
Newsletter
Dag-Dig-Dug-Der Jelang 22 Mei, Bagaimana Pasar Hari Ini?
Hidayat Setiaji & M Taufan Adharsyah & Anthony Kevin, CNBC Indonesia
20 May 2019 06:03

Dari Wall Street, tiga indeks utama finis di zona merah pada perdagangan akhir pekan lalu. Dow Jones Industrial Average (DJIA) turun 0,38%, S&P 500 melemah 0,58%, dan Nasdaq Composite amblas 1,04%.
Investor di pasar saham New York panik, karena tersiar kabar perundingan dagang AS-China terancam mandek. Tidak bisa dilanjutkan lagi. Selamat tinggal damai dagang.
"Akibat hal-hal yang dilakukan AS sepanjang proses negosiasi, kami meyakini bahwa kalau memang ada sesuatu dari dialog ini tentu harus dibuktikan dengan ketulusan," sindir Lu Kang, Juru Bicara Kementerian Luar Negeri China, dikutip dari Reuters.
Rasanya China sudah lelah dengan provokasi AS di bawah pemerintahan Presiden Donald Trump. Ogah terus disudutkan, China pun mulai mengamuk.
"Perang dagang tidak akan membuat kami tunduk. Itu hanya akan membuat kami lebih kuat!" tulis tajuk People's Daily, harian terbitan Partai Komunis China, mengutip Reuters.
Amukan China tampaknya mulai menuai hasil, AS sepertinya gentar juga. Kementerian Perdagangan AS tengah mempertimbangkan pengurangan sanksi terhadap Huawei (perusahaan telekomunikasi asal China) yang masuk ke daftar hitam.
Kementerian yang dipimpin Wilbur Ross tersebut tengah mengkaji pemberian waktu bagi perusahaan dan individu untuk tetap bisa menggunakan perangkat Huawei milik mereka. Tenggat waktu ini kabarnya akan berlaku selama 90 hari. Namun hanya berlaku untuk perangkat yang sudah dimiliki sebelumnya (existing), bukan transaksi pembelian baru.
Akan tetapi, pelaku pasar terlanjur takut. Aset-aset berisiko seperti saham pun ditinggalkan dan instrumen aman seperti obligasi pemerintah AS kebanjiran peminat. Sepanjang pekan lalu, yield instrumen ini terkoreksi 6,2 bps.
Bukan cuma pada akhir pekan, Wall Street juga terkoreksi secara mingguan. DJIA minus 0,69%, S&P 500 berkurang 0,76%, dan Nasdaq melemah 0,17%.
(BERLANJUT KE HALAMAN 3)
(aji/aji)
Investor di pasar saham New York panik, karena tersiar kabar perundingan dagang AS-China terancam mandek. Tidak bisa dilanjutkan lagi. Selamat tinggal damai dagang.
"Akibat hal-hal yang dilakukan AS sepanjang proses negosiasi, kami meyakini bahwa kalau memang ada sesuatu dari dialog ini tentu harus dibuktikan dengan ketulusan," sindir Lu Kang, Juru Bicara Kementerian Luar Negeri China, dikutip dari Reuters.
Rasanya China sudah lelah dengan provokasi AS di bawah pemerintahan Presiden Donald Trump. Ogah terus disudutkan, China pun mulai mengamuk.
"Perang dagang tidak akan membuat kami tunduk. Itu hanya akan membuat kami lebih kuat!" tulis tajuk People's Daily, harian terbitan Partai Komunis China, mengutip Reuters.
Amukan China tampaknya mulai menuai hasil, AS sepertinya gentar juga. Kementerian Perdagangan AS tengah mempertimbangkan pengurangan sanksi terhadap Huawei (perusahaan telekomunikasi asal China) yang masuk ke daftar hitam.
Kementerian yang dipimpin Wilbur Ross tersebut tengah mengkaji pemberian waktu bagi perusahaan dan individu untuk tetap bisa menggunakan perangkat Huawei milik mereka. Tenggat waktu ini kabarnya akan berlaku selama 90 hari. Namun hanya berlaku untuk perangkat yang sudah dimiliki sebelumnya (existing), bukan transaksi pembelian baru.
Akan tetapi, pelaku pasar terlanjur takut. Aset-aset berisiko seperti saham pun ditinggalkan dan instrumen aman seperti obligasi pemerintah AS kebanjiran peminat. Sepanjang pekan lalu, yield instrumen ini terkoreksi 6,2 bps.
Bukan cuma pada akhir pekan, Wall Street juga terkoreksi secara mingguan. DJIA minus 0,69%, S&P 500 berkurang 0,76%, dan Nasdaq melemah 0,17%.
(BERLANJUT KE HALAMAN 3)
(aji/aji)
Pages
Tags
Related Articles
Recommendation

Most Popular