
Newsletter
Legaaa! Akhirnya Ada Kabar Baik untuk Pasar Keuangan
Taufan Adharsyah, CNBC Indonesia
07 August 2019 06:50

Untuk perdagangan hari Rabu (7/8/2019), ada baiknya investor mencermati beberapa sentimen yang bisa jadi menentukan arah gerak pasar.
Pertama, sentimen perkembangan yang positif dari nasib hubungan dagang AS-China boleh jadi akan menular ke pasar keuangan kawasan Asia, termasuk Indonesia. Pada kenyataannya, masih ada ruang terbuka untuk negosiasi.
Sebelumnya, pelaku pasar sudah ketakutan akan eskalasi perang dagang yang mungkin bisa terjadi secara berkelanjutan.
Pekan lalu, Trump mengancam akan mengenakan tarif baru 10% pada produk China senilai US$ 200 miliar dan masih berencana menaikkan tarif tersebut menjadi lebih dari 25%. Atas ancaman tersebut, China meradang dan mengatakan bahwa perusahaan di negerinya telah berhenti membeli produk-produk agrikultur asal AS.
Tampaknya Trump agak sedikit terpukul oleh langkah yang diambil oleh China. Pasalnya, petani merupakan konstituen penting bagi dirinya yang akan maju dalam pemilu 2020 nanti. Sementara China merupakan salah satu pembeli produk agrikultur AS, yang bisa menjadi ancaman jika status tersebut tiba-tiba lenyap. Apabila petani semakin sengsara karena produknya tidak laku, Trump akan kesulitan untuk memenangkan pemilu.
Ada potensi daya tarik aset-aset berisiko, seperti saham, di Benua Kuning kembali menarik minat investor. Pun di Indonesia, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) tercatat sudah melemah dalam empat hari perdagangan secara beruntun. Bila ditotal (4 hari), pelemahan IHSG sudah mencapai 4,24%. Ada ruang yang cukup besar bagi pelaku pasar untuk memanfaatkan momen tersebut.
Namun ada sentimen kedua yang agaknya bisa memberi tekanan pada pasar keuangan dalam negeri. Melansir CNBC Internasional, risiko perceraian Inggris tanpa kesepakatan (No Deal Brexit) semakin meningkat.
Disebutkan bahwa hasil pertemuan antara diplomat senior Inggris dan Uni Eropa di Brussels pekan lalu telah memberi sinyal bahwa No Deal Brexit akan menjadi "skenario dasar" atau yang paling mungkin terjadi.
Perdana Menteri Inggris Boris Johnson, pekan lalu, telah mengirim delegasi kepada Uni Eropa dengan pesan yang sangat spesifik. Kecuali Uni Eropa mencabut komitmen kesepakatan perihal Irish backstop, Inggris akan keluar tanpa kesepakatan apapun. Inggris masih bersikukuh untuk tidak membuat batas yang ketat (hard border) antara Republik Irlandia dan Irlandia Utara.
Pada hari Selasa (6/8/2019), juru bicara pemerintah Inggris mengatakan kepada para wartawan bahwa pihak Uni Eropa tidak membuka ruang untuk negosiasi yang 'segar'.
Menanggapi pernyataan tersebut, pejabat Uni Eropa mengatakan bahwa Inggris, "Tidak memiliki rencana lain,"seperti yang diwartakan The Guardian, dikutip dari CNBC Internasional.
Dalam skenario No Deal Brexit, Bank Sentral Inggris (Bank of England/BOE) mengatakan bahwa kemungkinan Inggris untuk jatuh dalam resesi adalah satu banding tiga.
Jika kejadian, maka dampaknya juga akan meluas ke mana-mana, mengingat Inggris merupakan negara dengan perekonomian terbesar kelima di dunia.
Ketiga, hari ini Bank Indonesia akan mengumumkan posisi cadangan devisa Indonesia per akhir bulan Juli 2019. Posisi terakhir yang dibacakan, yaitu Juni, cadangan devisa RI adalah US$ 123,82 miliar yang mana naik dari bulan Mei.
Jika cadangan devisa di bulan Juli meningkat lagi, maka setidaknya bisa meyakinkan pasar bahwa ketersediaan valas dalam negeri masih mumpuni. Nilai tukar rupiah bisa terbantu karenanya.
BERLANJUT KE HALAMAN 4>>> (taa/taa)
Pertama, sentimen perkembangan yang positif dari nasib hubungan dagang AS-China boleh jadi akan menular ke pasar keuangan kawasan Asia, termasuk Indonesia. Pada kenyataannya, masih ada ruang terbuka untuk negosiasi.
Sebelumnya, pelaku pasar sudah ketakutan akan eskalasi perang dagang yang mungkin bisa terjadi secara berkelanjutan.
Pekan lalu, Trump mengancam akan mengenakan tarif baru 10% pada produk China senilai US$ 200 miliar dan masih berencana menaikkan tarif tersebut menjadi lebih dari 25%. Atas ancaman tersebut, China meradang dan mengatakan bahwa perusahaan di negerinya telah berhenti membeli produk-produk agrikultur asal AS.
Tampaknya Trump agak sedikit terpukul oleh langkah yang diambil oleh China. Pasalnya, petani merupakan konstituen penting bagi dirinya yang akan maju dalam pemilu 2020 nanti. Sementara China merupakan salah satu pembeli produk agrikultur AS, yang bisa menjadi ancaman jika status tersebut tiba-tiba lenyap. Apabila petani semakin sengsara karena produknya tidak laku, Trump akan kesulitan untuk memenangkan pemilu.
Ada potensi daya tarik aset-aset berisiko, seperti saham, di Benua Kuning kembali menarik minat investor. Pun di Indonesia, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) tercatat sudah melemah dalam empat hari perdagangan secara beruntun. Bila ditotal (4 hari), pelemahan IHSG sudah mencapai 4,24%. Ada ruang yang cukup besar bagi pelaku pasar untuk memanfaatkan momen tersebut.
Namun ada sentimen kedua yang agaknya bisa memberi tekanan pada pasar keuangan dalam negeri. Melansir CNBC Internasional, risiko perceraian Inggris tanpa kesepakatan (No Deal Brexit) semakin meningkat.
Disebutkan bahwa hasil pertemuan antara diplomat senior Inggris dan Uni Eropa di Brussels pekan lalu telah memberi sinyal bahwa No Deal Brexit akan menjadi "skenario dasar" atau yang paling mungkin terjadi.
Perdana Menteri Inggris Boris Johnson, pekan lalu, telah mengirim delegasi kepada Uni Eropa dengan pesan yang sangat spesifik. Kecuali Uni Eropa mencabut komitmen kesepakatan perihal Irish backstop, Inggris akan keluar tanpa kesepakatan apapun. Inggris masih bersikukuh untuk tidak membuat batas yang ketat (hard border) antara Republik Irlandia dan Irlandia Utara.
Pada hari Selasa (6/8/2019), juru bicara pemerintah Inggris mengatakan kepada para wartawan bahwa pihak Uni Eropa tidak membuka ruang untuk negosiasi yang 'segar'.
Menanggapi pernyataan tersebut, pejabat Uni Eropa mengatakan bahwa Inggris, "Tidak memiliki rencana lain,"seperti yang diwartakan The Guardian, dikutip dari CNBC Internasional.
Dalam skenario No Deal Brexit, Bank Sentral Inggris (Bank of England/BOE) mengatakan bahwa kemungkinan Inggris untuk jatuh dalam resesi adalah satu banding tiga.
Jika kejadian, maka dampaknya juga akan meluas ke mana-mana, mengingat Inggris merupakan negara dengan perekonomian terbesar kelima di dunia.
Ketiga, hari ini Bank Indonesia akan mengumumkan posisi cadangan devisa Indonesia per akhir bulan Juli 2019. Posisi terakhir yang dibacakan, yaitu Juni, cadangan devisa RI adalah US$ 123,82 miliar yang mana naik dari bulan Mei.
Jika cadangan devisa di bulan Juli meningkat lagi, maka setidaknya bisa meyakinkan pasar bahwa ketersediaan valas dalam negeri masih mumpuni. Nilai tukar rupiah bisa terbantu karenanya.
BERLANJUT KE HALAMAN 4>>> (taa/taa)
Next Page
Simak Data dan Agenda Berikut
Pages
Most Popular