
Newsletter
Data Ekonomi Hijau & Harga Minyak Anjlok: Semoga Bawa Berkah
Dwi Ayuningtyas, CNBC Indonesia
16 July 2019 06:14

Cermati Sentimen Penggerak Pasar Hari ini
Untuk perdagangan hari ini, investor patut mencermati sejumlah sentimen. Pertama tentu perkembangan di Wall Street yang meskipun terbatas tetapi masih tetap positif. Semoga ini cukup untuk menjadi pendorong semangat pelaku pasar di kawasan Asia saat memulai perdagangan.
Sentimen kedua adalah penguatan indeks dolar Amerika Serikat yang masih bergerak terbatas karena kehilangan pelumasnya setelah Gubernur Bank Sentral AS/The Fed Jerome Powell memberikan kode keras akan adanya penurunan suku bunga acuan (federal funds rate) dalam waktu dekat.
Dollar Index (yang mencerminkan posisi greenback di hadapan enam mata uang utama dunia) hanya mampu menguat 0,13% pada penutupan perdagangan kemarin, dilansir dari Refinitiv
Melansir situs CME Fedwatch, peluang adanya pemangkasan federal funds rate 50 basis poin (bps) naik menjadi 29,3%, dimana satu hari sebelumnya hanya 23%. Sedangkan untuk probabiltas penurunan 25 bps ada di 70,3%.
Untuk diketahui, suku bunga acuan yang rendah berarti mata uang negara tersebut kehilangan katalis positif untuk menarik aksi beli pelaku pasar. Pasalnya, imbal hasil yang diperoleh semakin menipis.
Pergerakan terbatas greenback memberikan kesempatan pada rupiah dkk di Asia untuk bergerak ke utara, sekaligus menawarkan keuntungan yang lebih besar kepada investor.
Belum lagi, rupiah mendapat tambahan pelumas karena neraca perdagangan Indonesia bulan Juni mencatatkan surplus US$ 196 juta. Hasil yang positif memberikan harapan bahwa defisit transaksi berjalan (current account deficit/CAD) dapat ditekan.
Jika CAD bisa ditekan maka persediaan valas semakin membaik yang membuat fondasi rupiah semakin stabil. Nilai tukar yang stabil adalah katalis positif bagi investor karena resiko nilai tukar dapat terkikis.
Kemudian sentimen ketiga, yang bisa positif bagi rupiah, adalah perkembangan harga minyak. Pada pukul 05:06 WIB, harga minyak jenis brent dan light sweet anjlok masing-masing 0,36% dan 1,05%.
Perlambatan ekonomi China yang semakin kerasa memberikan sentimen negatif pada pasar minyak mentah global karena permintaan emas hitam ke depannya bisa terancam.
Padahal, sebelumnya harga minyak mentah global sempat menggeliat karena terhentinya aktifitas produksi di Teluk Meksiko yang merupakan salah satu wilayah penghasil minyak terbesar di benua Amerika.
Kekhawatiran akan resiko penurunan permintaan global akibat perlambatan ekonomi berhasil mengalahkan sentimen keterbatasan pasokan.
Koreksi harga minyak adalah berkah bagi rupiah. Sebab penurunan harga minyak bisa membuat biaya impor komoditas ini lebih murah. Sesuatu yang tentu menguntungkan bagi negara net importir minyak seperti Indonesia.
(BERLANJUT KE HALAMAN 4) (dwa/dwa)
Untuk perdagangan hari ini, investor patut mencermati sejumlah sentimen. Pertama tentu perkembangan di Wall Street yang meskipun terbatas tetapi masih tetap positif. Semoga ini cukup untuk menjadi pendorong semangat pelaku pasar di kawasan Asia saat memulai perdagangan.
Sentimen kedua adalah penguatan indeks dolar Amerika Serikat yang masih bergerak terbatas karena kehilangan pelumasnya setelah Gubernur Bank Sentral AS/The Fed Jerome Powell memberikan kode keras akan adanya penurunan suku bunga acuan (federal funds rate) dalam waktu dekat.
Dollar Index (yang mencerminkan posisi greenback di hadapan enam mata uang utama dunia) hanya mampu menguat 0,13% pada penutupan perdagangan kemarin, dilansir dari Refinitiv
Melansir situs CME Fedwatch, peluang adanya pemangkasan federal funds rate 50 basis poin (bps) naik menjadi 29,3%, dimana satu hari sebelumnya hanya 23%. Sedangkan untuk probabiltas penurunan 25 bps ada di 70,3%.
Untuk diketahui, suku bunga acuan yang rendah berarti mata uang negara tersebut kehilangan katalis positif untuk menarik aksi beli pelaku pasar. Pasalnya, imbal hasil yang diperoleh semakin menipis.
Pergerakan terbatas greenback memberikan kesempatan pada rupiah dkk di Asia untuk bergerak ke utara, sekaligus menawarkan keuntungan yang lebih besar kepada investor.
Belum lagi, rupiah mendapat tambahan pelumas karena neraca perdagangan Indonesia bulan Juni mencatatkan surplus US$ 196 juta. Hasil yang positif memberikan harapan bahwa defisit transaksi berjalan (current account deficit/CAD) dapat ditekan.
Jika CAD bisa ditekan maka persediaan valas semakin membaik yang membuat fondasi rupiah semakin stabil. Nilai tukar yang stabil adalah katalis positif bagi investor karena resiko nilai tukar dapat terkikis.
Kemudian sentimen ketiga, yang bisa positif bagi rupiah, adalah perkembangan harga minyak. Pada pukul 05:06 WIB, harga minyak jenis brent dan light sweet anjlok masing-masing 0,36% dan 1,05%.
Perlambatan ekonomi China yang semakin kerasa memberikan sentimen negatif pada pasar minyak mentah global karena permintaan emas hitam ke depannya bisa terancam.
Padahal, sebelumnya harga minyak mentah global sempat menggeliat karena terhentinya aktifitas produksi di Teluk Meksiko yang merupakan salah satu wilayah penghasil minyak terbesar di benua Amerika.
Kekhawatiran akan resiko penurunan permintaan global akibat perlambatan ekonomi berhasil mengalahkan sentimen keterbatasan pasokan.
Koreksi harga minyak adalah berkah bagi rupiah. Sebab penurunan harga minyak bisa membuat biaya impor komoditas ini lebih murah. Sesuatu yang tentu menguntungkan bagi negara net importir minyak seperti Indonesia.
(BERLANJUT KE HALAMAN 4) (dwa/dwa)
Next Page
Simak Agenda dan Data Berikut Ini
Pages
Tags
Related Articles
Recommendation

Most Popular