
Well, Deal Dagang AS-China Adalah Koentji!

Untuk perdagangan hari ini, investor patut mencermati sejumlah sentimen. Pertama, tentu kabar dari ensi perang dagang yang sedikit mengendur,
hal ini membuat investor menunda untuk memburu aset pengaman harta (save haven) emas, hingga pukul 6:33 emas global berada pada level 1.465/troy ounce atau turun 0,6%.
Sentimen kedua, meski demikian rupiah berpotensi tertekan karena dolar AS masih garang berkat survei data penjualan dan harga rumah yang membaik. Hingga berita ini dimuat, Dolar Index (DXY) yang mencerminkan posisi dolar dihadapan mata uang kuat dunia lainnya, terapresiasi 0,06% pada level 97,99.
Sentimen ketiga, tekanan pada rupiah juga berpotensi datang dari harga minyak minyak mentah (crude oil) yang naik. Hingga pukul 6:35 WIB, harga minyak jenis brent dan light sweet di pasar spot masing-masing naik 2,20%.
Bagi rupiah, penurunan harga minyak menjadi sebuah berkah, pasalnya Indonesia adalah negara net importir minyak, yang mau tidak mau harus mengimpor demi memenuhi kebutuhan dalam negeri. Saat harga minyak turun, maka biaya importasinya menjadi lebih murah.
Sentimen keempat, menunggu kelanjutan efek positif dari penurunan Giro Wajib Minimum (GWM) oleh Bank Indonesia (BI) sebanyak 25 basis poin kemarin. Sebelumnya Lembaga Penjamin Simpanan (LPS) sudah menurunkan suku bunga penjaminannya juga 25 basis poin.
Efek positif dari kebijakan suku bunga yang lebih longgar membuat sektor keuangan positif dalam dua hari perdagangan terakhir hingga Kamis (21/11/2019).
Sentimen keempat, technical reobound di bursa saham, beberapa sektor tertekan cukup dalam, sektor konsumer bahkan kinerjanya amblas 20,31% sejak awal tahun. Disusul pertambangan 16%, dan Aneka industri 15,55%.