Newsletter

Legaaa! Akhirnya Ada Kabar Baik untuk Pasar Keuangan

Taufan Adharsyah, CNBC Indonesia
07 August 2019 06:50
Ada Kabar Baik dari Gedung Putih, Wall Street Hijau Pekat
Foto: Wall Street (AP Photo/Richard Drew)
Tiga indeks utama Wall Street melesat pada penutupan sesi perdagangan hari Selasa (6/8/2019). Indeks Dow Jones Industrial Average (DJIA) lompat 1,21%, S&P 500 naik 1,3%, dan Nasdaq Composite melejit 1,3%.

Penguatan bursa saham Wall Street terjadi setelah sehari sebelumnya ditutup dengan pelemahan harian paling tajam di tahun berjalan 2019.

Salah satu faktor penyebab lonjakan di bursa saham Wall Street adalah meredanya kekhawatiran pelaku pasar akan risiko perang mata uang (currency war) yang sempat membuncah sejak perdagangan di awal pekan.

Pada hari Selasa (6/8/2019), Bank Sentral China (People Bank of China) menetapkan nilai tengah kurs yuan sebesar CNY 6,9683/US$ yang mana lebih kuat ketimbang estimasi Reuters yang sebesar CNY 6,9736/US$. Nilai tengah tersebut juga lebih kuat ketimbang penutupan pasar spot hari Senin (5/7/2019) sebesar CNY 7,0458/US$ yang merupakan paling lemah sejak 2008.

Hal tersebut menjadi pertanda bahwa China tidak akan mengambil langkah yang terlalu agresif dalam melemahkan mata uangnya.

"Ini adalah sinyal dari pihak China bahwa mereka ingin menjaga yuan tetap stabil dan meningkat. Tetapi itu juga menunjukkan seberapa cepat hal-hal dapat berubah," ujar Quincy Krosby, analis di Prudential Finansial di New Jersey, seperti dikutip dari Reuters.

Setidaknya dengan begitu, satu risiko perekonomian global dapat diredam. Kemungkinan perang mata uang semakin kecil. Dan walaupun ada, sepertinya tidak akan kasat mata dan terlalu kasar.

Sebelumnya pelaku pasar sempat dibuat takut karena pada hari Senin (5/7/2019) PBOC menetapkan nilai tengah yuan di level CNY 6,922/US$, yang mana melonjak dari posisi penutupan pasar spot akhir pekan lalu (2/8/2019) yang sebesar CNY6,9387/US$ dan merupakan posisi terendah sejak 3 Desember 2018.

Atas tindakan tersebut, pemerintah Amerika Serikat (AS) memberi label 'manipulator mata uang' pada pemerintah China.

Perlu diketahui bahwa di China, otoritas moneter dalam hal ini PBOC dapat menentukan nilai tengah kurs yuan. Hal itu membuat pergerakan kurs dapat diatur dan tidak sepenuhnya mengikuti mekanisme pasar (permintaan-penawaran).

Sementara itu, investor juga kembali mendapat angin segar dari perkembangan perang dagang AS-China.

Dalam sebuah wawancara dengan CNBC International, Penasihat Ekonomi Gedung Putih, Larry Kudlow, mengatakan bahwa Presiden AS, Donald Trump, masih ingin melanjutkan dialog dagang dan membuka kemungkinan untuk memberi ruang pada pelonggaran bea impor produk China.

"Kenyataannya adalah kami masih mau untuk melakukan negosiasi. Kami merencanakan untuk mengundang tim negosiator China untuk datang ke mari [Washington] pada bulan September. Segala sesuatu dapat berubah terkait dengan tarif," ujar Kudlow dalam wawancara yang disiarkan dalam program "Squawk on the Street" di CNBC TV.

Pernyataan Kudlow memberi sinyal bahwa dialog dagang antara dua kekuatan ekonomi terbesar dunia masih belum usai dan bisa jadi hasilnya positif.

Sebelumnya Trump telah mengumumkanĀ rencana pengenaan tarif baru sebesar 10% atas produk impor asal China senilai US$ 300 miliar yang sebelumnya tidak terdampak perang dagang dalam sebuah cuitan melalui akun Twitter @realDonaldTrump. Wall Street Journal (WSJ) mengabarkan bahwa cuitan tersebut Trump buat meskipun sebagian besar penasihatnya menentang keputusan penerapan tarif baru.

"Dalam tweet dan percakapannya dengan tim perdagangan, dia [Trump] ingin melanjutkan negosiasi. Dia [Trump] ingin membuat kesepakatan. Itu harus menjadi kesepakatan yang tepat untuk AS. Kami lebih suka transaksi komersial," pungkas Kudlow.

Dengan begitu, investor setidaknya sudah mau kembali masuk ke pasar saham dan akhirnya mendongkrak kinerja Wall Street semalam. Yah, walaupun memang sehabis anjlok cukup dalam, potensi rebound teknikal juga sudah besar.

BERLANJUT KE HALAMAN 3>>> (taa/taa)
Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular