Newsletter

Harpitnas dan Jelang Libur Lebaran, Bagaimana Pasar Hari ini?

Hidayat Setiaji & Anthony Kevin & M Taufan Adharsyah, CNBC Indonesia
31 May 2019 04:51
Wall Street di Antara Bunga Acuan dan Perang Dagang
Ilustrasi Bursa Saham New York (REUTERS/Brendan McDermid)
Dari Wall Street, tiga indeks utama ditutup menguat meski dalam rentang terbatas. Dow Jones Industrial Average (DJIA) naik 0,17%, S&P 500 bertambah 0,21%, dan Nasdaq Composite terangkat 0,25%. 

Gerak bursa saham New York terlihat minim dinamika, karena saat pembukaan pun DJIA cs hanya menguat tipis, tidak jauh dari posisi penutupan. DJIA, S&P 500, dan Nasdaq masing-masing dibuka naik 0,11%, 0,21%, dan 0,29%. 

Sepertinya prospek penurunan suku bunga acuan masih dirasakan oleh bursa saham AS. Bagi pasar saham, penurunan suku bunga adalah sentimen positif karena dapat mendongrak laba emiten.  

Namun, Wall Street terhambat oleh perkembangan friksi dagang AS-China yang belum reda. Kini giliran China yang galak dengan menyatakan siap jika harus menjalankan perang dagang dengan Negeri Adidaya. 

"Kami menolak perang dagang, tetapi kami tidak takut untuk berperang. Provokasi yang dilakukan AS nyata-nyata adalah sebuah terorisme ekonomi, chauvinisme ekonomi, dan penindasan ekonomi," tegas Zhang Hanhui, Wakil Menteri Luar Negeri China, mengutip Reuters. 

China punya senjata baru untuk amunisi menghadapi perang dagang yaitu rare earth. Presiden China Xi Jinping pekan lalu meninjau fasilitas penambangan rare earth, langkah yang ditengarai akan memainkan peran penting dalam drama perang dagang. 

Rare earth adalah mineral yang terdiri dari 17 unsur di tabel periodik yaitu cerium, dysprosium, erbium, europium, gadolinium, holmium, lanthanum, lutetium, neodymium, praseodymium, promethium, samarium, scandium, terbium, thulium, ytterbium, dan yttrium. Mineral ini bisa menjadi salah satu bahan baku utama dalam pembuatan perangkat telekomunikasi hingga pertahanan. 

"AS, jangan meremehkan serangan balasan China. Apakah rare earth menjadi senjata bagi China untuk balik menekan AS? Jawabannya tentu bukan sebuah misteri. Jangan bilang kami tidak memperingatkan Anda!" tulis tajuk People's Daily, harian terbitan Partai Komunis China. 

Sebelumnya, People's Daily memberitakan bahwa Beijing sedang mempertimbangkan dengan serius untuk menutup keran ekspor rare earth ke AS. Padahal China adalah produsen utama rare earth dunia. 

Data US Geological Survey menyebut, China memproduksi 120.000 metrik ton rare earth pada 2018. Jumlah itu adalah 70% dari total produksi dunia. 

Jadi kalau China menyetop ekspor rare earth ke AS, maka dampaknya akan masif. Sejumlah industri di AS, terutama di bidang teknologi, bisa pincang karena kekurangan salah satu bahan baku utama. 

"Memang ada persepsi bahwa The Fed mungkin saja menurunkan suku bunga acuan, itu positif bagi pasar saham. Namun pelaku pasar juga masih mencoba memahami berita-berita terbaru, terutama perang dagang yang mungkin dapat memperlambat laju pertumbuhan ekonomi meski sepertinya tidak akan membuat AS jatuh dalam resesi," jelas Scott Brown, Kepala Ekonom Raymond James yang berbasis di Florida, mengutip Reuters. 

(BERLANJUT KE HALAMAN 3)

(aji/aji)
Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular