
Newsletter
Trade War: Bursa Asia Euforia, Wall Street Justru Was-Was
Tirta Citradi, CNBC Indonesia
15 October 2019 06:42

Berbeda dengan mayoritas bursa Asia yang ditutup menghijau, indeks utama bursa Negeri Paman Sam justru terkoreksi tipis. Indeks Dow Jones Industrial Average (DJIA) terkoreksi 29,23 poin atau 0,11% ke level 26.787,36. Indeks S&P 500 terpangkas 4,12 poin atau 0,14% ke level 2.966,15 dan indeks komposit Nasdaq amblas 8,39 poin ke level 8.048,65.
Ketika bursa kawasan Asia masih terimbas euforia akibat hubungan AS-China yang mulai mencair, bursa AS justru masih was-was dan wait and see atas keberlanjutan babak drama perang dagang AS-China.
Indeks utama di bursa AS jatuh setelah mendapat laporan bahwa China masih ingin berdialog dengan AS sebelum menandatangani perjanjian parsial yang diumumkan oleh Presiden Donald Trump Jumat pekan kemarin.
Perang dagang memang belum usai. Dibalik melunaknya ketegangan yang terjadi, masih ada tanda tanya besar terkait dengan keputusan yang diambil oleh kedua belah pihak. Perlu diketahui bersama bahwa poin yang dibahas pada perundingan dagang AS-China pekan lalu belum sepenuhnya mencapai kesepakatan.
Beberapa poin substansial yang menjadi fokus perbincangan tersebut seperti pembahasan terkait kekayaan intelektual dan jasa keuangan, penundaan tarif serta pembelian produk pertanian AS oleh China. AS berjanji akan menunda kenaikan tarif sebesar 30% pada barang China senilai US$ 250 miliar yang seharusnya berlaku per 15 Oktober nanti. Di sisi lain China juga menjanjikan beberapa hal yang salah satunya berupa konsesi pembelian produk-produk pertanian AS senilai US$ 40 miliar – US$ 50 miliar.
Janji China untuk membeli produk pertanian AS dinilai kurang begitu berarti dibandingkan dengan isu tentang devaluasi mata uang Yuan, reformasi kebijakan industri serta kebijakan subsidi yang justru menjadi poin utama yang disasar oleh Trump.
Selain itu Pemerintahan Trump juga belum memberikan putusan yang sama untuk barang-barang dari China yang akan kena tarif tambahan pada Desember nanti seperti ponsel, laptop, mainan dan pakaian yang kena tarif tambahan hingga 15%. Para pejabat kedua negara menegaskan bahwa masih banyak pekerjaan yang harus dilakukan dalam kesepakatan ini.
BERLANJUT KE HALAMAN 3 >> (twg/twg)
Ketika bursa kawasan Asia masih terimbas euforia akibat hubungan AS-China yang mulai mencair, bursa AS justru masih was-was dan wait and see atas keberlanjutan babak drama perang dagang AS-China.
Indeks utama di bursa AS jatuh setelah mendapat laporan bahwa China masih ingin berdialog dengan AS sebelum menandatangani perjanjian parsial yang diumumkan oleh Presiden Donald Trump Jumat pekan kemarin.
Perang dagang memang belum usai. Dibalik melunaknya ketegangan yang terjadi, masih ada tanda tanya besar terkait dengan keputusan yang diambil oleh kedua belah pihak. Perlu diketahui bersama bahwa poin yang dibahas pada perundingan dagang AS-China pekan lalu belum sepenuhnya mencapai kesepakatan.
Beberapa poin substansial yang menjadi fokus perbincangan tersebut seperti pembahasan terkait kekayaan intelektual dan jasa keuangan, penundaan tarif serta pembelian produk pertanian AS oleh China. AS berjanji akan menunda kenaikan tarif sebesar 30% pada barang China senilai US$ 250 miliar yang seharusnya berlaku per 15 Oktober nanti. Di sisi lain China juga menjanjikan beberapa hal yang salah satunya berupa konsesi pembelian produk-produk pertanian AS senilai US$ 40 miliar – US$ 50 miliar.
Janji China untuk membeli produk pertanian AS dinilai kurang begitu berarti dibandingkan dengan isu tentang devaluasi mata uang Yuan, reformasi kebijakan industri serta kebijakan subsidi yang justru menjadi poin utama yang disasar oleh Trump.
Selain itu Pemerintahan Trump juga belum memberikan putusan yang sama untuk barang-barang dari China yang akan kena tarif tambahan pada Desember nanti seperti ponsel, laptop, mainan dan pakaian yang kena tarif tambahan hingga 15%. Para pejabat kedua negara menegaskan bahwa masih banyak pekerjaan yang harus dilakukan dalam kesepakatan ini.
BERLANJUT KE HALAMAN 3 >> (twg/twg)
Pages
Tags
Related Articles
Recommendation

Most Popular