
Newsletter
Jalan Sepertinya Mulus, Tapi Awas Jetlag!
Hidayat Setiaji & Anthony Kevin & M Taufan Adharsyah & Dwi Ayuningtyas, CNBC Indonesia
04 April 2019 06:00

Untuk perdagangan hari ini, investor patut mencermati sejumlah sentimen. Pertama tentu perkembangan dari Wall Street yang positif. Walau Wall Street tidak melesat tajam, tetapi warna hijau sudah cukup untuk menunjukkan bahwa semua baik-baik saja dan bursa saham Asia pun siap melanjutkan tongkat estafet penguatan.
Sentimen kedua adalah faktor yang membuat Wall Street masih bergairah yaitu harapan damai dagang AS-China. Kudlow menegaskan bahwa baik AS maupun China sama-sama ingin agar kesepakatan damai dagang segera tercapai.
"Kita sudah sampai di titik di mana dua pemerintah ingin adanya kesepakatan. Dua presiden ingin ada kesepakatan, dan mereka harus melalui tahap akhir ini. Pekan ini menjadi sangat penting," tutur Kudlow, mengutip Reuters.
Semoga ada kabar baik dari dialog di Washington, dan semoga Kudlow benar bahwa pekan ini AS-China akan semakin dekat ke sebuah naskah kesepakatan damai dagang. Jika ini terjadi, maka gairah pelaku pasar di Asia akan tumpah-ruah dan arus modal akan mengalir kencang, termasuk ke Indonesia.
Sentimen ketiga adalah (lagi-lagi) soal Brexit. Perdana Menteri Inggris Theresa May mencoba berdiskusi dengan Pimpinan Partai Buruh Jeremy Corbyn, tetapi sepertinya tanpa hasil.
"Tidak ada perubahan, seperti yang sudah saya duga. Pertemuan ini mungkin berguna, tetapi tidak membuahkan hasil. Kebijakan partai kami adalah bagaimana mengedepankan opsi jajak pendapat publik untuk mencegah kehancuran. Tidak ada kesepakatan soal itu," ungkap Corbyn, dikutip dari Reuters.
Andai saja May berhasil mencapai kesepakatan dengan Partai Buruh, maka pemerintah bisa memasukkan proposal Brexit yang baru untuk diputuskan melalui voting parlemen pada pekan ini. Namun jika tidak berhasil, May terpaksa harus memutar otak lebih keras karena Inggris hanya punya waktu sampai 12 April untuk meninggalkan Uni Eropa. Kemungkinan Inggris keluar tanpa kompensasi apa-apa (No-Deal Brexit) rasanya semakin membesar.
"Tanggal 12 April adalah tenggat waktu terakhir. Tidak memungkinkan lagi untuk perpanjangan waktu. No-Deal pada tengah malam 12 April adalah skenario yang sangat mungkin terwujud, sesuatu yang harus siap diterima oleh Uni Eropa," kata Jean-Claude Juncker, Presiden Komisi Uni Eropa, mengutip Reuters.
Situasi di London malah semakin kacau karena dua menteri muda di kabinet memutuskan mundur. Mereka tidak setuju dengan langkah May yang merapat ke Partai Buruh dan 'merayu' mereka untuk mendukung proposal pemerintah.
"Sepertinya Anda dan kabinet Anda memutuskan bahwa sebuah kesepakatan, walau itu dibuat bersama-sama oleh seorang Marxis yang tidak pernah mengedepankan kepentingan rakyat Inggris, lebih baik ketimbang No-Deal," kata Nigel Adams, yang berhenti dari posisinya sebagai Menteri Urusan Wales, seperti dikutip dari Reuters.
Well, sepertinya investor masih harus rajin-rajin memantau perkembangan dari London. Pelaku pasar harus bersiap-siap dan mengatur posisi sebaik mungkin, karena tampaknya No-Deal Brexit adalah skenario yang paling mungkin menjadi kenyataan.
Sentimen keempat adalah nilai tukar dolar AS yang berpotensi melemah. Pada pukul 05:36 WIB, Dollar Index (yang mengukur posisi greenback di hadapan enam mata uang utama dunia) melemah 0,28%.
Maklum saja, dolar AS belakangan ini sudah menguat cukup tajam. Dalam sepekan terakhir, Dollar Index naik 0,65% dan selama sebulan ke belakang penguatannya adalah 0,86%. Oleh karena itu, dolar AS butuh istirahat sejenak setelah reli yang lumayan panjang.
Investor juga semakin lega melihat perkembangan di pasar obligasi. Pada pukul 05:38 WIB, imbal hasil (yield) obligasi pemerintah AS tenor 3 bulan adalah 2,4278%, lebih rendah ketimbang tenor 10 tahun yaitu 2,5277%. Situasi masih normal, inversi belum terulang kembali.
Artinya, sinyal resesi di AS kini sudah memudar. Investor boleh menghembuskan nafas lega, dan sudah boleh mengambil risiko. Dolar AS yang berstatus aset aman (safe haven) kekurangan peminat sehingga nilainya melemah.
Melihat sentimen-sentimen yang ada (kecuali Brexit yang masih seperti kabel earphone kusut), sepertinya jalan IHSG dan rupiah menuju jalur hijau cukup mulus hari ini. Namun kita tidak boleh lengah, karena biasanya pasar keuangan Indonesia agak jetlag setelah libur non-akhir pekan.
Mungkin pasar Indonesia butuh waktu untuk mencerna perkembangan yang terlewatkan selama libur sehingga jadinya 'ketinggalan kereta'. Semoga tidak terjadi...
(BERLANJUT KE HALAMAN 4)
(aji/aji)
Sentimen kedua adalah faktor yang membuat Wall Street masih bergairah yaitu harapan damai dagang AS-China. Kudlow menegaskan bahwa baik AS maupun China sama-sama ingin agar kesepakatan damai dagang segera tercapai.
"Kita sudah sampai di titik di mana dua pemerintah ingin adanya kesepakatan. Dua presiden ingin ada kesepakatan, dan mereka harus melalui tahap akhir ini. Pekan ini menjadi sangat penting," tutur Kudlow, mengutip Reuters.
Semoga ada kabar baik dari dialog di Washington, dan semoga Kudlow benar bahwa pekan ini AS-China akan semakin dekat ke sebuah naskah kesepakatan damai dagang. Jika ini terjadi, maka gairah pelaku pasar di Asia akan tumpah-ruah dan arus modal akan mengalir kencang, termasuk ke Indonesia.
Sentimen ketiga adalah (lagi-lagi) soal Brexit. Perdana Menteri Inggris Theresa May mencoba berdiskusi dengan Pimpinan Partai Buruh Jeremy Corbyn, tetapi sepertinya tanpa hasil.
"Tidak ada perubahan, seperti yang sudah saya duga. Pertemuan ini mungkin berguna, tetapi tidak membuahkan hasil. Kebijakan partai kami adalah bagaimana mengedepankan opsi jajak pendapat publik untuk mencegah kehancuran. Tidak ada kesepakatan soal itu," ungkap Corbyn, dikutip dari Reuters.
Andai saja May berhasil mencapai kesepakatan dengan Partai Buruh, maka pemerintah bisa memasukkan proposal Brexit yang baru untuk diputuskan melalui voting parlemen pada pekan ini. Namun jika tidak berhasil, May terpaksa harus memutar otak lebih keras karena Inggris hanya punya waktu sampai 12 April untuk meninggalkan Uni Eropa. Kemungkinan Inggris keluar tanpa kompensasi apa-apa (No-Deal Brexit) rasanya semakin membesar.
"Tanggal 12 April adalah tenggat waktu terakhir. Tidak memungkinkan lagi untuk perpanjangan waktu. No-Deal pada tengah malam 12 April adalah skenario yang sangat mungkin terwujud, sesuatu yang harus siap diterima oleh Uni Eropa," kata Jean-Claude Juncker, Presiden Komisi Uni Eropa, mengutip Reuters.
Situasi di London malah semakin kacau karena dua menteri muda di kabinet memutuskan mundur. Mereka tidak setuju dengan langkah May yang merapat ke Partai Buruh dan 'merayu' mereka untuk mendukung proposal pemerintah.
"Sepertinya Anda dan kabinet Anda memutuskan bahwa sebuah kesepakatan, walau itu dibuat bersama-sama oleh seorang Marxis yang tidak pernah mengedepankan kepentingan rakyat Inggris, lebih baik ketimbang No-Deal," kata Nigel Adams, yang berhenti dari posisinya sebagai Menteri Urusan Wales, seperti dikutip dari Reuters.
Well, sepertinya investor masih harus rajin-rajin memantau perkembangan dari London. Pelaku pasar harus bersiap-siap dan mengatur posisi sebaik mungkin, karena tampaknya No-Deal Brexit adalah skenario yang paling mungkin menjadi kenyataan.
Sentimen keempat adalah nilai tukar dolar AS yang berpotensi melemah. Pada pukul 05:36 WIB, Dollar Index (yang mengukur posisi greenback di hadapan enam mata uang utama dunia) melemah 0,28%.
Maklum saja, dolar AS belakangan ini sudah menguat cukup tajam. Dalam sepekan terakhir, Dollar Index naik 0,65% dan selama sebulan ke belakang penguatannya adalah 0,86%. Oleh karena itu, dolar AS butuh istirahat sejenak setelah reli yang lumayan panjang.
Investor juga semakin lega melihat perkembangan di pasar obligasi. Pada pukul 05:38 WIB, imbal hasil (yield) obligasi pemerintah AS tenor 3 bulan adalah 2,4278%, lebih rendah ketimbang tenor 10 tahun yaitu 2,5277%. Situasi masih normal, inversi belum terulang kembali.
Artinya, sinyal resesi di AS kini sudah memudar. Investor boleh menghembuskan nafas lega, dan sudah boleh mengambil risiko. Dolar AS yang berstatus aset aman (safe haven) kekurangan peminat sehingga nilainya melemah.
Melihat sentimen-sentimen yang ada (kecuali Brexit yang masih seperti kabel earphone kusut), sepertinya jalan IHSG dan rupiah menuju jalur hijau cukup mulus hari ini. Namun kita tidak boleh lengah, karena biasanya pasar keuangan Indonesia agak jetlag setelah libur non-akhir pekan.
Mungkin pasar Indonesia butuh waktu untuk mencerna perkembangan yang terlewatkan selama libur sehingga jadinya 'ketinggalan kereta'. Semoga tidak terjadi...
(BERLANJUT KE HALAMAN 4)
(aji/aji)
Next Page
Simak Agenda dan Data Berikut Ini
Pages
Tags
Related Articles
Recommendation

Most Popular