
Newsletter
Penonton Kecewa! Kebijakan ECB & The Fed tak Terlalu Longgar
Putu Agus Pransuamitra, CNBC Indonesia
26 July 2019 06:21

Bursa saham AS (Wall Street) berakhir di zona merah pada perdagangan Kamis, indeks Dow Jones dan S&P 500 masing-masing melemah 0,5%, sementara Nasdaq merosot hingga 1%.
European Central Bank (ECB) yang tidak terlalu dovish saat mengumumkan kebijakan moneter kemarin membuat bursa saham melemah. Meski tidak berkaitan langsung dengan bursa saham AS, tetapi sikap ECB tersebut kemungkinan akan seirama The Fed.
Sebagian pelaku pasar masih berharap The Fed akan memangkas suku bunga acuannya sebesar 50 bps menjadi 1,75%-2,00%. Hal itu sepertinya tidak akan terjadi, jika ECB saja tidak agresif dalam melonggarkan moneter, dengan kondisi ekonomi yang bisa dikatakan lebih buruk dari AS, apalagi The Fed dengan kondisi ekonomi Paman Sam yang lebih bagus.
Data terbaru menunjukkan pesanan barang tahan lama naik tajam di bulan Juni yang memberikan peluang produk domestik bruto (PBD) AS di kuartal-II akan lebih tinggi dari prediksi.
“Saya pikir para investor khawatir The Fed mungkin tidak akan terlalu agresif. Data pesanan barang tahan lama jauh lebih bagus dari ekspektasi, hal itu membuat beberapa investor membicarakan kemungkinan merevisi perkiraan PDB AS” kata Art Cashin, direktur operasional di UBS, mengutip CNBC Intenational.
Selain kemungkinan pelonggaran moneter yang tidak terlalu agresif dari ECB dan The Fed, laporan kinerja emiten juga cukup membebani bursa. Saham Facebook melemah 1,9% setelah sang CFO David Wehner memperkirakan pendapatan di masa yang akan datang akan mengalami penurunan secara beruntun.
Saham Ford anjlok 7,5% setelah melaporkan laba lebih rendah dari prediksi Wall Street. Sementara Tesla jeblok 13,6% setelah melaporkan kerugian lebih besar dari prediksi.
Boeing melanjutkan penurunan sebesar 3,7% setelah melemah 3,1% pada hari Rabu setelah melaporkan membukukan kerugian US$ 2,9 miliar di kuartal-II 2019, menjadi yang terburuk sepanjang sejarah perusahaan. Dikandangkannya pesawat tipe 737 Max menjadi penyebab kerugian tersebut. Raksasa dirgantara ini juga menyatakan akan menunda produksi jika larangan terbang 737 Max terus berlanjut.
Hingga Kamis sudah sepertiga dari emiten di S&P 500 telah melaporkan earning, dan 75% diantaranya mencetak laba lebih bagus dari ekspektasi, berdasarkan data FactSet, mengutip CNBC International. Persentase tersebut menurun dari hari sebelumnya 78%.
Halaman Selanjutnya >>>
(pap/pap)
European Central Bank (ECB) yang tidak terlalu dovish saat mengumumkan kebijakan moneter kemarin membuat bursa saham melemah. Meski tidak berkaitan langsung dengan bursa saham AS, tetapi sikap ECB tersebut kemungkinan akan seirama The Fed.
Sebagian pelaku pasar masih berharap The Fed akan memangkas suku bunga acuannya sebesar 50 bps menjadi 1,75%-2,00%. Hal itu sepertinya tidak akan terjadi, jika ECB saja tidak agresif dalam melonggarkan moneter, dengan kondisi ekonomi yang bisa dikatakan lebih buruk dari AS, apalagi The Fed dengan kondisi ekonomi Paman Sam yang lebih bagus.
Data terbaru menunjukkan pesanan barang tahan lama naik tajam di bulan Juni yang memberikan peluang produk domestik bruto (PBD) AS di kuartal-II akan lebih tinggi dari prediksi.
“Saya pikir para investor khawatir The Fed mungkin tidak akan terlalu agresif. Data pesanan barang tahan lama jauh lebih bagus dari ekspektasi, hal itu membuat beberapa investor membicarakan kemungkinan merevisi perkiraan PDB AS” kata Art Cashin, direktur operasional di UBS, mengutip CNBC Intenational.
Selain kemungkinan pelonggaran moneter yang tidak terlalu agresif dari ECB dan The Fed, laporan kinerja emiten juga cukup membebani bursa. Saham Facebook melemah 1,9% setelah sang CFO David Wehner memperkirakan pendapatan di masa yang akan datang akan mengalami penurunan secara beruntun.
Saham Ford anjlok 7,5% setelah melaporkan laba lebih rendah dari prediksi Wall Street. Sementara Tesla jeblok 13,6% setelah melaporkan kerugian lebih besar dari prediksi.
Boeing melanjutkan penurunan sebesar 3,7% setelah melemah 3,1% pada hari Rabu setelah melaporkan membukukan kerugian US$ 2,9 miliar di kuartal-II 2019, menjadi yang terburuk sepanjang sejarah perusahaan. Dikandangkannya pesawat tipe 737 Max menjadi penyebab kerugian tersebut. Raksasa dirgantara ini juga menyatakan akan menunda produksi jika larangan terbang 737 Max terus berlanjut.
Hingga Kamis sudah sepertiga dari emiten di S&P 500 telah melaporkan earning, dan 75% diantaranya mencetak laba lebih bagus dari ekspektasi, berdasarkan data FactSet, mengutip CNBC International. Persentase tersebut menurun dari hari sebelumnya 78%.
Halaman Selanjutnya >>>
(pap/pap)
Next Page
Cermati Sentimen Penggerak Hari Ini (1)
Pages
Most Popular