Newsletter

Amerika Serikat di Ambang Resesi?

Hidayat Setiaji & Dwi Ayuningtyas & M Taufan Adharsyah, CNBC Indonesia
25 March 2019 06:02
Cermati Sentimen Penggerak Pasar Hari Ini
Ilustrasi Bursa Efek Indonesia (CNBC Indonesia/Andrean Kristianto)
Untuk perdagangan hari ini, investor perlu menyimak sejumlah sentimen. Pertama tentunya kinerja Wall Street, apalagi kalau melihat koreksi yang dalam pada perdagangan akhir pekan. Ini bisa menjadi penghancur mood pelaku pasar di Asia saat memulai pekan yang baru. 

Sentimen kedua adalah hal yang membuat Wall Street jatuh pekan lalu, yaitu hantu resesi di AS. Dikhawatirkan sentimen ini baru dicerna oleh pasar keuangan Asia dan menjadi faktor risiko terbesar yang mewarnai perdagangan hari ini. 

AS adalah ekonomi terbesar di planet Bumi, sehingga resesi di sana akan menyeret seluruh negara di dunia, termasuk Indonesia. Ini sudah terbukti saat krisis subprime mortgage 2008-2009 yang bermula di AS tetap kemudian menjelma menjadi krisis keuangan global. 

Saat ada risiko besar membayangi perekonomian AS dan dunia, maka investor akan mencari 'bunker' untuk berlindung yaitu ke aset-aset yang dianggap aman (safe haven). Contoh paling gampang adalah ke dolar AS, yang sampai saat ini masih memegang status sebagai salah satu safe haven (selain yen Jepang, franc Swiss, dan emas). 

Sepertinya perpindahan arus modal ke aset yang lebih aman (flight to safety/flight to quality) sudah terlihat. Pada pukul 00:21 WIB, Dollar Index (yang mencerminkan posisi greenback di hadapan enam mata uang utama dunia) menguat 0,05%. Perlahan tetapi pasti, aliran modal mulai berkerumun di sekitar mata uang Negeri Paman Sam. 



Ini tentu membuat rupiah dan aset-aset berbasis mata uang ini menjadi rentan terkoreksi. Apalagi IHSG, rupiah, dan SBN sudah menguat lumayan tajam pekan lalu. Risiko resesi di AS ditambah dengan ambil untung (profit taking) adalah pasangan yang mematikan. IHSG cs sepertinya sulit lari dari zona merah di perdagangan hari ini. 

Sentimen ketiga adalah perkembangan seputar Brexit. Rasanya investor belum boleh mengalihkan perhatian dari London sebelum pemungutan suara di parlemen untuk memutuskan nasib proposal Brexit. 

Jelang voting yang dijadwalkan berlangsung pekan ini, posisi PM May kian terjepit. Sunday Times memberitakan, ada 11 menteri yang menyatakan bahwa May sudah seharusnya mundur. May dipandang sebagai figur yang menjadi racun dan setiap keputusannya tidak bisa dikontrol. 

Apabila berita itu benar, maka posisi tawar May di depan parlemen akan semakin rendah. May sangat mungkin kehilangan jabatannya, dan Inggris bakal dihadapkan kepada ketidakpastian berikutnya yaitu pemilu yang dipercepat. Mengurus Brexit saja sudah pusing, ini malah mendapat tugas tambahan menyelenggarakan pemilu. 

Situasi yang serba salah, maju kena-mundur kena, seakan menjadi makanan sehari-hari di Negeri Ratu Elizabeth belakangan ini. Jika kondisi seperti ini berlarut-larut, maka bisa membuat investor semakin urung mengambil risiko dan memilih bermain aman. Tentu bukan berita baik buat IHSG, rupiah, dan SBN. 

(BERLANJUT KE HALAMAN 4)

(aji/aji)
Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular