
Newsletter
Ketika Aksi Koboi Mengemuka, Jangan Mau Jadi Sandera
Arif Gunawan, CNBC Indonesia
04 December 2019 06:30

Pada hari ini, perhatian pasar masih berkutat pada perkembangan panas-dingin perang dagang antara Amerika Serikat (AS) dan China. Di tengah kondisi yang kian berlarut, mau-tidak mau kita harus menumpukan ekspektasi pada realitas. Sekalipun tak ada kesepakatan dagang bulan ini, maka perhatikan sebesar apa implikasinya ke perekonomian.
Pandangan pelaku bursa bakal tertuju ke China. Lupakan Wall Street yang melemah 2% dalam dua hari pertama trading pekan ini. Ada baiknya kita move on memantau sinyal-sinyal harapan bahwa ekonomi di Kawasan Asia Pasifik masih resilien di tengah eskalasi perang dagang.
Untuk mengetahui jawaban itu, maka arah mata harus tertuju ke pihak yang jadi sasaran serangan AS, yakni China yang juga menjadi motor penggerak ekonomi Kawasan dan bahkan juga ekonomi global. Kemarin, PMI manufaktur versi Caixin mengonfirmasi bahwa aktivitas industri di China masih bugar, dan kini giliran sektor non-manufaktur (jasa).
Negeri Tirai Bambu ini bakal mengumumkan Caixin Purchasing Managers' Index (Indeks Manajer Pembelian), yang mengindikasikan gairah aktivitas usaha, untuk sektor non-manufaktur. Polling Trading Economics memperkirakan angka PMI non-manufaktur China masih di zona ekspansif (di atas level 50), yakni pada 52,7, menguat dibanding posisi bulan lalu sebesar 51,1.
Jika terkonfirmasi, maka kita sedikit bisa bernafas lega dan memiliki alasan untuk mengoleksi saham-saham unggulan di bursa domestik. Namun sebaliknya jika datanya justru lebih buruk dari perkiraan, ada baiknya kantongi dulu dana investasi anda.
Menyusul China, India juga akan merilis PMI sektor jasa, demikian juga dengan negara-negara utama di zona Euro, yakni Jerman, Inggris, dan Prancis. Selepas itu, maka kita perlu melihat lagi Negeri Sam, yang juga bakal merilis data serupa yakni ISM PMI non-manufacturing.
Trading Economics memperkirakan sektor jasa Negara Adidaya tersebut masih kuat, yakni 54,5, alias masih ekspansif. Namun, dengan kekuatan yang melemah karena terhitung turun dibandingkan posisi bulan Oktober pada 54,7.
Jika hal ini terkonfirmasi, maka lagi-lagi dunia bakal melihat bahwa Sang Koboi Trump yang berusaha menyandera lawannya dengan tarif tinggi, dan berlagak siap perang berlama-lama, justru membuat ekonominya sendiri tercekik oleh aksinya itu. Wall Street pun pasti bakal menghukumnya. (ags/ags)
Pandangan pelaku bursa bakal tertuju ke China. Lupakan Wall Street yang melemah 2% dalam dua hari pertama trading pekan ini. Ada baiknya kita move on memantau sinyal-sinyal harapan bahwa ekonomi di Kawasan Asia Pasifik masih resilien di tengah eskalasi perang dagang.
Untuk mengetahui jawaban itu, maka arah mata harus tertuju ke pihak yang jadi sasaran serangan AS, yakni China yang juga menjadi motor penggerak ekonomi Kawasan dan bahkan juga ekonomi global. Kemarin, PMI manufaktur versi Caixin mengonfirmasi bahwa aktivitas industri di China masih bugar, dan kini giliran sektor non-manufaktur (jasa).
Negeri Tirai Bambu ini bakal mengumumkan Caixin Purchasing Managers' Index (Indeks Manajer Pembelian), yang mengindikasikan gairah aktivitas usaha, untuk sektor non-manufaktur. Polling Trading Economics memperkirakan angka PMI non-manufaktur China masih di zona ekspansif (di atas level 50), yakni pada 52,7, menguat dibanding posisi bulan lalu sebesar 51,1.
Jika terkonfirmasi, maka kita sedikit bisa bernafas lega dan memiliki alasan untuk mengoleksi saham-saham unggulan di bursa domestik. Namun sebaliknya jika datanya justru lebih buruk dari perkiraan, ada baiknya kantongi dulu dana investasi anda.
Menyusul China, India juga akan merilis PMI sektor jasa, demikian juga dengan negara-negara utama di zona Euro, yakni Jerman, Inggris, dan Prancis. Selepas itu, maka kita perlu melihat lagi Negeri Sam, yang juga bakal merilis data serupa yakni ISM PMI non-manufacturing.
Trading Economics memperkirakan sektor jasa Negara Adidaya tersebut masih kuat, yakni 54,5, alias masih ekspansif. Namun, dengan kekuatan yang melemah karena terhitung turun dibandingkan posisi bulan Oktober pada 54,7.
Jika hal ini terkonfirmasi, maka lagi-lagi dunia bakal melihat bahwa Sang Koboi Trump yang berusaha menyandera lawannya dengan tarif tinggi, dan berlagak siap perang berlama-lama, justru membuat ekonominya sendiri tercekik oleh aksinya itu. Wall Street pun pasti bakal menghukumnya. (ags/ags)
Pages
Most Popular