
Deal or No Deal: Ini (Bukan) Pertarungan Terakhir AS-China

Retorika bernada optimistis muncul dari kedua belah pihak yang tengah berseteru. Wakil Perdana Menteri China Liu He menyatakan bahwa rombongan Beijing datang bernegosiasi ke AS dengan "ketulusan murni".
Di sisi lain, Trump menunjukkan antusiasmenya untuk bertemu dengan Liu pada Jumat pagi waktu setempat, alias sesuai jadwal. Mengklaim China ingin "mencapai kesepakatan dagang" sementara dirinya masih ogah-ogahan, Trump setidaknya memberikan sinyal pasti bahwa pertemuan bakal terjadi.
Dari sisi fundamental, inflasi AS dikabarkan flat pada September didorong pelemahan harga bahan bakar. Hanya saja, inflasi inti hanya naik 0,1% atau melemah dari posisi Agustus sebesar 0,3%. Secara tahunan, inflasi inti September AS di level 2,4% sementara indeks harga konsumen (IHK) di level 1,7%.
Pelemahan inflasi inti mengindikasikan efek perang dagang terhadap konsumen AS memang ada, meski masih terbatas. Data inflasi tersebut serempak dengan data lain yang bermunculan yang mengindikasikan adanya tekanan di perekonomian AS.
Ini merupakan kabar negatif, yang berujung pada ekspektasi munculnya kabar positif selanjutnya, yang lebih penting, yakni penurunan suku bunga acuan AS (Fed Funds Rate). Tidak heran, Wall Street menguat tadi malam, dan energi positif ini berpeluang menular ke bursa Asia termasuk Indonesia pada hari ini. Namun, lagi-lagi ini hanya sentimen sesaat.
Jika bicara perang dagang, sinyal yang mengemuka sejauh ini hanyalah menunjukkan bahwa pertemuan bakal terjadi. Namun jika bicara kesepakatan? Nanti dulu.
Setidaknya dua isu yang masih menjadi perdebatan alot adalah seputar tuntutan AS terkait mata uang, dan revisi kebijakan investasi China yang memaksa transfer teknologi di tengah tudingan minimnya perlindungan hak atas kekayaan intelektual.
Apalagi, AS telah memasuki wilayah sensitif dalam radar politik China, dengan memberikan sanksi terhadap pejabat China yang dinilai terlibat dalam pelanggaran hak azasi manusia (HAM) di Negeri Tirai Bambu tersebut.
Bagi China, kedaulatan dan urusan dalam negeri adalah harga mati. Mereka bakal berang ketika pihak luar mulai mencampuri urusan tersebut, apalagi memakainya untuk menyandera kepentingan ekonomi mereka.
Kita tentu berharap perang dagang ini akan segera berakhir. Namun apakah kedua belah pihak berharap aksi saling tembak ini berhenti pada Jumat nanti? Ini pertanyaan tersulit kali ini.
BERLANJUT KE HAL 4 >>>
(ags/ags)