
Ironi Propaganda Trump dan Doktrin Perang Dagangnya

Bursa saham Amerika Serikat (AS) anjlok pada Senin (02/12/2019), setelah investor dipaksa menerima kenyataan bahwa data manufaktur AS terbukti mengecewakan, mengindikasikan bahwa doktrin perang dagang Trump ternyata memukul ekonomi AS lebih parah dari China.
Indeks Dow Jones Industrial Average anjlok 268,37 poin di hari pertama perdagangan Desember, atau -0,9% ke 27.783,04. Indeks S&P 500 terseret turun 0,9% menjadi 3.113,87 — yang merupakan koreksi harian terparahnya sejak 8 Oktober. Sementara itu, indeks Nasdaq drop 1% ke 8.567,99.
Beberapa saham raksasa yang tumbang di antaranya adalah Facebook, Amazon dan Alphabet yang semuanya terpangkas lebih dari 1%. Saham Netflix bahkan terjerembab 1,5%. Roku, satu dari sedikit saham paling moncer pada tahun ini didera aksi jual hingga terkulai lebih dari 15%.
Aktivitas manufaktur di Negara Adidaya tersebut (per November) terus berkontraksi. Menurut catatan Institute for Supply Management (ISM), indeks pemesanan manajer (PMI) manufaktur AS turun menjadi 48,1 pada November. atau lebih buruk dari estimasi pasar yang hanya memperkirakan level 49,4.
Indeks Cboe Volatility, yang dikenal sebagai indeks untuk mengukur tingkat kengerian berinvestasi saham di AS, seketika naik menjadi 14,3 dari posisi sebelumnya pada 12,6. “Jika anda mencari alasan melepas saham, data ISM tentu menjadi jawabannya,” tutur Art Hogan, Chief Market Strategist National Securities sebagaimana dikutip CNBC International.
Presiden AS Donald Trump saat ini dikabarkan menyiapkan tarif tambahan bagi produk impor asal China pada bulan ini untuk menekan China meneken perjanjian sebelum akhir tahun. Kabar ini mengemuka setelah Trump membuat Beijing murka dengan meneken UU pro-demo Hong Kong.
The Global Times, media yang terafiliasi dengan politbiro China, memberitakan bahwa Beijing akan membalas langkah gegabah Trump mendukung aksi demo Hong Kong dengan “daftar entitas yang tak bisa dipercaya” dalam waktu dekat. Daftar ini berisi lembaga dan perusahaan AS yang bakal dikenakan sanksi karena merugikan kepentingan nasional China.
Terkait dengan negosiasi dagang, media yang terafiliasi pemerintah China tersebut sebelumnya melaporkan bahwa Beijing ingin tarif yang sudah diberlakukan dicabut, sebagai syarat kesepakatan fase pertama. Tidak ada indikasi jelas kapan kedua negara akan meneken perjanjian dagang.
Seolah tidak puas mengganggu ketenangan dunia, Trump pada Senin mengatakan bahwa Gedung Putih bakal memberlakukan kembali tarif terhadap produk logam impor asal Brazil dan Argentina. Dalam cuitannya, mantan taipan properti ini menuduh Brazil dan Argentina diuntungkan dari devaluasi kurs mereka.
"Oleh karena itu, aku akan memberlakukan lagi tarif atas produk baja dan aluminum yang diekspor ke AS dari negara-negara tersebut yang berlaku efektif secepatnya," ujar Trump.