangan menilai kesepakatan itu ringkih karena tak melarang AS mengenakan tarif baru, tidak ada pencabutan kenaikan tarif yang sebelumnya diberlakukan AS atas produk impor asal China.

"Akan ada tensi lanjutan mengenai China--terkait isu siber, keamanan nasional, dan hak azasi manusia. Isu tersebut tidak akan hilang, tetapi tidak akan terlalu berpengaruh pada laba bersih perusahaan di indeks S&P 500 sebagaimana pengaruh eskalasi tarif," tutur Daniel Clifton, Kepala Riset Kebijakan Strategis, sebagaimana dikutip CNBC International.

Pelaku pasar juga mencermati kinerja emiten AS kuartal IV-2019. Bank of America melaporkan kinerja di atas ekspektasi analis. Demikian juga dengan Goldman Sachs dan BlackRock. Sejauh ini baru 30 emiten konstituen indeks S&P 500 yang telah merilis kinerja keuangannya.

Dari situ, FactSet mencatat 82% di antaranya mencatatkan laba bersih di atas ekspektasi pasar. Pelaku pasar tidak terlalu berharap banyak dari kinerja keuangan emiten karena FactSet memperkirakan laba bersih konstituen indeks S&P 500 bakal anjlok 2% secara tahunan.

(ags)
Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular