Newsletter

Semua Mata Tertuju ke Gubernur Perry, Eh (Maksudnya) BI

Yazid Muamar, CNBC Indonesia
20 November 2019 07:26
Semua Mata Tertuju ke Gubernur Perry, Eh (Maksudnya) BI

Jakarta, CNBC Indonesia - Kinerja pasar keuangan Indonesia pada hari Selasa (19/11/2019) bergerak secara variatif. Rupiah melemah, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) berhasil bangkit, sementara Pasar Obligasi Pemerintah bervariasi.

Rupiah di pasar spot ditutup pada level Rp 14.085/US$ atau melemah 0,11%. Mayoritas mata uang utama Asia melemah. Namun, pelemahan 0,11% menjadikan rupiah mata uang dengan kinerja terburuk di Asia.

Dari Pasar Obligasi Pemerintah, kinerjanya bervariatif. Seri benchmark tenor 10 tahun dengan seri FR0078 mengalami kenaikan yield 2,6 basis poin (bps) menjadi 7,03%. Tetapi seri 5 tahun, FR0077, mengalami penurunan yield 1,6 bps menjadi 6,493.

Yield Obligasi Negara Acuan 19 Nov'19

Seri

Jatuh tempo

Yield 18 Nov'19 (%)

Yield 19 Nov'19 (%)

Selisih (basis poin)

Yield wajar IBPA 19 Nov'19 (%)

FR0077

5 tahun

6.509

6.493

-1.60

6.4407

FR0078

10 tahun

7.009

7.035

2.60

7.0204

FR0068

15 tahun

7.429

7.437

0.80

7.4113

FR0079

20 tahun

7.628

7.626

-0.20

7.6058

Sumber: Refinitiv

Pemerintah kembali menerbitkan surat utang negara senilai Rp 23 triliun dari penawaran peserta lelang yang mencapai Rp 42 triliun. Nilai tersebut di atas target indikatif sebesar Rp 15 triliun. Seri yang paling banyak diterbitkan adalah FR0082 dan FR0081- yang jauh tempo pada 2030 dan 2025- masing-masing Rp 7,25 triliun dan Rp 6,35 triliun. Keduanya berpotensi menjadi seri acuan tahun depan, untuk 10 dan 5 tahun.

Sementara dari pasar saham, IHSG berhasil ditutup dengan penguatan 0,48% ke level 6.152. Padahal sepanjang perdagangan IHSG beberapa kali menyentuh teritori negatif. Indeks semakin mantap menguat ketika Lembaga Penjamin Simpanan (LPS) melakukan pemangkasan suku bunga.

LPS menurunkan tingkat bunga penjaminan sebesar 25 bps menjadi 6,25% untuk simpanan rupiah di bank umum. Sementara untuk simpanan dalam bentuk valuta asing atau valas diturunkan juga 25 bps menjadi 1,75%. Sementara untuk BPR, simpanan rupiah menjadi 8,75%.

Sontak sektor keuangan yang tadinya ditutup hampir negatif berbalik melesat dengan ditutup menguat 1,01% dan mengantarkan IHSG tutup di level tertingginya. Mood investor pun terlihat kembali dengan transaksi mencapai Rp 7,23 triliun, lebih besar dari transaksi sebelumnya yang hanya Rp 5,47 triliun, yang diiringi beli bersih (net buy) asing sebesar Rp 205 miliar di pasar reguler.

Kini pelaku pasar dalam negeri akan mengarahkan fokusnya kepada kebijakan yang akan dibuat Bank Indonesia (BI) yang akan bersidang dalam Rapat Dewan Gubernur (RDG) pada 20-21 November. Rencananya Gubernur BI dan sejawat akan mengumumkan kebijakan suku bunga BI 7 Day RR pada Kamis besok (21/11).

Konsensus pasar yang dihimpun CNBC Indonesia memperkirakan suku bunga acuan akan dipertahankan di 5%. Refinitiv Reuters dalam polling juga memprediksi suku bunga akan tetap pada level 5%, deposit facility rate juga tetap di level 4,25%, dan lending facility rate tetap di 5,75%.

Dari bursa saham Amerika Serikat (AS), tiga indeks utama pada perdagangan Selasa (19/11) kembali ditutup rata-rata menguat. Reli Indeks Dow Jones Industrial Average (DJIA) terhenti dengan ditutup terkoreksi 0,36%, indeks S&P 500 juga turun tipis 0,06%, dan Nasdaq naik 0,24%.

Dow terpangkas karena perang dagang meningkat setelah Presiden AS Donald Trump mengancam akan menaikkan tarif impor dari Tiongkok jika tidak ada kesepakatan yang dicapai dengan Beijing.

Ekspektasi kesepakatan perdagangan AS dan China dan laporan keuangan perusahaan untuk kuartal ketiga yang lebih baik dari perkiraan telah memicu reli ekuitas dalam beberapa pekan terakhir. Nasdaq bahkan nyaris tidak memperpanjang rekornya dengan ditutup naik 0,24%.

"Pasar ingin naik tetapi ada terlalu banyak kerikil di jalan," kata Brad McMillan, kepala investasi untuk Commonwealth Financial Network, broker-dealer independen di Waltham, Mass.

Perkiraan penjualan ritel yang lemah atau data Redbook yang turun 0,5% menjadi 5% dari sebelumnya 5,5% menjadi fokus investor karena belanja konsumen memegang peranan kunci pertumbuhan ekonomi A.S.

"Apakah konsumsi benar-benar akan tumbuh di kuartal keempat? Saya kurang yakin dibandingkan beberapa minggu yang lalu," kata Brad McMillan, chief investment officer for Commonwealth Financial Network.

Audiensi publik atas impeachment terhadap Trump juga semakin menambah ketidakpastian. "Kami terus melihat berita impeachment terhadap presiden dan dari perspektif pasar itu negatif," kata McMillan.

Analis juga akan mencari lebih lanjut tentang sikap kebijakan moneter the Fed dari rilis risalah bank sentral pada hari Rabu waktu setempat. the Fed telah memangkas suku bunga untuk ketiga kalinya tahun ini, tetapi mengisyaratkan tidak melakukan pelonggaran suku bunga lagi setidaknya hingga akhir tahun ini.

Untuk perdagangan hari ini, investor patut mencermati sejumlah sentimen. Pertama, tentu pergerakan bursa Wall Street yang bervariatif seiring belum jelasnya hubungan AS-China yang masih dipertanyakan.

Investor pun masih memburu aset pengaman harta (save haven) emas yang hingga 6:45 naik 0,15% pada level 1.476/troy ounce.

Sentimen kedua, adalah dolar AS yang cenderung menguat, dolar mulai bangkit setelah tiga hari tertekan atau mengalami technical rebound.  

Sentimen ketiga, yaitu penurunan harga minyak minyak mentah (crude oil). Hingga pukul 6:48 WIB, harga minyak jenis brent di pasar spot dunia turun 2,35% menjadi USD 60,8/barrel. Sedangkan light sweet juga turun 2,96% ke USD 55,24/barrel.

Bagi rupiah, penurunan harga minyak menjadi sebuah berkah, pasalnya Indonesia adalah negara net importir minyak, yang mau tidak mau harus mengimpor demi memenuhi kebutuhan dalam negeri. Saat harga minyak turun, maka biaya importasinya menjadi lebih murah.

Sentimen keempat, efek positif dari penurunan suku bunga LPS diperkirakan masih ada di bursa saham. Indeks sektor properti dan perbankan akan kembali diuntungkan tentunya.

Berikut adalah rilis data yang akan terjadi hari ini:

  •          Minutes of FOMC Meeting Bank Sentral Amerika Serikat, (02:00 WIB);
  •          Initial Jobless claims AS (18:30 WIB)
  •          Philadelphia Fed Manufacturing Index (18:30)
  •          RUPSLB Unilever (10:WIB)

Berikut sejumlah indikator perekonomian nasional:

Indikator

Tingkat

Pertumbuhan ekonomi (3Q-2019 YoY)

5,02%

Inflasi (Oktober 2019 YoY)

3,13%

BI 7-Day Reverse Repo Rate (Oktober 2019)

5%

Defisit anggaran (APBN 2019)

-1,84% PDB

Transaksi berjalan (3Q-2019)

-2,7% PDB

Neraca pembayaran (3Q-2019)

-US$ 46 juta

Cadangan devisa (Oktober 2019)

US$ 126,7 miliar


Untuk mendapatkan informasi seputar data-data pasar, silakan klik di sini.



TIM RISET CNBC INDONESIA

Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular