Newsletter

Senangnya... Trump Sambung Lagi Tali Kasih dengan Xi & Kim

Anthony Kevin, CNBC Indonesia
01 July 2019 07:08
Cermati Sentimen Penggerak Pasar Hari Ini (2)
Foto: REUTERS/Leonhard Foeger
Namun, pelaku pasar perlu mewaspadai sentimen ketiga yakni pergerakan harga minyak mentah dunia. Hingga pukul 06:40 WIB, harga minyak WTI kontrak pengiriman bulan Agustus melesat 1,56% ke level US$ 59,38/barel, sementara minyak brent kontrak pengiriman bulan September melejit 1,44% ke level US$ 65,67/barel.

Hasil pertemuan antara Presiden Rusia Vladimir Putin dengan Putra Mahkota Arab Saudi Mohammed bin Salman di sela-sela gelaran KTT G20 menjadi faktor yang membuat harga minyak langsung tancap gas pada awal pekan.

Putin berhasil meyakinkan Salman untuk memperpanjang program pembatasan produksi minyak oleh negara-negara OPEC+ (negara-negara OPEC + Rusia).

Sejatinya, program pembatasan produksi yang ditujukan untuk mempertahankan harga minyak mentah di level yang relatif tinggi itu akan berakhir pada akhir bulan ini. Putin mengatakan bahwa perpanjangan program pembatasan produksi minyak dapat berlaku selama enam atau sembilan bulan.

Kala produksi kembali ditahan, maka pasokan akan menipis dan harga pun mau tak mau terkerek naik.

Dengan melesatnya harga minyak mentah, akan ada kekhawatiran bahwa defisit transaksi berjalan/Current Account Deficit (CAD) akan menjadi kian sulit untuk diredam. Pada akhirnya, ada potensi rupiah akan melemah lantaran sokongan fundamental yang tak kuat.

Pelemahan rupiah patut diwaspadai karena bisa saja membuat investor asing mengabaikan sentimen positif yang ada dan malah melego saham serta obligasi di tanah air.

Sentimen keempat yang patut dicermati investor datang dari dalam negeri. Pada siang hari ini, Badan Pusat Statistik (BPS) dijadwalkan merilis angka inflasi periode Mei 2019. Konsensus yang dihimpun CNBC Indonesia memperkirakan inflasi Juni sebesar 0,46% month-on-month (MoM) dan 3,185% year-on-year (YoY). Sementara itu, inflasi inti secara tahunan diperkirakan berada di level 3,13%.

Jika realisasi data inflasi sesuai perkiraan, maka terjadi perlambatan dibandingkan Mei. Kala itu, inflasi tercatat 0,68% MoM, 3,32% YoY, dan inflasi inti sebesar 3,12% YoY.

Namun, perlambatan inflasi tersebut merupakan sebuah hal yang wajar karena sebagian besar bulan Mei diwarnai oleh Ramadan. Bulan suci umat Islam ini merupakan puncak konsumsi rumah tangga di tanah air sehingga mendorong inflasi dari sisi permintaan.

Juniman, Kepala Ekonom Maybank Indonesia, menilai inflasi Juni kembali ke mode normal. Ada kenaikan harga sejumlah bahan pangan, tetapi secara umum masih terkendali.

"Beberapa bahan pangan yang mengalami kenaikan harga antara lain cabai, beras, ikan segar, telur ayam ras, dan daging sapi. Namun di sisi lain ada pula yang harganya turun seperti daging ayam ras, bawang putih, bawang bombai, dan sayur-mayur," sebut Juniman.

Inflasi yang terkendali tentu akan menopang daya beli masyarakat Indonesia, sekaligus menjadi kabar positif bagi pasar keuangan tanah air. (ank/ank)
Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular