
Awas! Harga Minyak Mentah Bikin "Hantu" Resesi Kian Mendekat

Bursa saham AS juga tidak lepas dari tekanan akibat ketegangan di Timur Tengah, Wall Street masuk ke zona merah. Indeks Dow Jones mengakhiri reli atau kenaikan beruntunnya selama delapan hari, setelah mengakhiri perdagangan Senin di level 27.076,82 atau melemah 0,5%.
Padahal Dow Jones sedikit lagi bisa mencapai rekor tertinggi sepanjang masa 27.398,68 yang dicapai pada bulan lalu.
Tidak hanya Dow Jones, indeks S&P 500 dan Nasdaq juga melemah masing-masing 0,3% ke level 2.997,96 dan 8.153,54.
Persepsi investor akan membaiknya kondisi ekonomi global seakan lenyap begitu saja setelah serangan yang terjadi fasilitas minyak Arab Saudi.
Pada pekan lalu, sentimen pelaku pasar sedang bagus-bagusnya yang membuat Wall Street terus menghijau.
Mesranya hubungan AS-China juga menjadi pendorong utama kenaikan Wall Street. Selain itu, paket stimulus moneter yang digelontorkan dari European Central Bank (ECB) semakin menambah risk appetite pelaku pasar.
Dalam pengumuman kebijakan moneter Kamis pekan lalu, ECB memangkas suku bunga deposito (deposit facility) sebesar 10 basis poin (bps) menjadi -0,5%, sementara main refinancing facility tetap sebesar 0% dan suku bunga pinjaman (lending facility) juga tetap sebesar 0,25%.
ECB juga mengaktifkan kembali program pembelian aset (obligasi dan surat berharga) atau yang dikenal dengan quantitative easing yang sebelumnya sudah dihentikan pada akhir tahun lalu.
Program pembelian aset kali ini akan dimulai pada 1 November dengan nilai 20 miliar euro per bulan. Berdasarkan rilis ECB yang dilansir Reuters, QE kali ini tanpa batas waktu, artinya akan terus dilakukan selama dibutuhkan untuk memberikan stimulus bagi perekonomian zona euro.
Mesranya hubungan AS-China dan kebijakan moneter ECB membuat selera terhadap risiko (risk appetite) pelaku pasar meningkat. Namun ini semua lenyap, investor malah dibuat cemas akan kemungkinan terjadinya Perang Teluk Jilid III.
Apalagi, ancaman akan serangan ke fasilitas minyak mentah Arab Saudi masih terus digaungkan oleh pemberontak Houthi.
Dalam pernyataan resminya, para pemberontak mengatakan akan terus menargetkan instalasi minyak negara kerjaan itu sebagai sasaran serangan. "Senjata kami bisa menjangkau area mana saja di Arab Saudi," ujar pemberontak Houthi dalam siaran televisi miliknya.
BERLANJUT KE HALAMAN 3
