Newsletter

Damai Dagang AS-China Sudah di Depan Mata?

Hidayat Setiaji & Anthony Kevin & M Taufan Adharsyah, CNBC Indonesia
22 February 2019 06:06
Cermati Sentimen Penggerak Pasar Hari Ini
Ilustrasi Bursa Efek Indonesia (CNBC Indonesia/Andrean Kristianto)
Untuk perdagangan hari ini, investor perlu mencermati sejumlah sentimen. Pertama tentu kinerja Wall Street yang kurang oke. Dikhawatirkan apa yang terjadi di Wall Street mempengaruhi mood pelaku pasar di Asia. Semoga tidak terjadi. 

Sentimen kedua adalah investor patut mencermati perkembangan dari arena dialog dagang AS-China di Washington. Perundingan akan berakhir pada Jumat waktu setempat dan sudah ada bocoran seputar hasilnya. 

"Saya bisa katakan bahwa kami sedang memasuki fase sprint terakhir. Kedua pihak sedang bekerja keras untuk menyelesaikan pekerjaan sebelum tenggat waktu," tutur seorang anggota delegasi China kepada Reuters. 

Tenggat waktu 1 Maret yang menjadi batas waktu 'gencatan senjata' 90 semakin dekat. Tanpa ada kesepakatan (atau perpanjangan waktu), maka AS akan menaikkan tarif bea masuk untuk impor produk China senilai US$ 200 miliar dari 10% menjadi 25%. 

"Mereka (China) tentu berusaha untuk menyelesaikan (perundingan) dengan cepat agar kenaikan bea masuk tidak terjadi," kata Presiden AS Donald Trump kepada wartawan di Oval Office, dikutip dari Reuters. 

Kini investor tinggal menunggu pengesahan MoU yang kabarnya sudah disepakati antara Washington dan Beijing. MoU tersebut adalah pintu masuk menuju damai dagang, sesuatu yang menjadi dambaan seluruh dunia. 

Sentimen ketiga, investor perlu mewaspadai dolar AS yang masih lumayan kuat. Pada pukul 05:26 WIB, Dollar Index (yang menggambarkan posisi greenback terhadap enam mata uang utama dunia) menguat 0,16%. 

Dolar AS masih menyimpan energi untuk menguat karena The Fed tidak sepenuhnya dovish. Masih ada kemungkinan kenaikan Federal Funds Rate sehingga dolar AS punya dorongan untuk menguat. 

Bila penguatan dolar AS terus berlangsung, maka akan menjadi alamat buruk buat rupiah. Oleh karena itu, investor perlu tetap waspada. 

Sentimen keempat adalah harga minyak dunia yang bergerak turun. Pada pukul 05:41 WIB, harga minyak jenis brent dan light sweet terkoreksi masing-masing 0,25% dan 0,12%. 

Harga si emas hitam turun setelah US Energy Information Administration melaporkan cadangan minyak AS pada pekan yang berakhir 15 Februari naik 3,7 juta barel menjadi 454,5 juta barel. Ini menjadi angka tertinggi sejak Oktober 2017. 

Penurunan harga minyak bisa menjadi berkah bagi rupiah. Ketika harga minyak turun, maka biaya impor komoditas ini akan berkurang. Tentu menjadi berita gembira bagi negara net importir migas seperti Indonesia. 

Saat biaya impor minyak berkurang, maka tekanan di transaksi berjalan (current account) akan berkurang. Artinya, fondasi penopang rupiah menjadi lebih kuat sehingga mata uang Tanah Air tidak rentan 'digoyang'. 

(BERLANJUT KE HALAMAN 4)

(aji/aji)
Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular