
Newsletter
Isu Resesi Datang Lagi, PM May Siap Mundur, Bagaimana Ini...
Hidayat Setiaji & Anthony Kevin & M Taufan Adharsyah, CNBC Indonesia
28 March 2019 05:39

Untuk perdagangan hari ini, investor perlu mencermati sejumlah sentimen. Pertama tentunya dari Wall Street yang berakhir di zona merah. Bisa-bisa investor di pasar keuangan Asia hilang mood setelah melihat pencapaian Wall Street.
Sentimen kedua adalah isu ancaman resesi AS yang kembali muncul karena inversi yield obligasi AS yang semakin parah. Setelah 2 hari tenang, kemungkinan hari ini sentimen resesi datang lagi.
Situasi diperparah karena data-data ekonomi di berbagai negara yang kurang oke. Di China, keuntungan industri pada Januari-Februari anjlok 1,4% dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya. Ini menjadi koreksi terdalam sejak 2011.
Di Eropa, kelesuan ekonomi terpaksa membuat Bank Sentral Uni Eropa (ECB) menunda kenaikan suku bunga acuan. Awalnya Mario Draghi dan sejawat berencana mulai berpikir soal kenaikan suku bunga acuan pada tengah tahun ini, tetapi dalam rapat terakhir ditegaskan bahwa sampai akhir 2019 kemungkinan tidak ada perubahan.
"Seperti yang kami sampaikan pada rapat bulan ini, kami akan memastikan bahwa kebijakan moneter akan berjalan seiring dengan perkembangan ekonomi. Kami akan mengubah arah kebijakan suku bunga agar sesuai dengan proyeksi inflasi," kata Draghi dalam sebuah konferensi di Frankfurt, mengutip Reuters.
Bayangan resesi di AS serta perlambatan ekonomi di negara-negara lainnya tentu bukan sebuah kabar gembira, dan berpotensi membuat investor ogah mengambil risiko. Jika ini terjadi, maka berpotensi membuat IHSG dan rupiah lagi-lagi melemah.
Sentimen ketiga adalah perkembangan di Brexit. Situasi semakin memanas kala PM May menegaskan dirinya siap mundur jika parlemen bersedia menerima proposal Brexit yang diusulkan pemerintah.
"Saya sudah mendengar dengan jelas mood di parlemen. Saya tahu ada keinginan untuk adanya pendekatan baru, kepemimpinan baru, dan negosiasi Brexit tahap selanjutnya. Saya tidak akan menghalanginya
"Saya siap meletakkan jabatan ini lebih awal demi kepentingan negara. Namun kita harus menyelesaikan Brexit dengan mulus terlebih dulu," ungkap May di hadapan anggota parlemen dari Partai Konservatif, mengutip Reuters.
Keputusan ini disambut baik bahkan oleh Partai Konservatif. Sudah jelas bahwa May kehilangan kendali di partainya sendri.
"Ini (mundurnya May) memang tidak bisa dihindari. Dia bisa membaca mood di partai dengan baik," ujar Pauline Latham, anggota parlemen dari Partai Konservatif.
Sengkarut Brexit yang tak kunjung menemukan jalan keluar lagi-lagi bisa membuat investor memilih bermain aman. Sebab jika No-Deal Brexit sampai terjadi, dan kini peluangnya semakin besar, maka akan menjadi sentimen negatif bagi pasar keuangan global.
Tingginya risiko di perekonomian global membuat kita sampai di sentimen keempat yaitu keperkasaan dolar AS. Pada pukul 05:20 WIB, Dollar Index (yang mencerminkan posisi greenback di hadapan enam mata uang utama dunia) menguat 0,22%. Dalam sepekan terakhir, indeks ini sudah melesat 1,24%.
Wajar saja, sebab investor yang bermain aman tentu mengalihkan pandangannya ke dolar AS yang berstatus safe haven. Apabila situasi ini bertahan sepanjang hari, maka rupiah kemungkinan akan kembali melemah.
(BERLANJUT KE HALAMAN 4)
(aji/aji)
Sentimen kedua adalah isu ancaman resesi AS yang kembali muncul karena inversi yield obligasi AS yang semakin parah. Setelah 2 hari tenang, kemungkinan hari ini sentimen resesi datang lagi.
Situasi diperparah karena data-data ekonomi di berbagai negara yang kurang oke. Di China, keuntungan industri pada Januari-Februari anjlok 1,4% dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya. Ini menjadi koreksi terdalam sejak 2011.
Di Eropa, kelesuan ekonomi terpaksa membuat Bank Sentral Uni Eropa (ECB) menunda kenaikan suku bunga acuan. Awalnya Mario Draghi dan sejawat berencana mulai berpikir soal kenaikan suku bunga acuan pada tengah tahun ini, tetapi dalam rapat terakhir ditegaskan bahwa sampai akhir 2019 kemungkinan tidak ada perubahan.
"Seperti yang kami sampaikan pada rapat bulan ini, kami akan memastikan bahwa kebijakan moneter akan berjalan seiring dengan perkembangan ekonomi. Kami akan mengubah arah kebijakan suku bunga agar sesuai dengan proyeksi inflasi," kata Draghi dalam sebuah konferensi di Frankfurt, mengutip Reuters.
Bayangan resesi di AS serta perlambatan ekonomi di negara-negara lainnya tentu bukan sebuah kabar gembira, dan berpotensi membuat investor ogah mengambil risiko. Jika ini terjadi, maka berpotensi membuat IHSG dan rupiah lagi-lagi melemah.
Sentimen ketiga adalah perkembangan di Brexit. Situasi semakin memanas kala PM May menegaskan dirinya siap mundur jika parlemen bersedia menerima proposal Brexit yang diusulkan pemerintah.
"Saya sudah mendengar dengan jelas mood di parlemen. Saya tahu ada keinginan untuk adanya pendekatan baru, kepemimpinan baru, dan negosiasi Brexit tahap selanjutnya. Saya tidak akan menghalanginya
"Saya siap meletakkan jabatan ini lebih awal demi kepentingan negara. Namun kita harus menyelesaikan Brexit dengan mulus terlebih dulu," ungkap May di hadapan anggota parlemen dari Partai Konservatif, mengutip Reuters.
Keputusan ini disambut baik bahkan oleh Partai Konservatif. Sudah jelas bahwa May kehilangan kendali di partainya sendri.
"Ini (mundurnya May) memang tidak bisa dihindari. Dia bisa membaca mood di partai dengan baik," ujar Pauline Latham, anggota parlemen dari Partai Konservatif.
Sengkarut Brexit yang tak kunjung menemukan jalan keluar lagi-lagi bisa membuat investor memilih bermain aman. Sebab jika No-Deal Brexit sampai terjadi, dan kini peluangnya semakin besar, maka akan menjadi sentimen negatif bagi pasar keuangan global.
Tingginya risiko di perekonomian global membuat kita sampai di sentimen keempat yaitu keperkasaan dolar AS. Pada pukul 05:20 WIB, Dollar Index (yang mencerminkan posisi greenback di hadapan enam mata uang utama dunia) menguat 0,22%. Dalam sepekan terakhir, indeks ini sudah melesat 1,24%.
Wajar saja, sebab investor yang bermain aman tentu mengalihkan pandangannya ke dolar AS yang berstatus safe haven. Apabila situasi ini bertahan sepanjang hari, maka rupiah kemungkinan akan kembali melemah.
(BERLANJUT KE HALAMAN 4)
(aji/aji)
Next Page
Simak Agenda dan Data Berikut Ini
Pages
Tags
Related Articles
Recommendation

Most Popular