
Polling CNBC Indonesia
Konsensus: Asyik, Bunga Acuan Bisa Turun!
Hidayat Setiaji, CNBC Indonesia
16 July 2019 16:45

Sebenarnya BI punya celah untuk menurunkan suku bunga acuan. Sebab, setidaknya sampai akhir tahun ini, ada kemungkinan arus hot money akan 'menyerbu' Indonesia karena tren pelonggaran kebijakan moneter di negara-negara maju.
Misalnya di AS. Mengutip CME Fedwatch, probabilitas pemangkasan suku bunga acuan dua kali atau 50 bps sampai akhir 2019 adalah 32,9%. Sementara peluang penurunan Federal Funds Rate sampai tiga kali atau 75 bps lebih tinggi lagi yaitu 37%.
Artinya, suku bunga acuan di Negeri Paman Sam bakal turun setidaknya dua kali tahun ini. Berinvestasi di dolar AS menjadi kurang menarik, dan arus modal pun mencari lokasi yang masih mendatangkan cuan jumbo.
Indonesia bisa menjadi pilihan, karena menawarkan keuntungan yang lebih ketimbang negara-negara tetangga. Contohnya di obligasi negara.
Imbal hasil (yield) surat utang pemerintah Indonesia tenor 10 tahun pada pukul 11:20 WIB berada di 7,11%. Lebih tinggi ketimbang instrumen serupa di Malaysia (3,619%), Thailand (2%), Filipina (4,98%), sampai India (6,403%).
Jadi masih ada harapan investor mau menanamkan modal di pasar keuangan Indonesia. Dengan begitu pasokan valas tetap terjaga, meski yang datang ini bisa keluar kapan saja.
Meski transaksi berjalan masih defisit, tetapi kemungkinan bisa ditalangi oleh transaksi modal dan finansial, terutama portofolio. Rupiah pun bisa stabil sehingga mengurangi kecemasan BI.
Over to you, Pak Gubernur Perry...
TIM RISET CNBC INDONESIA
(aji/dru)
Misalnya di AS. Mengutip CME Fedwatch, probabilitas pemangkasan suku bunga acuan dua kali atau 50 bps sampai akhir 2019 adalah 32,9%. Sementara peluang penurunan Federal Funds Rate sampai tiga kali atau 75 bps lebih tinggi lagi yaitu 37%.
Artinya, suku bunga acuan di Negeri Paman Sam bakal turun setidaknya dua kali tahun ini. Berinvestasi di dolar AS menjadi kurang menarik, dan arus modal pun mencari lokasi yang masih mendatangkan cuan jumbo.
Indonesia bisa menjadi pilihan, karena menawarkan keuntungan yang lebih ketimbang negara-negara tetangga. Contohnya di obligasi negara.
Imbal hasil (yield) surat utang pemerintah Indonesia tenor 10 tahun pada pukul 11:20 WIB berada di 7,11%. Lebih tinggi ketimbang instrumen serupa di Malaysia (3,619%), Thailand (2%), Filipina (4,98%), sampai India (6,403%).
Jadi masih ada harapan investor mau menanamkan modal di pasar keuangan Indonesia. Dengan begitu pasokan valas tetap terjaga, meski yang datang ini bisa keluar kapan saja.
Meski transaksi berjalan masih defisit, tetapi kemungkinan bisa ditalangi oleh transaksi modal dan finansial, terutama portofolio. Rupiah pun bisa stabil sehingga mengurangi kecemasan BI.
Over to you, Pak Gubernur Perry...
TIM RISET CNBC INDONESIA
(aji/dru)
Pages
Tags
Related Articles
Recommendation

Most Popular