Newsletter

Isu Resesi Datang Lagi, PM May Siap Mundur, Bagaimana Ini...

Hidayat Setiaji & Anthony Kevin & M Taufan Adharsyah, CNBC Indonesia
28 March 2019 05:39
Isu Resesi Muncul Lagi, Wall Street Merah
Ilustrasi Bursa Saham New York (REUTERS / Brendan McDermid)
Dari Wall Street, tiga indeks utama berakhir melemah. Dow Jones Industrial Average (DJIA) turun 0,13%, S&P 500 terkoreksi 0,46%, dan Nasdaq Composite berkurang 0,63%. 

Seperti sudah disinggung sebelumnya, investor sedang fokus untuk mengikuti lelang obligasi. Arus modal sedang terkonsentrasi di pasar surat utang pemerintah, sehingga bursa saham hanya kebagian remah-remah.  

Tingginya aliran modal ke pasar obligasi membuat imbal hasil (yield) bergerak turun di hampir seluruh tenor. Nah, ini yang mengkhawatirkan karena yield tenor 3 bulan dan 10 tahun sama-sama turun, jarak keduanya semakin jauh. Masih terjadi inversi, di mana yield untuk 3 bulan lebih tinggi ketimbang 10 tahun. 

 

Dalam 50 tahun terakhir, setiap resesi di Negeri Adidaya diawali dengan inversi yield di dua seri tersebut. Oleh karena itu, kekhawatiran soal ancaman resesi yang sempat redup kini berkobar kembali. 


"Inversi yield inilah yang membuat investor cemas sehingga terjadi aksi jual. Inversi adalah pertanda perlambatan ekonomi, walau belum pasti akan ada resesi atau tidak. Itu sudah cukup bagi pasar untuk berhenti sejenak," papar Alan Lancz, Presiden Alan B Lancz & Associates Inc, yang berbasis di Ohio, mengutip Reuters. 

Berhenti sejenak adalah kata yang tepat, karena transaksi di Wall Street memang relatif sepi. Volume perdagangan hari ini adalah 6,97 miliar unit saham, lumayan jauh dari rata-rata selama 20 hari perdagangan terakhir yaitu 7,64 miliar. 

Kemudian, pasar juga bereaksi negatif terhadap rilis data transaksi berjalan (current account) AS. Sepanjang 2018, AS membukukan defisit transaksi berjalan sebesar US$ 4,88,5 miliar atau 2,4% dari Produk Domestik Bruto (PDB). Ini merupakan defisit terdalam sejak 2008. 

Prospek transaksi berjalan pada kuartal I-2019 juga tidak terlalu cerah karena defisit neraca perdagangan yang lumayan dalam pada Januari. Pada bulan pertama 2019, AS mencatatkan defisit neraca perdagangan sebesar US$ 51,1 miliar. Aura perlambatan ekonomi semakin nyata.

(BERLANJUT KE HALAMAN 3)

(aji/aji)
Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular