
Menangkal Hantu 'Semi Resesi' dengan "Mantra" Moneter

Pada hari ini, Bank Indonesia (BI) akan merilis cadangan devisa (cadev), yang kebetulan berbarengan dengan agenda rilis cadev Jepang, Afrika Selatan (Afsel), dan Rusia.
Trading Economics memperkirakan cadangan devisa RI per September akan berada di level US$ 126,7 miliar, atau menguat dibandingkan dengan posisi bulan sebelumnya senilai US$ 126,4 miliar. Penguatan terjadi seiring dengan stabilnya rupiah yang akhir bulan lalu berada di level 14.190 per dolar AS.
Pada hari yang sama, BI juga akan mengumumkan pertumbuhan kredit Agustus (tahunan) yang diprediksi tumbuh, tetapi melambat, menjadi 9,3% dari posisi sebelumnya 9,58%. Perlambatan terjadi karena tekanan aktivitas perekonomian dunia akibat perang dagang turut menekan ekspansi perusahaan swasta nasional.
Sementara itu, sentimen eksternal yang berpeluang memengaruhi pergerakan IHSG hari ini muncul dari China dan Amerika Serikat (AS) terkait dengan perkembangan perang dagang. Sebagaimana diketahui, delegasi kedua negara dijadwalkan bertemu di Washington pada Kamis dan Jumat (10-11 Oktober 2019) waktu setempat.
Mengutip sumber yang meminta identitasnya, Bloomberg melaporkan pejabat China kian meragu untuk tunduk kepada AS dengan mengikuti kemauan mereka meneken kesepakatan dagang yang bakal dinegosiasikan pada Kamis dan Jumat.
Kepala tim negosiator China, Wakil Perdana Menteri (PM) Liu He, mengatakan bahwa tawaran yang diajukannya kepada AS tidak termasuk komitmen reformasi kebijakan industri dan subsidi pemerintah China. Padahal, keduanya termasuk di antara tuntutan utama yang diajukan Presiden AS Donald Trump.
Terakhir, simak pidato dua pejabat bank sentral AS pada hari ini, yakni Presiden Fed Kansas Esther George pada pukul 04:00 WIB dan Presiden Fed Minneapolis Neel Kashkari (pukul 21:00 WIB).
BERLANJUT KE HAL 4 >>>
