Newsletter

Berharap Jackson Hole Tak Salah Diagnosa Virus Resesi Dunia

Arif Gunawan, CNBC Indonesia
23 August 2019 07:00
Cermati Sentimen Penggerak Pasar Hari Ini
Foto: CNBC Internasional
Resesi adalah penyakit ekonomi, yang polanya cenderung berulang rata-rata 10 tahun sekali. Namun, penyakit ini tentu saja bisa diobati dan bahkan dicegah, asalkan diagnosanya tepat sejak dini.

Kekhawatiran akan resesi ini mengemuka setelah kurva inversi yield terbentuk di pasar obligasi AS. Dalam kurang dari 2 pekan, kurva ini terbentuk sebanyak tiga kali dengan pola inversi terakhir terbentuk pada Kamis lalu, meski hanya sesaat.

Bahkan, ekonom penemu korelasi inversi dan resesi yakni Arturo Estrella, menegaskan bahwa resesi bisa memukul perekonomian lebih cepat dari perkiraan kita. “Sudah 50 tahun berlalu dan 7 resesi tercatat dengan rekor sempurna. Menurut saya, peluang resesi di semester dua tahun depan cukup tinggi,” ujarnya kepada CNBC Interational pada Kamis. 

Kekhawatiran akan resesi ini kemarin mendorong Gubernur BI Pery Warjiyo memangkas suku bunga acuan, demi mendorong pertumbuhan ekonomi. Meski, harga yang harus dibayar adalah risiko pelemahan rupiah.

Kebijakan ini bakal menguntungkan sektor properti yang sensitif dengan tingkat suku bunga, dan juga perbankan karena memberikan kelonggaran bagi debitor dan calon debitor mereka dari sisi biaya pendanaan (cost of fund) untuk investasi. Cermati saham-saham sektor tersebut sebelum asing masuk lagi ke pasar melakukan aksi borong saham.


Kemarin, Dow Jones memang ditutup di jalur positif. Namun bursa AS tersebut bergerak dalam turbulensi tinggi. Bahkan Indeks Nasdaq ditutup melemah, yang mengindikasikan bahwa pasar kembali dicekam ketidakpastian.

Pelaku pasar di AS kini hanya bisa berharap dari ajang pertemuan otoritas moneter dan keuangan Negara Adidaya tersebut, yang digelar di resor Jackson Hole, Wyoming, AS. Simposium ini diyakini membawa solusi untuk mencegah resesi. Pasar terutama berekspektasi bakal ada pemangkasan suku bunga agresif.

The Fed menjadi satu-satunya tumpuan harapan mengatasi resesi, karena virus resesi yang sebenarnya sungguh tidak tergapai oleh para ekonom dan menteri ekonomi dunia yakni di ranah politik. Kebijakan perang dagang Trump memicu Dana Moneter Internasional (IMF) hingga Bank Dunia memangkas proyeksi pertumbuhan ekonomi tahun ini dan tahun depan.

Virus ini terlihat menular ke negara lain, hingga beberapa negara ikut menabuh genderang perang mulai dari Jepang, Korea Selatan (Korsel), negara-negara Uni Eropa, hingga India. Indikasi kian ganasnya virus ini terlihat di Paris kemarin, dengan forum G7--untuk pertama kali dalam sejarahnya selama 44 tahun--berakhir deadlock, tanpa kesepakatan.

Menurut riset Credit Suisse, dalam 40 tahun terakhir resesi memukul perekonomian dengan tenggat waktu rata-rata 22 bulan sejak kurva inversi terbentuk. Artinya, masih ada waktu untuk mencegah resesi terjadi.

Oleh karena itu, para "dokter" kini berkumpul di Jackson Hole berusaha menyiapkan resep moneter dan fiskal untuk mengatasi gejala resesi. Namun kita tahu di mana virus itu bercokol yang memicu perlambatan ekonomi Negara Sam tersebut dan juga negara maju lainnya.

Apakah resep dari Jackson Hole itu bakal tepat sasaran? Ataukah lagi-lagi hanya bertindak sebagai pereda rasa nyeri saja, dan tak bisa membunuh virus resesi yang bercokol di ranah politik tadi? 

(BERLANJUT KE HALAMAN 4)

(ags)
Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular