
Newsletter
Pantau Terus Dolar AS, Takutnya Masih 'Galak'
Hidayat Setiaji & Anthony Kevin & M Taufan Adharsyah, CNBC Indonesia
11 March 2019 06:04

Dari Wall Street, tiga indeks utama melemah terbatas pada perdagangan akhir pekan lalu. Dow Jones Industrial Average (DJIA) turun 0,09%, S&P 500 terkoreksi 0,21%, dan Nasdaq Composite berkurang 0,18%.
Pelemahan di bursa saham New York disebabkan oleh respons pasar atas data ketenagakerjaan AS. Pada Februari, perekonomian Negeri Paman Sam menciptakan 20.000 lapangan kerja. Jauh dibandingkan konsensus pasar yang dihimpun Reuters yaitu 180.0000 dan menjadi penciptaan lapangan kerja terendah sejak September 2017.
Angka ini menunjukkan sinyal-sinyal perlambatan ekonomi di AS sudah semakin terlihat. Penciptaan lapangan kerja mulai terbatas, tanda dunia usaha tidak lagi terlalu ekspansif.
Namun, bukan berarti pasar tenaga kerja AS benar-benar tertekan. Sebab, angka pengangguran pada Februari tercatat 3,8% atau turun dibandingkan bulan sebelumnya yaitu 4%.
Laporan data ketenagakerjaan yang agak mixed ini membuat pasar galau. Di satu sisi ada hawa stagnasi bahkan perlambatan ekonomi. Namun di sisi lain, terlihat pula kenyataan bahwa perekonomian Negeri Adidaya masih kuat.
Oleh karena itu, Wall Street pun seolah berakhir gamang. Menguat tidak, tetapi melemah juga segitu-segitu saja.
"Orang orang khawatir soal data. Namun kemudian sadar bahwa ekonomi ternyata mungkin masih kuat," ujar Keith Lerner, Chief Market Strategist di SunTrust Advisory Services yang berbasis di Atlanta, mengutip Reuters.
Secara mingguan, Wall Street bernasib sama dengan bursa saham Asia. DJIA dan S&P anjlok 2,2% sementara Nasdaq amblas 2,5%.
(BERLANJUT KE HALAMAN 3)
(aji/aji)
Pelemahan di bursa saham New York disebabkan oleh respons pasar atas data ketenagakerjaan AS. Pada Februari, perekonomian Negeri Paman Sam menciptakan 20.000 lapangan kerja. Jauh dibandingkan konsensus pasar yang dihimpun Reuters yaitu 180.0000 dan menjadi penciptaan lapangan kerja terendah sejak September 2017.
Angka ini menunjukkan sinyal-sinyal perlambatan ekonomi di AS sudah semakin terlihat. Penciptaan lapangan kerja mulai terbatas, tanda dunia usaha tidak lagi terlalu ekspansif.
Namun, bukan berarti pasar tenaga kerja AS benar-benar tertekan. Sebab, angka pengangguran pada Februari tercatat 3,8% atau turun dibandingkan bulan sebelumnya yaitu 4%.
Laporan data ketenagakerjaan yang agak mixed ini membuat pasar galau. Di satu sisi ada hawa stagnasi bahkan perlambatan ekonomi. Namun di sisi lain, terlihat pula kenyataan bahwa perekonomian Negeri Adidaya masih kuat.
Oleh karena itu, Wall Street pun seolah berakhir gamang. Menguat tidak, tetapi melemah juga segitu-segitu saja.
"Orang orang khawatir soal data. Namun kemudian sadar bahwa ekonomi ternyata mungkin masih kuat," ujar Keith Lerner, Chief Market Strategist di SunTrust Advisory Services yang berbasis di Atlanta, mengutip Reuters.
Secara mingguan, Wall Street bernasib sama dengan bursa saham Asia. DJIA dan S&P anjlok 2,2% sementara Nasdaq amblas 2,5%.
(BERLANJUT KE HALAMAN 3)
(aji/aji)
Pages
Tags
Related Articles
Recommendation

Most Popular