Newsletter

Pantau Isu Hubungan AS-China dan Brexit, Agak Mengkhawatikan

Hidayat Setiaji & Anthony Kevin & M Taufan Adharsyah, CNBC Indonesia
20 March 2019 07:15
Cermati Sentimen Penggerak Pasar Hari Ini
Ilustrasi Bursa Efek Indonesia (CNBC Indonesia/Andrean Kristianto)
Untuk perdagangan hari ini, investor patut mencermati sejumlah sentimen. Pertama tentu perkembangan dari Wall Street yang agak mixed. Wall Street tampaknya sulit dijadikan pedoman bagi pelaku pasar di Asia untuk memulai hari. 

Sentimen kedua adalah prospek damai dagang AS-China yang seperti gergaji, maju-mundur. Sekarang hawanya sedang agak jelek, setelah kemarin beredar kabar pertemuan Presiden AS Donald Trump dan Presiden China Xi Jinping diundur ke Juni kini muncul pemberitaan bahwa China menolak untuk memenuhi permintaan AS. 

Padahal investor (dan seluruh dunia) sudah sangat menantikan damai dagang AS-China. kala dua kekuatan ekonomi terbesar di planet bumi tidak lagi saling hambat, maka rantai pasok global akan kembali semarak dan dunia bisa menikmati pertumbuhan ekonomi yang lebih baik. 

Namun sepertinya harapan itu haru tertunda sejenak. Bahkan masih ada kemungkinan AS-China kembali terlibat perang dagang, risiko ke arah sana masih belum bisa dikesampingkan. Jadi investor rasanya masih harus meluangkan waktu untuk memantau perkembangan isu ini. 

Sentimen ketiga adalah seputar Brexit. Perdana Menteri Inggris Theresa May akan meminta kepada Uni Eropa untuk menunda pelaksanaan Brexit setidaknya 3 bulan. Perceraian Inggris dengan Uni Eropa sedianya berlangsung 29 Maret.  

Uni Eropa akan menggelar pertemuan pada 21 Maret waktu setempat. Nasib Inggris akan ditentukan dalam pertemuan itu, karena penundaan Brexit harus disetujui oleh 27 negara anggota Uni Eropa. 

Sejatinya Brussel setuju saja jika Inggris minta extra time. Namun harus jelas juga apa yang akan dilakukan oleh Inggris, bagaimana bisa menyelesaikan perdebatan di dalam negeri terutama meyakinkan parlemen. Sebab, sudah dua kali parlemen menolak proposal Brexit sehingga menimbulkan ketidakpastian. 

"Kesabaran kami sedang diuji. Kepada kawan kami di London, cepat selesaikan karena waktu sudah sangat mepet," tegas Michael Roth, Menteri Urusan Eropa Republik Federal Jerman, mengutip Reuters. 

"Mau perpanjangan? Buat apa? Waktu bukanlah solusinya, harus ada tujuan dan strategi. Itu yang harus datang dari London," cetus Nathalie Loiseau, Menteri Urusan Eropa Republik Prancis, dikutip dari Reuters. 

Jadi sepertinya May harus bekerja keras untuk meyakinkan para pemimpin Benua Biru untuk mendapatkan perpanjangan waktu. Kalau sampai gagal, maka Inggris akan berada dalam ancaman bercerai dengan Uni Eropa tanda kesepakatan apa-apa alias No Deal Brexit. Pelaku pasar masih perlu memasang mata dan telinga untuk memperoleh kabar dari Eropa. 

Sentimen ketiga adalah nilai tukar dolar AS yang sudah tertekan hebat dalam 2 hari terakhir. Ada kemungkinan dolar AS mulai bangkit, karena pada pukul 06:55 WIB Dollar Index (yang mencerminkan posisi greenback di hadapan enam mata uang utama) mulai menguat 0,02%. 

Koreksi yang terjadi sejak awal pekan ini membuat dolar AS menjadi murah. Tentu dolar AS yang sudah lebih terjangkau ini menarik minat pelaku pasar untuk kembali mengoleksinya. 

Namun meski ada riak-riak kebangkitan, sepertinya secara fundamental belum ada hal yang bisa mendorong penguatan dolar AS. Investor masih akan cenderung menghindari dolar AS karena The Fed yang semakin anteng. 

Oleh karena itu, ada kemungkinan rupiah akan sedikit 'digoyang' hari ini. Namun tampaknya tidak perlu terlalu khawatir, karena angin masih belum berpihak kepada dolar AS. 

(BERLANJUT KE HALAMAN 4)

(aji/aji)
Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular