Newsletter

Damai Dagang Oke, Tapi Brexit Masih Memble

Hidayat Setiaji & Anthony Kevin & M Taufan Adharsyah & Dwi Ayuningtyas, CNBC Indonesia
05 April 2019 05:52
Cermati Sentimen Penggerak Pasar Hari Ini (2)
Ilustrasi Bursa Efek Indonesia (CNBC Indonesia/Andrean Kristianto)
Sentimen ketiga adalah dinamika Brexit yang masih menegangkan. Parlemen Inggris mengesahkan undang-undang yang memperkenankan Perdana Menteri Theresa May bernegosiasi dengan Uni Eropa untuk mendapatkan tambahan perpanjangan waktu.  

Sedianya Inggris akan berpisah dengan Uni Eropa pada 12 April, tetapi undang-undang ini memperbolehkan pemerintah bernegosiasi meminta tambahan waktu lagi. Untuk itu, PM May tengah gencar membujuk Pemimpin Partai Buruh Jeremy Corbyn agar bersedia menyepakati proposal Brexit yang diajukan pemerintah. 

"Saya menawarkan duduk bersama dengan pemimpin oposisi untuk menyetujui sebuah rencana agar kita bisa meninggalkan Uni Eropa dengan kesepakatan. Kami membutuhkan perpanjangan waktu, sependek mungkin, yang bisa berakhir saat proposal Brexit disetujui parlemen," kata May, mengutip Reuters. 

Uni Eropa sampai saat ini masih bersabar melihat tingkah-polah Inggris. "Bahkan setelah hari ini kita tidak akan tahu hasilnya seperti apa. Kita harus sabar," cuit Presiden Dewan Uni Eropa Donald Tusk di Twitter. 

Namun kesabaran ada batasnya. Para pemimpin negara-negara Uni Eropa akan bertemu di Brussel pada 10 April untuk membahas nasib Brexit. Jika sampai tanggal itu belum ada perkembangan dari Inggris, maka jangan harap ada perpanjangan waktu lagi. 

"Jika ada kesepakatan di internal Inggris, proposal Brexit sudah disetujui, maka para pemimpin negara-negara Uni Eropa bisa saja memberikan tambahan waktu. Namun apabila parlemen masih menolak dan kabinet pun terbelah, maka para pemimpin Uni Eropa tentu akan bertanya. Apakah ini akhir dari perjalanan kita?" sebut seorang pejabat Uni Eropa, mengutip Reuters. 

Sebegitu ruwetnya Brexit sampai membuat robot pun bingung. Algoritme perdagangan valas secara otomatis dibuat kesulitan karena banyaknya berita yang berseliweran mengenai Brexit. Akhirnya mata uang poundsterling dibuat sangat berisiko, nilainya terus bergerak melemah. 

"Model algoritme ini mengikuti pasokan data-data yang masuk. Begitu banyaknya berita Brexit membuat mata uang poundsterling terus bergerak liar," ungkap Neil Jones, Head of Hedge Fund Currency Sales di Mizuho yang berbasis di London, dikutip dari Reuters. 

Algoritme biasanya memproses berdasarkan rilis data ekonomi dan berbagai berita yang masuk. Masalahnya, Brexit menghasilkan begitu banyak berita yang membuat sistem kerepotan untuk memprosesnya. 

Reuters, misalnya, mengeluarkan sampai 400 berita singkat (headline/snap) per hari belakangan ini. Sementara Bloomberg bisa merilis sampai 1.000 headline per hari. Tentu pasokan berita sebanyak ini membuat otak komputer pun kewalahan. 

Kalau gerak poundsterling masih liar, maka dolar AS selaku safe haven akan diuntungkan. Semakin banyak arus modal mengarah ke dolar AS, maka mata uang ini akan semakin kuat.  


Pada pukul 05:25 WIB, Dollar Index (yang menggambarkan posisi greenback di hadapan enam mata uang utama) menguat 0,21%. Sebuah alarm bagi rupiah, apalagi mata uang Tanah Air sudah menguat 4 hari beruntun yang bisa memicu aksi ambil untung (profit taking). 

Namun ada sentimen keempat yang bisa menguntungkan rupiah yaitu harga minyak. Pada pukul 05:27 WIB, harga minyak jenis brent dan light sweet masih terkoreksi masing-masing 0,16% dan 0,48%. 

Saat harga minyak turun, ada harapan tekanan di transaksi berjalan (current account) akan ikut berkurang. Transaksi berjalan adalah fondasi penting bagi rupiah, karena menggambarkan aliran devisa dari ekspor-impor barang dan jasa. Ketika pos ini membaik, maka rupiah masih punya ruang untuk menguat. 

(BERLANJUT KE HALAMAN 5)

(aji/aji)
Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular