Newsletter

Waspadai Konflik AS-Iran dan Pengumuman Neraca Dagang RI

Hidayat Setiaji, Taufan Adharsyah, & Anthony Kevin, CNBC Indonesia
24 June 2019 06:06
Sentimen Perdagangan Hari Ini
Foto: Presiden Iran Hassan Rouhani (AP/Ebrahim Noroozi)
Pada perdagangan hari Senin (24/6/2019), investor perlu mencermati beberapa sentimen yang diperkirakan akan mempengaruhi arah gerak pasar. Pertama tentu saja rilis data perdagangan internasional (ekspor-impor) Indonesia periode Mei 2019.

Konsensus pasar yang dihimpun CNBC Indonesia memperkirakan ekspor terkontraksi 14,62% secara tahunan, sementara impor diprediksi  jatuh 14,32%. Alhasil, neraca perdagangan diproyeksi membukukan defisit US$ 1,294 miliar.



Jika proyeksi ini benar terealisasi maka akan membebani kinerja rupiah. Pasalnya, neraca dagang Indonesia sudah membukukan defisit senilai US$ 2,5 miliar pada April 2019 dan merupakan yang paling dalam sepanjang sejarah. Sebelumnya, defisit paling dalam tercatat senilai US$ 2,3 miliar dan terjadi pada Juli 2013.

Kalau neraca dagang barang saja sudah membukukan defisit yang begitu dalam, tentu defisit transaksi berjalan (current account deficit/CAD) akan sulit untuk ditekan, apalagi dihabiskan. Alhasil rupiah menjadi sangat rentan untuk terdepresiasi karena kekurangan pasokan valas di dalam negeri.

Pelemahan rupiah pada akhirnya akan mendorong investor, terutama investor asing, untuk melepas saham dan obligasi di Indonesia lantaran ada potensi mereka harus menanggung kerugian kurs.  

Selain itu investor juga patut memantau perkembangan dari ketegangan antara AS dengan Iran. Akhir pekan lalu AS dibuat panas karena sebuah drone miliknya ditembak jatuh oleh Iran. Negeri Adidaya mengatakan bahwa penembakan terjadi di wilayah udara internasional. Namun, Iran bersikukuh bahwa drone tersebut terbang di atas wilayah udara mereka.  

Menindaklanjuti konflik tersebut, pemerintahan Trump berencana mengenakan sanksi baru terhadap Iran pada hari Senin (24/6/2019), tapi tidak menutup kemungkinan untuk adanya negosiasi.  

Kami siap untuk bernegosiasi tanpa prasyarat. Mereka [Iran] tahu persis bagaimana menemukan kami. Saya yakin bahwa pada saat mereka [Iran] siap untuk terlibat, kita dapat memulai dialog. Saya menantikan hari itu, ujar Menteri Luar Negeri AS, Mike Pompeo kepada awak media, seperti yang dilansir dari Reuters.  



Namun bila ternyata ketegangan antara keduanya semakin membuncah, bukan tidak mungkin konflik akan berkembang menjadi kontak senjata. Negeri Persia juga terlihat masih panas akibat merasa kedaulatannya dilanggar.  

"Apa pun keputusan yang dibuat oleh pemerintah AS, kami tidak akan membiarkan batas wilayah dilanggar. Iran akan melawan dengan tegas segala agresi dan ancaman dari AS," kata Abbas Mousavi, Juru Bicara Kementerian Luar Negeri Iran, mengutip Reuters  

Perang tentu saja bukan berita baik bagi pasar keuangan Indonesia. Perang akan membuat kondisi politik dan ekonomi kian tak pasti dan membuat pelaku pasar memilih untuk menahan investasi pada aset-aset berisiko.  

Konflik Timur Tengah juga berpotensi mengerek harga minyak lebih tinggi lagi. Pasalnya konflik dikhawatirkan akan membuat pasokan minyak mentah global terganggu. Apalagi wilayah Timur Tengah merupakan wilayah penghasil minyak terbesar di dunia.  

Bagi Indonesia, yang masih merupakan net-importir minyak, kenaikan harga punya dampak yang negatif karena dapat membuat transaksi berjalan semakin terbebani. Lagi-lagi, nilai tukar rupiah akan semakin terbebani.

(BERLANJUT KE HALAMAN 4)

(taa/prm)
Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular