
Newsletter
Dolar AS Kian Ganas, 'Lini Belakang' Rupiah Bakal Kerja Keras
Hidayat Setiaji & Anthony Kevin & M Taufan Adharsyah, CNBC Indonesia
29 May 2019 05:51

Beralih Wall Street, yang baru memulai perdagangan hari ini karena kemarin libur memperingati memorial Day. Tiga indeks utama di bursa saham New York langsung ditutup melemah, di mana Dow Jones Industrial Average (DJIA) turun 0,93%, S&P 500, S&P 500 minus 0,85%, dan Nasdaq Composite berkurang 0,39%.
Tampaknya investor di Wall Street masih agak jetlag setelah akhir pekan panjang. Memang perlu waktu untuk mencerna seluruh kabar dan sentimen yang terlewatkan. Terkadang muncul juga reaksi yang agak berlebihan.
Misalnya, pelaku pasar mencoba memahami pernyataan Presiden AS Donald Trump mengenai prospek kelanjutan dialog dagang dengan China. Menurut Trump, dirinya ingin kembali ke meja perundingan tetapi memang tidak sekarang.
"Saya percaya kami akan membuat kesepakatan yang bagus dengan China suatu saat nanti. Sebab saya tidak yakin China bisa terus membayar bea masuk. Anda tahu? Pebisnis sudah meninggalkan China, ratusan bahkan ribuan," tegas Trump, mengutip Reuters.
Investor yang jetlag melakukan reaksi yang knee-jerk (spontan tanpa berpikir panjang) saja. Padahal kalau dilihat lebih dalam, Trump masih membuka kemungkinan terjadinya perundingan yang mengarah ke damai dagang AS-China.
"Pilih saja apa yang paling dikhawatirkan pasar sekarang. Perdagangan? Keyakinan konsumen? Jelas yang dilihat adalah perdagangan," ujar Ryan Detrick, Senior Market Strategist di LPL Financial yang berbasis di North Carolina, mengutip Reuters.
Akibat ada kata-kata 'perdagangan' AS-China, investor langsung menilainya sebagai sentimen negatif. Sentimen ini sukses menutup kabar gembira dari rilis data ekonomi terbaru di Negeri Paman Sam.
Pada Mei, Indeks Keyakinan Konsumen di AS versi Conference Board tercatat 134,1. Naik 4,9 poin dibandingkan posisi bulan sebelumnya dan mencapai posisi tertinggi sejak November 2018.
Artinya, konsumen AS masih optimistis menatap masa depan. Konsumen masih berencana untuk meningkatkan belanja, yang bakal menjadi fondasi pertumbuhan konsumsi rumah tangga dalam pembentukan Produk Domestik Bruto (PDB).
Konsumsi rumah tangga menyumbang hampir 70% dalam pembentukan PDB di Negeri Adidaya. Oleh karena itu, AS masih punya harapan ekonomi bakal tumbuh kencang seiring kuatnya konsumsi rumah tangga.
Namun ya itu tadi. Gara-gara investor masih jetlag, pernyataan dari Trump soal perdagangan AS-China dianggap sebagai sentimen negatif. Padahal kalau dilihat lagi isinya malah bisa positif.
(BERLANJUT KE HALAMAN 3)
(aji/aji)
Tampaknya investor di Wall Street masih agak jetlag setelah akhir pekan panjang. Memang perlu waktu untuk mencerna seluruh kabar dan sentimen yang terlewatkan. Terkadang muncul juga reaksi yang agak berlebihan.
Misalnya, pelaku pasar mencoba memahami pernyataan Presiden AS Donald Trump mengenai prospek kelanjutan dialog dagang dengan China. Menurut Trump, dirinya ingin kembali ke meja perundingan tetapi memang tidak sekarang.
"Saya percaya kami akan membuat kesepakatan yang bagus dengan China suatu saat nanti. Sebab saya tidak yakin China bisa terus membayar bea masuk. Anda tahu? Pebisnis sudah meninggalkan China, ratusan bahkan ribuan," tegas Trump, mengutip Reuters.
Investor yang jetlag melakukan reaksi yang knee-jerk (spontan tanpa berpikir panjang) saja. Padahal kalau dilihat lebih dalam, Trump masih membuka kemungkinan terjadinya perundingan yang mengarah ke damai dagang AS-China.
"Pilih saja apa yang paling dikhawatirkan pasar sekarang. Perdagangan? Keyakinan konsumen? Jelas yang dilihat adalah perdagangan," ujar Ryan Detrick, Senior Market Strategist di LPL Financial yang berbasis di North Carolina, mengutip Reuters.
Akibat ada kata-kata 'perdagangan' AS-China, investor langsung menilainya sebagai sentimen negatif. Sentimen ini sukses menutup kabar gembira dari rilis data ekonomi terbaru di Negeri Paman Sam.
Pada Mei, Indeks Keyakinan Konsumen di AS versi Conference Board tercatat 134,1. Naik 4,9 poin dibandingkan posisi bulan sebelumnya dan mencapai posisi tertinggi sejak November 2018.
Artinya, konsumen AS masih optimistis menatap masa depan. Konsumen masih berencana untuk meningkatkan belanja, yang bakal menjadi fondasi pertumbuhan konsumsi rumah tangga dalam pembentukan Produk Domestik Bruto (PDB).
Konsumsi rumah tangga menyumbang hampir 70% dalam pembentukan PDB di Negeri Adidaya. Oleh karena itu, AS masih punya harapan ekonomi bakal tumbuh kencang seiring kuatnya konsumsi rumah tangga.
Namun ya itu tadi. Gara-gara investor masih jetlag, pernyataan dari Trump soal perdagangan AS-China dianggap sebagai sentimen negatif. Padahal kalau dilihat lagi isinya malah bisa positif.
(BERLANJUT KE HALAMAN 3)
(aji/aji)
Pages
Tags
Related Articles
Recommendation

Most Popular