Newsletter

Dolar AS Kian Ganas, 'Lini Belakang' Rupiah Bakal Kerja Keras

Hidayat Setiaji & Anthony Kevin & M Taufan Adharsyah, CNBC Indonesia
29 May 2019 05:51
Cermati Sentimen Penggerak Pasar Hari Ini
Ilustrasi Rupiah (CNBC Indonesia/Andrean Kristianto)
Untuk perdagangan hari ini, investor patut mencermati sejumlah sentimen. Pertama tentu performa Wall Street yang kurang impresif. Bisa saja investor di pasar keuangan Asia jiper duluan kala melihat Wall Street yang merah. 

Sentimen kedua adalah relasi AS-Jepang yang semakin mesra karena kunjungan Trump ke Tokyo. Tidak hanya di bidang perdagangan, kedua negara juga menyepakati peningkatan investasi. 

"Toyota mengumumkan akan berinvestasi US$ 13 miliar di AS dalam waktu tiga tahun ke depan. Perusahaan lainnya akan menyusul, menciptakan lebih banyak tenaga kerja. AS dan jepang akan mampu mengatasi permasalahan yang terjadi," ungkap Taro Aso, Menteri Keuangan Jepang, mengutip Reuters. 

Nah, sekarang tinggal bagaimana AS memperbaiki hubungan dengan China. Ini yang berat, karena hubungan keduanya malah semakin panas. 

Sekarang giliran Huawei (raksasa teknologi informasi asal China) yang dikabarkan sedang mengkaji ulang kemitraan dengan FedEx, perusahaan pengiriman dari AS. Pasalnya, dua paket milik Huawei yang dikirim dari Jepang dengan tujuan ke China berujung dengan status dikembalikan kepada pengirim. 

Selain itu, paket lain yang semestinya dikirim dari Vietnam ke kantor pusat Huawei di China coba dibelokkan ke negara lain oleh FedEx. Upaya ini terlacak dalam riwayat jejak perjalanan pengiriman. 

"Pengalaman terkini dengan FedEx, di mana dokumen penting yang dikirimkan tidak sampai ke tujuan atau coba dibelokkan ke tempat lain, membuat kami harus mengkaji ulang soal logistik dan pengiriman dokumen," tegas Jow Kelly, Juru Bicara Huawei, mengutip Reuters. 

Huawei memang menjadi sorotan setelah pemerintah AS memasukkan perusahaan ini ke daftar hitam karena dianggap membahayakan keamanan dan kepentingan nasional. Jadi memang pada prinsipnya tidak boleh ada yang berbisnis dengan Huawei, kecuali atas izin pemerintah. 

Rasanya kok hubungan AS-China malah semakin renggang. Tidak cuma di level pemerintahan, gontok-gontokan sudah merambat ke tingkat korporasi. 

Selama friksi dagang AS-China belum terselesaikan, atau minimal kedua negara masih belum mau kembali ke meja perundingan, maka pasar keuangan global akan selalu dihantui oleh risiko besar bernama perang dagang. Koreksi akan selalu membayangi dan bisa terjadi kapan saja. 

Sentimen ketiga adalah masih berlanjutnya tren penguatan dolar AS yang dimulai sejak kemarin. Pada pukul 05:24 WIB, Dollar Index sudah naik 0,33%. 

Ini membuat posisi rupiah cs di Asia kembali rawan. Kemarin, rupiah masih bisa selamat karena intervensi Bank Indonesia (BI). Namun hari ini gempuran dolar AS bisa semakin ganas, karena rupiah sudah menguat di kisaran 1% selama empat hari terakhir. 

Penguatan rupiah yang sudah semakin tajam membuat investor kian tergoda untuk mencairkan laba. BI menjadi satu-satunya harapan bagi rupiah untuk bertahan di zona hijau. Semoga 'lini belakang' yang digalang bank sentral masih mampu menjaga rupiah agar tidak kebobolan oleh serangan dolar AS yang semakin gencar. 

(BERLANJUT KE HALAMAN 4)

(aji/aji)
Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular