
Newsletter
Digempur Sana-Sini, Masihkah IHSG Kuat?
Tirta Widi Gilang Citradi, CNBC Indonesia
17 October 2019 07:01

Investor perlu mencermati beberapa sentimen global maupun lokal yang berpotensi menggerakkan pasar pada perdagangan hari ini.
Pertama, investor patut mengamati pergerakan indeks bursa utama Negeri Paman Sam. Indeks Wall Street yang ditutup melemah pada pagi tadi berpotensi membawa sinyal buruk ke pasar Asia.
Sentimen kedua apalagi kalau bukan tontonan tiap hari selama 15 bulan terakhir ini, hubungan Amerika-China.
Sejak pertemuan kedua belah pihak di Washington pada Jumat pekan lalu, ketegangan yang selama ini terjadi mulai melunak. Masih ada harapan kembali pulihnya ekonomi global saat AS-China membawa kemesraan ke meja diplomasi.
Belum banyak memang yang dapat diceritakan selain penundaan tarif oleh AS dan pembelian produk agrikultur oleh China. Kesepakatan dagang parsial itu pun banyak menimbulkan spekulasi di sana-sini. Namun keduanya masih terlihat berupaya untuk segera mengakhiri semua ini.
Melansir dari Reuters, pada Rabu kemarin (16/10/2019), presiden AS Donald Trump menyampaikan bahwa dirinya tidak akan menandatangani kesepakatan dagang sebelum bertemu langsung dengan presiden China, Xi Jinping di forum Asia Pasific Economic Cooperation (APEC).
Forum tersebut dijadwalkan berlangsung pada 11-17 November mendatang di Santiago, Chile dan akan dihadiri oleh Trump, Xi serta kepala negara Asia Pasifik lain.
Trump juga menyampaikan kepada media di Gedung Putih bahwa partial trade deal kedua belah pihak yang diumumkan pekan lalu sedang dalam proses perumusan. “Sedang dipersiapkan” kata Trump.
Belum lama ini juga ada kabar yang berpotensi bikin gaduh lagi yang bisa-bisa membuat kemesraan keduanya memudar. Pada Selasa kemarin (15/10/2019), House of Representatives/DPR AS meloloskan peraturan yang akan mengakhiri status perdagangan Hong Kong dengan AS kecuali Departemen Dalam Negeri AS memberikan putusan bahwa tidak ada pelanggaran HAM dalam kasus demonstrasi Hong Kong. Sontak hal tersebut direspon China dengan nada mengancam.
Tak dapat dipungkiri bahwa perang dagang yang terjadi lebih dari setahun ini membuat ekonomi AS, China dan global jadi kena dampaknya, alias tumbuh melambat. Kemarin, data penjualan ritel AS dirilis.
Hasilnya, penjualan ritel secara mengejutkan turun 0,3% pada September yang menandai koreksi pertama dalam tujuh bulan terakhir. Pemangkasan belanja kendaraan bermotor dan belanja online ikut menekan penjualan ritel AS.
BERLANJUT KE HALAMAN 4 >> (twg/twg)
Pertama, investor patut mengamati pergerakan indeks bursa utama Negeri Paman Sam. Indeks Wall Street yang ditutup melemah pada pagi tadi berpotensi membawa sinyal buruk ke pasar Asia.
Sentimen kedua apalagi kalau bukan tontonan tiap hari selama 15 bulan terakhir ini, hubungan Amerika-China.
Sejak pertemuan kedua belah pihak di Washington pada Jumat pekan lalu, ketegangan yang selama ini terjadi mulai melunak. Masih ada harapan kembali pulihnya ekonomi global saat AS-China membawa kemesraan ke meja diplomasi.
Belum banyak memang yang dapat diceritakan selain penundaan tarif oleh AS dan pembelian produk agrikultur oleh China. Kesepakatan dagang parsial itu pun banyak menimbulkan spekulasi di sana-sini. Namun keduanya masih terlihat berupaya untuk segera mengakhiri semua ini.
Melansir dari Reuters, pada Rabu kemarin (16/10/2019), presiden AS Donald Trump menyampaikan bahwa dirinya tidak akan menandatangani kesepakatan dagang sebelum bertemu langsung dengan presiden China, Xi Jinping di forum Asia Pasific Economic Cooperation (APEC).
Forum tersebut dijadwalkan berlangsung pada 11-17 November mendatang di Santiago, Chile dan akan dihadiri oleh Trump, Xi serta kepala negara Asia Pasifik lain.
Trump juga menyampaikan kepada media di Gedung Putih bahwa partial trade deal kedua belah pihak yang diumumkan pekan lalu sedang dalam proses perumusan. “Sedang dipersiapkan” kata Trump.
Belum lama ini juga ada kabar yang berpotensi bikin gaduh lagi yang bisa-bisa membuat kemesraan keduanya memudar. Pada Selasa kemarin (15/10/2019), House of Representatives/DPR AS meloloskan peraturan yang akan mengakhiri status perdagangan Hong Kong dengan AS kecuali Departemen Dalam Negeri AS memberikan putusan bahwa tidak ada pelanggaran HAM dalam kasus demonstrasi Hong Kong. Sontak hal tersebut direspon China dengan nada mengancam.
Tak dapat dipungkiri bahwa perang dagang yang terjadi lebih dari setahun ini membuat ekonomi AS, China dan global jadi kena dampaknya, alias tumbuh melambat. Kemarin, data penjualan ritel AS dirilis.
Hasilnya, penjualan ritel secara mengejutkan turun 0,3% pada September yang menandai koreksi pertama dalam tujuh bulan terakhir. Pemangkasan belanja kendaraan bermotor dan belanja online ikut menekan penjualan ritel AS.
BERLANJUT KE HALAMAN 4 >> (twg/twg)
Pages
Most Popular