
Jokowi Siap Umumkan Kabinet, IHSG Akan Tancap Gas?

Beralih ke AS, Wall Street mencetak koreksi pada perdagangan terakhir di pekan kemarin, Jumat (18/10/2019): indeks Dow Jones turun 0,95%, indeks S&P 500 jatuh 0,39%, dan indeks Nasdaq Composite terkoreksi 0,83%.
Saham Boeing tercatat anjlok hingga 6,8% yang merupakan koreksi harian terdalam sejak Februari 2016, seiring dengan pemberitaan bahwa perusahaan telah menyesatkan regulator terkait dengan sistem keamanan dari pesawat jenis 737 Max.
Selain Boeing, Johnson & Johnson yang harga sahamnya ambruk 6,2% ikut membebani kinerja bursa saham Negeri Paman Sam. Perusahaan farmasi tersebut harus rela melihat harga sahamnya ambruk pasca keputusan untuk menarik 33.000 botol bedak bayi dari pasaran lantaran ditemukan asbestos, zat yang dapat menyebabkan kanker.
Walaupun melemah pada hari Jumat, secara mingguan Wall Street masih bisa membukukan apresiasi: indeks S&P 500 naik 0,54%, indeks Nasdaq Composite menguat 0,4%, sementara indeks Dow Jones jatuh 0,17%.
Perkembangan terkait hubungan AS-China di bidang perdagangan yang terbilang positif sukses menghijaukan Wall Street. Wajar jika pelaku pasar begitu mengapresiasi ademnya hubungan AS-China di bidang perdagangan.
Pasalnya, hingga saat ini kedua negara telah mengenakan bea masuk tambahan terhadap produk impor dari masing-masing negara senilai ratusan miliar. Bahkan, AS telah bersikap lebih keras dengan memblokir perusahaan-perusahaan asal China dari melakukan bisnis dengan AS.
Pada Mei 2019, Presiden AS Donald Trump mendeklarasikan kondisi darurat nasional di sektor teknologi melalui sebuah perintah eksekutif. Dengan aturan itu, Menteri Perdagangan Wilbur Ross menjadi memiliki wewenang untuk memblokir transaksi dalam bidang teknologi informasi atau komunikasi yang menimbulkan risiko bagi keamanan nasional AS.
Bersamaan kebijakan ini, Huawei Technologies dan 68 entitas yang terafiliasi dengan Huawei Technologies dimasukkan ke dalam daftar perusahaan yang dilarang membeli perangkat dan komponen dari perusahaan AS tanpa persetujuan pemerintah.
Dalam keterangan resmi yang diperoleh CNBC Indonesia dari halaman Federal Register, pemerintah AS beralasan bahwa terdapat dasar yang cukup untuk mengambil kesimpulan bahwa Huawei telah terlibat dalam aktivitas-aktivitas yang bertentangan dengan keamanan nasional atau arah kebijakan luar negeri dari AS.
Bukan hanya keamanan nasional, Hak Asasi Manusia (HAM) juga dijadikan alasan oleh pihak AS untuk memblokir perusahaan asal China dalam upayanya untuk memenangkan perang dagang. Per tanggal 9 Oktober 2019, AS resmi memasukkan 28 entitas asal China ke dalam daftar hitam, di mana sebanyak delapan di antaranya merupakan perusahaan teknologi raksasa asal China.
Dimasukkan delapan perusahaan teknologi raksasa asal China tersebut membuat merekatak bisa melakukan bisnis dengan perusahaan asal AS tanpa adanya lisensi khusus. AS beralasan bahwa kedelapan perusahaan tersebut terlibat dalam pelanggaran HAM terhadap kaum Muslim di Xinjiang, China.
Jika AS dan China benar bisa meneken kesepakatan dagang tahap satu, ada peluang bea masuk tambahan yang kini sudah diterapkan dan pemblokiran terhadap perusahaan-perusahaan asal China bisa dicabut.
Lebih lanjut, rilis kinerja keuangan yang oke dari perusahaan-perusahaan yang melantai di AS sukses mengerek kinerja Wall Street secara mingguan. Melansir CNBC International yang mengutip data dari Factset, sebanyak lebih dari 70 perusahaan yang tergabung dalam indeks S&P 500 mengumumkan kinerja keuangan periode kuartal III-2019 pada pekan lalu. Dari sebanyak lebih dari 70 perusahaan tersebut, 81% membukukan kinerja yang lebih baik dari ekspektasi analis.
Salah satu perusahaan yang membukukan kinerja kinclong adalah J.P. Morgan Chase yang merupakan bank terbesar di AS dari sisi aset. Pada kuartal III-2019, perusahaan membukukan pendapatan senilai US$ 30,1 miliar, mengalahkan ekspektasi yang senilai US$ 28,5 miliar. Sementara itu, laba bersih per saham tercatat berada di level US$ 2,68, juga di atas ekpektasi yang senilai US$ 2,45.
BERLANJUT KE HALAMAN 3 -> Cermati Sentimen Penggerak Pasar Hari Ini
(ank/ank)