Newsletter

Boleh Happy Jelang Deal Dagang AS-China Fase Satu, Tapi..

Arif Gunawan, CNBC Indonesia
14 January 2020 06:27
Cermati Sentimen Penggerak Pasar Hari Ini
Foto: ist
Perang dagang kedua negara telah membuat prospek perekonomian global meredup dalam dua tahun terakhir. Kini semua pandangan tertuju pada delegasi AS dan China yang dalam dua hari bakal meneken kesepakatan perdagangan fase satu, momentum yang begitu besar hingga cukup mengalihkan perhatian dari krisis Iran-AS di Timur Tengah.

Dalam kesepakatan dagang fase I, Presiden Trump mengatakan bahwa bea masuk sebesar 15% terhadap produk impor asal China senilai US$ 120 miliar nantinya akan dipangkas menjadi 7,5% saja sebagai bagian dari kesepakatan dagang tahap satu.

Sementara dari pihak China, Trump menyebut bahwa China akan segera memulai pembelian produk asal AS yang jika ditotal nilainya akan mencapai US$ 200 miliar, terutama pertanian (US$75 miliar). Menurut laporan CNBC International, China juga telah menyatakan siap untuk mengubah aturan investasi mengenai kewajiban transfer teknologi.

Hanya saja, kita harus ingat betul bahwa kesepakatan fase satu ini pada hakikatnya bukanlah perdamaian dagang. Tarif tinggi masih akan berlaku untuk produk kedua negara, meski sudah "didiskon." Jika dibandingkan dengan situasi sebelum Trump menggelorakan perang dagang, kondisi supply-chain kedua negara masih terpapar tarif yang lebih tinggi.

Sebagaimana diberitakan oleh SMCP, China juga masih belum sepenuhnya legawa untuk tunduk pada kemauan AS, dengan menyatakan bahwa fase satu adalah akhir ronde pertama pertarungan dagang, dan mereka tidak takut jika harus melihat perang dagang masih akan terus berlanjut.

Situs Taoran Notes, blog yang dioperasikan oleh media penerbitan milik pemerintah China Economic Daily, juga menggaris bawahi itu dalam posting pertamanya pada hari Minggu kemarin, setelah dua bulan hiatus.

"Kita harus camkan bahwa perang dagang belum akan berakhir. AS belum akan mencabut semua tarif baru yang diberlakukan pada produk impor China dan China masih mengenakan bea masuk balasan terhadap AS... Masih ada banyak ketidakpastian menunggu di depan," demikian tulis blog tersebut, sebagaimana dikutip CNBC International.

Karena itu, silahkan ikut eforia perang dagang pada hari ini. Beli saham-saham yang masih tertinggal kenaikannya terutama di sektor perbankan, agrikultur, energi dan manufaktur yang akan mendapat berkah tidak langsung dari perbaikan supply-chain dunia jika kedua negara berperekonomian terbesar dunia itu akur.

Namun, jangan berlama-lama di pasar jika tidak ada sentimen positif tambahan di luar eforia kesepakatan dagang fase pertama. China, masih berpeluang menghindari tekanan AS dengan memperpanjang negosiasi (sembari mendiskon tarif baru AS atas produknya), dengan menunggu Trump jatuh dalam pemakzulan, atau kalah dalam pemilu November nanti.

Mengasumsikan perang dagang terus berjalan, Dana Moneter International (International Monetary Fund/IMF) Oktober lalu memangkas proyeksi pertumbuhan ekonomi global menjadi 3% di tahun 2019, dibandingkan proyeksi yang diberikan pada bulan Juli sebesar 3,2%. Proyeksi tersebut merupakan yang terendah dalam satu dekade terakhir.

(ags/ags)
Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular