Update Polling CNBC Indonesia

BI Diramal Tahan Bunga Acuan Bulan Ini, Kapan Turunnya?

Hidayat Setiaji, CNBC Indonesia
19 March 2019 16:11
Ingat-ingat Transaksi Berjalan!
Ilustrasi Rupiah (CNBC Indonesia/Muhammad Sabki)
Kemudian faktor transaksi berjalan. Sejak tahun lalu, kebijakan moneter memang lebih dipengaruhi oleh transaksi berjalan dan bukan oleh inflasi. Current account driven monetary policy, bukan lagi inflationary driven monetary policy

Selama transaksi berjalan Indonesia bermasalah, rupiah memang akan terkena getahnya. Sebab transaksi berjalan menggambarkan pasokan devisa yang berjangka panjang dari aktivitas perdagangan barang dan jasa, bukan hot money yang bisa keluar-masuk dalam hitungan sepersekian detik. 

Indonesia punya satu 'penyakit' yang belum sembuh yaitu saat ekonomi tumbuh, impor akan ikut naik karena industri dalam negeri belum mampu memenuhi permintaan yang bertambah.

Begitu impor membengkak, maka defisit transaksi berjalan akan semakin lebar sehingga rupiah gampang 'digoyang'. Saat rupiah bermasalah, maka BI memang harus turun tangan karena salah satu mandat bank sentral adalah menjaga stabilitas nilai tukar.

Nah, cara untuk mengerem impor adalah dengan mengerem aktivitas ekonomi. Pahit memang, tetapi memang hanya itu 'obat' yang tersedia. Cara efektif untuk mengerem aktivitas ekonomi ya dengan menaikkan suku bunga agar ekspansi dunia usaha dan rumah tangga tidak terlampau tinggi. 

Tahun ini, ekonomi Indonesia diramal tumbuh lebih baik ketimbang 2018 yang sebesar 5,17%. Dalam asumsi makro Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) 2019, pertumbuhan ekonomi diperkirakan 5,3%.

Artinya, ada kemungkinan impor deras mengalir sehingga tekanan terhadap transaksi berjalan belum akan mereda. Di sinilah kemungkinan ruang penurunan suku bunga acuan menjadi terbatas, karena masih ada kebutuhan untuk sedikit memperlambat laju perekonomian demi menyelamatkan transaksi berjalan. 

Apalagi ada risiko pembengkakan defisit transaksi berjalan akibat kenaikan harga minyak. Bank Dunia memperkirakan rata-rata harga minyak jenis brent pada 2019 adalah US$ 75,2/barel. Naik 0,8% dibandingkan rata-rata sepanjang 2018. 

Indonesia adalah negara net importir minyak, yang mau tidak mau harus mengimpor demi memenuhi kebutuhan dalam negeri karena produksi belum memadai. Saat harga minyak naik, maka biaya impor komoditas ini menjadi semakin mahal dan ujung-ujungnya kembali ke transaksi berjalan. 

Kesimpulannya, ada peluang BI menurunkan suku bunga acuan jika berkaca pada The Fed yang juga kalem. Namun peluang itu menjadi terbatas ketika melihat risiko di transaksi berjalan. 

Bagaimana, Pak Gubernur?

TIM RISET CNBC INDONESIA

(aji/dru)

Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular