
Newsletter
Awas, Suhu Masih Panas!
Hidayat Setiaji, CNBC Indonesia
30 September 2019 06:20

Beralih ke Wall Street, tiga indeks utama terkoreksi sepanjang pekan lalu. Dow Jones Industrial Average (DJIA) turun 0,43%, S&P 500 amblas 1,01%, dan Nasdaq Composite ambrol 2,19%.
Seperti yang sudah disinggung, dinamika politik seputar rencana penggulingan Trump membuat pelaku pasar grogi. Akibatnya, investor ogah bermain di instrumen berisiko seperti saham dan memilih bermain aman misalnya dengan masuk ke pasar obligasi.
Sepanjang pekan lalu, yield obligasi pemerintah AS seri acuan tenor 10 tahun turun 8 bps. Artinya, harga instrumen ini sedang naik karena tingginya permintaan. Maklum, obligasi pemerintah AS adalah salah satu safe haven asset.
Akan tetapi, sepertinya pelaku pasar tidak perlu terlampau mengkhawatirkan soal pelengseran Trump. Pasalnya, sepertinya juga sudah disinggung sebelumnya, nyaris tidak mungkin Senat yang dikuasai Partai Republik merestuinya.
"Itu (pemakzulan) tidak akan terjadi. Saat ini ada presiden dari Partai Republik yang dituduh melakukan pelanggaran, sementara Senat didominasi oleh Republik," tegas Bucky Hellwig, Senior Vice President di BB&T Wealth Management, seperti diberitakan Reuters.
Selain itu, ekonomi AS sejauh ini juga masih lumayan meski harus diakui ada perlambatan. Sejumlah data ekonomi terbaru memberi konfirmasi bahwa perekonomian AS masih menggeliat.
Pertama, pembacaan awal Indeks Keyakinan Konsumen (IKK) versi University of Michigan periode September direvisi ke atas dari 92 menjadi 93,2. Angkanya masih di bawah 100, berarti konsumen masih cenderung menahan diri dan belum berani berekspansi. Namun pesimisme konsumen setidaknya mulai tergerus.
Kedua, pemesanan barang tahan lama (durable goods) pada Agustus naik 0,2% month-on-month (MoM). Lebih baik ketimbang konsensus pasar yang dihimpun Trading Economics yang memperkirakan turun 1%.
Ketiga, penjualan rumah baru pada Agustus naik 7.1% MoM menjadi 713.000 unit. Padahal bulan sebelumnya penjualan rumah turun 8,6%.
"Selama ekonomi masih kuat, kami memperkirakan drama di Washington tidak akan terlalu berdampak terhadap pasar yang sedang bullish," ujar Ryan Detrick, Senior Market Strategist di LPI Financial, seperti dikutip dari Reuters.
(BERLANJUT KE HALAMAN 3)
(aji/sef)
Seperti yang sudah disinggung, dinamika politik seputar rencana penggulingan Trump membuat pelaku pasar grogi. Akibatnya, investor ogah bermain di instrumen berisiko seperti saham dan memilih bermain aman misalnya dengan masuk ke pasar obligasi.
Sepanjang pekan lalu, yield obligasi pemerintah AS seri acuan tenor 10 tahun turun 8 bps. Artinya, harga instrumen ini sedang naik karena tingginya permintaan. Maklum, obligasi pemerintah AS adalah salah satu safe haven asset.
Akan tetapi, sepertinya pelaku pasar tidak perlu terlampau mengkhawatirkan soal pelengseran Trump. Pasalnya, sepertinya juga sudah disinggung sebelumnya, nyaris tidak mungkin Senat yang dikuasai Partai Republik merestuinya.
"Itu (pemakzulan) tidak akan terjadi. Saat ini ada presiden dari Partai Republik yang dituduh melakukan pelanggaran, sementara Senat didominasi oleh Republik," tegas Bucky Hellwig, Senior Vice President di BB&T Wealth Management, seperti diberitakan Reuters.
Selain itu, ekonomi AS sejauh ini juga masih lumayan meski harus diakui ada perlambatan. Sejumlah data ekonomi terbaru memberi konfirmasi bahwa perekonomian AS masih menggeliat.
Pertama, pembacaan awal Indeks Keyakinan Konsumen (IKK) versi University of Michigan periode September direvisi ke atas dari 92 menjadi 93,2. Angkanya masih di bawah 100, berarti konsumen masih cenderung menahan diri dan belum berani berekspansi. Namun pesimisme konsumen setidaknya mulai tergerus.
Kedua, pemesanan barang tahan lama (durable goods) pada Agustus naik 0,2% month-on-month (MoM). Lebih baik ketimbang konsensus pasar yang dihimpun Trading Economics yang memperkirakan turun 1%.
Ketiga, penjualan rumah baru pada Agustus naik 7.1% MoM menjadi 713.000 unit. Padahal bulan sebelumnya penjualan rumah turun 8,6%.
"Selama ekonomi masih kuat, kami memperkirakan drama di Washington tidak akan terlalu berdampak terhadap pasar yang sedang bullish," ujar Ryan Detrick, Senior Market Strategist di LPI Financial, seperti dikutip dari Reuters.
(BERLANJUT KE HALAMAN 3)
(aji/sef)
Pages
Tags
Related Articles
Recommendation

Most Popular